6 Pemicu Timbulnya Gonjang-ganjing Ibu dan Anak Tiri
Asalkan temanya “tiri-tirian”, ayah tiri, ibu tiri, anak tiri, dan tiri-tiri lainnya, pelakunya sering berkubang dalam konflik. Mungkin dalam sepuluh keluarga, jarang satu hubungannya berjalan mulus.
Tengoklah di luar sana. Berapa banyak anak tiri dianiaya bapak dan ibu tiri, bahkan sampai meregang jiwa. Sebaliknya tak jarang juga ibu atau bapak tiri menjadi pihak korban, Belum lagi antar saudara tiri yang gontok-gontokan.
Meski pun demikian, harus diakui juga, bahwa tidak semua ibu/bapak tiri itu jahat. Katakanlah ada Ashanti istri Anang Hermansyah yang sangat menyayangi anak tirinya.
Ada pula Sonny Septian, ayah sambung yang sangat akrab dengan putra Fairuz A. Rafiq dari perkawinannya dengan suami terdahulu. Dan banyak pula orang-orang bukan publik figur, yang tidak terekspos. Mereka adalah orang-orang yang beruntung.
Dalam kesempatan ini saya coba menguliti, mengapa gonjang-ganjing ibu tiri dan anak tiri bisa terjadi dalam sebuah rumah tangga.
1. Suami tak Tepat Janji
BP duda 40 tahun menikahi MA gadis perawan seumurannya. Dari perkawinan pertama dia punya 2 anak cewek. Masing-masing 7 dan 4 tahun.
Pasangan ini tinggal bersama anak-anaknya di perumahan milik instansi tempat suaminya bekerja. Kehidupan mereka aman-aman saja. MA menyayangi kedua anak tirinya seperti putrinya sendiri.
Ternyata kedamaian itu kulit luarnya saja. Di dalam rumah, mereka ada gesekan-gesekan kecil, antara MA dan anak tirinya.
Setelah BP dan MA punya anak baru, persoalan itu meletup. Kata si istri, anak tirinya itu tak mau bantu-bantu. Tak mau nyuci piring, tak mau nyapu, tak betah di rumah sukanya keluyuran.
Kebencian-demi kebencian terus bergulir. Maklum, bila tak ada kecocokan, semua serba salah. Meskipun ributnya masih dalam lingkup rumah tangga.
Setelah adik kakak itu beranjak remaja, keduanya mulai berani melawan. Setiap MA marah, mereka tentang, dengan mengeluarkan kata-kata tak enak didengar, sampai berani ngusir.
Dari apa yang saya dengar dan amati, gonjang ganjing ibu dan anak tiri itu bermula dari janji manis. Rupanya, sebelum menikah BP menitipkan kedua buah hatinya itu kepada kakak perempuannya.
Dia berjanji bahwa anak-anaknya itu tidak bakalan mengganggu. Sebab kakak perempuannya yang mengadopsi. Karena di usianya yang ke 50, sang kakak belum dikaruniai anak.
Faktanya, belum setahun BP mengumpulkan anak-anaknya tinggal bersama mereka. Jadi, MA kesal. Selain tidak siap punya anak tiri, dia merasa dibohongi.
“Coba dari awal dia berkata jujur, mungkin saya memilih mudur,” katanya.
2. Terperangkap Cinta Buta.
Dikatakan cinta monyet, BP dan MA telah kelewat dewasa. Barangkali tak ada salahnyan saat mereka pacaran disebut keduanya terperangkap cinta buta.
Karena cinta manusia itu buta segala-galanya. Mudah termakan rayuan maut. Buta terhadap keberadaan anak tiri. Sampai MA tak sadar bahwa dirinya menjadi sasaran kebohongan.
Calon suaminya pun buta dan khilaf. Di depan matanya ada dua anak yang menjadi tanggung jawabnya. Dia juga tak ingat bahwa dirinya telah berbohong.
Coba dari awal dia berkata jujur. Akui kondisi rielnya. Kalau cocok angkat barang. Jika tidak cari yang lain.
3. Ego tak Terkendali
Setelah menikah pasangan itu belum dewasa mengelola keadaan. MA sering mengungkit-ungkit bahwa suaminya tak tepat janji.
MA bertambah luka ketika terjadi pertikaian, BP berpihak pada anak-anaknya. “Kesalahan selalu dialamatkan pada saya,” katanya.
Patut diduga kedua-duanya sama-sama berpegang pada ego masing-masing. Susah dicari titik temunya.
4. Kurang Bersyukur
Membaca sengkarut rumah tangga BP dan MA ini bisa diprediksi, pernikahan mereka terjebak oleh hawa nafsu. Belum dilandasi nilai ibadah dan keikhlasan.
Mereka abai, bahwa berumah tangga itu tidak hanya menyangkut bersatunya dua insan. Lebih dari itu adalah mengharap Ridho dari Allah SWT.
Seharusnya BP dan MA bersyukur pada apa yang telah mereka raih. Suami telah dapat jodoh pengganti, setelah ditinggal selingkuh oleh istri sebelumnya. Begitu juga si istri. Memasuki kepala 4 baru ketemu jodoh.
5. Luapan Kecemburuan
Dahulu saya pernah dicurhati oleh gadis tetangga 23 tahun. Katanya saat berkunjung ke rumah ayah kandungnya, dia sedih, iri, dan sakit hati melihat ayah dan istri mudanya berbahgia.
“Rumahnya besar dan mewah. Punya mobil pribadi. Setiap kamar ada WC. Sedang saya dan kakak saya dahulu sengsara. Kami ditinggalkannya masih kecil tanpa dibiayai. Mama tak bisa kerja apa-apa,” ungkapnya.
Prakiraan saya, boleh jadi ketidakakuran anak-anak BP dan ibu tirinya ini diperparah oleh kecemburuan. Mungkin mereka tidak rela cinta ayahnya dimiliki wanita lain, yang bukan ibu kandungnya.
6. Miskomunikasi
Sejatinya masalah ini tak perlu dibesar-besarkan. Gonjang-ganjing ibu dan anak tiri ini pasti berlalu apabila: (a) suami pandai bersikap netral (b) istri stop mengungkit-ungkit kesalahan suami, dan (c) anak-anak diberikan pemahaman yang intensif.
Bola panas berada di tangan suami. Obatnya cuman satu. Lakukan komunikasi secara terbuka.
Simpulan
Banyak pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah rumah tangga BP dan MA ini. Satu yang paling berharga adalah, perceraian membawa luka yang mendalam bagi semua pihak. Terutama buat anak-anak. Untuk itu, berpikirlah seribu kali sebelum melangkah ke gerbang halal yang dibenci Allah itu.
Demikianlah 6 pemicu timbulnya gonjang-ganjing antara ibu dan anak tiri yang saya temui. Tentu beda pelaku, lain lingkungan lain pula masalahnya. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Wahai Emak-emak, Hamil dan Melahirlah! Namun ada Tapinya
****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Komunikasi...
BalasHapusItu intinya yaa bund.
Kasihan sekali yaa kalau smpai ada yang merasa dibohongi. Sungguh tak enak. Setiap hubungan, harus diawali dengan kejujuran yaa
Sepakat, ananda Dodo. Bukankah agama itu mengajarkan. Katakan kebenaran itu walaupun pahit. Cari bini bukan untuk dipakai sehari dua. Selamat malam, terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malming
Hapusmenurut saya luka yang paling dalam itu ada pada anak ya mba, mereka pasti mendapatkan tekanan dari lingkungan mainnya, di katakan inilah, itulah oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga membuat anak menjadi syok, kalau sudah begitu kasihan banget sama anaknya dan ini bisa jadi pembelajaran untuk para ayah dan ibu di rumah agar tidak langsung tancap gas ketika mengambil keputusan
BalasHapusIya, Mas Kuanyu. Semasa aktif mengajar, saya sering menemui snak SD di sekolah menangis tersedu-sedu, karena dibully temanya. "Eh kamu anak cewang" artinya, si anak itu bapaknya punya bini lain. Emaknya punya laki baru. Duh, bergoncang2 bahunya menangis menahan sedih. Selamat sore. Terima kasih telah mengapresiasi.
HapusSelamat sore juga, sama-sama mba Nur 😊
HapusSelamat pagi, Mas Kuanyu.
HapusKasian bgt anak2 kalo jadi korban kondisi semacam ini ya, Bunda.
BalasHapusSemoga ada solusi terbaik.
Bsnget, ananda Nurul. Apalagi di sekolah dasar pedesaan. Kalau berantem, anak-anak korban perceraian itu jadi sasaran cibiran oleh teman-temannya. selamat sore ananda. Salsm sehat selalu.
HapusHidup merupakan rangkaian2 kejadian yg mendewasakan. Tak bisa dipungkiri bahwa lerap kali kita jumpai besaran angka tak sejalan dengan kedewasaan berpikir. Kalau secara teori (berdasar apa yg saya pelajari selama ini) kejadian yg sudah lalu kita ikhlaskan, kita berdamai dulu dengan diri kita dan mulai Nerima tanpa drama atas segala aspek yg terjadi. Yang kedua adalah membangun Komunikasi Efektif dan Disiplin Positif terutama pada anak2. Jika hal ini diabaikan, tak hanya anakntiri, dengan anak kandungpun tetap bisa ada caci maki.
BalasHapusSepakat, ananda Era. Menata hati dan berdamai dengan diri sendiri adalah jalan terbaik bagi MA. Tetapi sepanjang suaminya tidak bisa netral, kasus ini sulit menemui jalan damai. Selamat pagi. Doa penuh berkah di bulan Ramadhan.
HapusSepakat Bunda, berbagai cerita tentang divorce memberikan luka. Komunikasi adalah awal segalanya. Semoga kita selalu menjaga komunikasi bersama pasangan dan keluarga ya Bund.
BalasHapusIya, ananda Laily. Sebagai penonton saya ikut prihatan pada ibu dan anak tirinya itu. Sebab menurut dia, satu yang paling membuat dia sedih. Suaminya sering memihak ke anak-anaknya. Padahal segala sesuatunya bisa dikomunikasi dengan baik. Selamat berpuasa. Semoga semua ibadah kita mendapat pahala yang berlimpah.
HapusRepot memang ya mbak, orang nggak ada tiri tiri an aja, banyak masalahnya terjadi.
BalasHapusTapi begitulah manusia, kalau nggak mengalami langsung rasanya sulit mempercayai, apalagi udah ah ada yang namanya janji Manis kelar deh 😅
Semoga bagi sahabat kita yang telah mengalaminya tidak terperangkap untuk ke sekian kalinya, ya, ananda Rey. Selamat berpuasa.
HapusYa inilah yg banyak terjadi dgn orang2 disekitar saya Bu Nur.. sedih memang tp kalau takdir sudah berbicara adanya perpisahan dan dilanjutkan dgn pertemuan dgn jodoh yg baru, maka mau tak mau harus menerima adanya keluarga baru (tiri atau yg sekarangbanhak diperhalus dgn bahasa 'sambung')
BalasHapusAnanda Annisa! Saya sering sedih menyaksikan anak-anak yang korban orang tuanya nikah lagi. Jujur, saya telah mengalaminya. Terima kasih tanggapannya. Selamat berpuasa.
HapusAda yang bilang ibu tiri itu kejam, Dan ada pula orang yang punya ibu tiri biasa2 saja tanpa masalah.😊😊
BalasHapusIntinya kehidupan ini beraneka ragam yaa bu Haji...Bahkan ada pula ibu kandung yang kejam terhadap anak2nya..😊😊
Karena kalau tidak begitu dunia nggak rame yaa bu Haji.
Dan tidak semua anak juga benci terhadap ibu tirinya.😊😊
Setuju Mas Dahlan. Kehidupan yang beraneka ragam membuat dunia jadi rame. karena Dia telah menciptakan alam ini dengan isinya yang serba dua. ada siang ada malam, ada si kaya ada pula si miskin. Ada ibu tiri yang baik, ada juga yang kejam, ada wanita cantik ada pula pria ganteng .., Eh salah .... Selamat siang, Mas. Terima kasih telah berkenan singgah.
BalasHapusAshanty dan Aurel itu memang hanya 1 dari 100.000 ibu dan anak tiri yang bisa harmonis ya bunda, sisanya memang anak dan ibu tiri tidak selalu cocok, faktanya memang seperti itu.
BalasHapusMenikah sesama lajang aja banyak masalah, apalagi sama yg udah punya anak, masalahnya pastu berkali2 lipat, harusnya kedua belah pihak sudah memikirkan matang2.
Betul ananda. Justru dalam hal begini si suamu harus bijak ya ananda. Jangan sampai anak merasa terpojok, istri merasa tertekan. Selamat pagi, ananda Ursul. Terima kasih telah berkenan singgah. Salam berkah Ramadhan.
HapusApa yang dituliskan dalam artikel ini benarlah adanya. Ketidakharmonisan muncul dari sifat tidak jujur, ingkar janji, ketidakadilan, kecumburuan dan sifat buruk lainnya.
BalasHapusJangankan ibu tiri dan anak tiri, saudara kandung pun bisa berselisih karenanya.
Setuju. Umumnya kasus muncul setelah menikah ya, ananda Nisa. Karena sifat asli seseorang itu terlihat pascanikah. Semasa pacaran semuanya manis semanis gula. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam Ramadhan penuh berkah.
HapusHmm, ada banyak pemicu ternyata. Semuanya memang kadang terjadi di dunia nyata. Aku sendiri lebih senang dengan istilah ibu/bapak sambung, bukan ibu/bapak tiri karena kesannya yang negatif.
BalasHapusHe he ... Orang sini menyebutnya ayah dapen dan mak dapen, ananda Rindang. Terima kasih tanggapannya. Selamat berpuasa.
HapusHmmm, cukup banyak dan riskan juga ya pemicunya ._.
BalasHapusFaktanya begitu, ananda Efo. Intinya, setiap rumah tangga itu pasti ada masalah. Terima kasih telah mengapresiasi, salam berkah Ramadhan
HapusSepertinya menarik kesimpulan dari cerita-cerita di atas, pemicu pertama adalah suami/bapak yang kurang fair. Memang agama itu paling benar mengatur kita, menikah harus dilandasi ibadah
BalasHapusBetul, ananda Andina. Suami itu adalah imam. Kalau imamnya keliru, jamaahnya tentu keliru. He he ... Terima kasih telah singgah. Salam berkah Ramadhan.
HapusPantas jika pernikahan disebut dengan Mitsaqan galizha karena pernikahan bukan sekedar main-main. Seseorang yang sudah terikat dalam sebuah pernikahan tak bisa main cerai seenaknya saja.
BalasHapusBelum lagi efeknya untuk anak-anak, duh sedih bayanginnya :(
Sedih banget, ananda Pipit. Harus bagaimana lagi. Anak-anak adalah korban yang paling terdampak. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam berkah Ramadhan.
HapusAgak berat memang untuk bisa berdamai hidup dengan anak tiri. Saya yang beberapa kali jalan bareng ponakan suami saja, terkadang ada rasa tidak nyaman, cemburu, dsb. Tapi jika semua didasarkan atas ibadah dan ketaqwaan, semua akan berjalan dengan indah. Semoga saya tidak diuji dgn ujian seperti BP dan MA. Tidak sanggup.. hehehehe
BalasHapusAmin. Senyaman-nyamannya berumah tangga memang tiada dimasuki orang ke tiga. Tetapi kalau perkawinan didasari ibadah, pasti semuanya baik-baik saja. Toh di balik kesabaran kita menghadapi suatu kondisi, pasti ada hikmah terselubung. Selamat malam, ananda Nabila. Salam berkah Ramadhan.
HapusTerima kasih tulisannya, Bu Nur. Sangat mencerahkan. Pernikahan memang tidak pernah mudah, maka itu disebut ibadah seumur hidup, banyak kompromisnya dan menekan ego sebesar-besarnya.
BalasHapusDalam menerima anak bawaan juga ujian, namun jika berhasil bisa menyayangi seperti darah daging sendiri, masya allah pahala kasih sayang sesama manusia.
Betul, ananda Rella. Jangankan anak tiri, dengan anak kandung pun bisa saling membenci kalau hubungan tidak didasari kasih sayang yang tulus. Selamat malam. Doa sehat di bulan Ramadhan.
HapusBanyak komunikasi, banyak bersyukur, dan mengelola emosi penting banget dalam membangun sebuah keluarga ya mbak. Jangankan yang tiri-tirian ya mbak, yang nggak tiri-tirian aja kadang ada aja masalahnya, hehe
BalasHapusSepakat, ananda Rani. Hidup ini penuh masalah. Tanpa itu dunia akan sepi.Selamat Berpuasa. Terima kasih telah menanggapi.
HapusHai Bu NUr, menarik sekali artikelnya dari kacamata orang ketiga. aku pribadi juga di posisi anak yang memiliki ibu dan ayah tiri. memang tak mudah dari kacamata anak, apalagi masih remaja. komunikasi terbuka adalah salah satu kunci utama untuk menyelesaikan masalah. sayangnya, skill penting ini tidak banyak dikuasai orang banyak. semoga Allah yang Maha Lembut bisa melembutkan hati mereka semua ya.
BalasHapusNah, gara-gara miskomunikasilah masalahnya jadi runyam. Pada hal tak ada persoalan yang tidak selesai kalau ditangani dengan musyawarah dan kepala dingin. Selamatsiang, selamat berpuasa ananda Shafira.
HapusTerbayang kehidupan rumah tangga ketika masih pacaran itu yang happy happy aja.
BalasHapusBegitu sudah menikah dan menjalaninya setiap hari, tentu banyak sekali masalah yang mungkin timbul.
Sedihnya, kalau gak ada yang mau mengalah.
Dapat sesama single saja banyak sekali tantangannya, apalagi mendapat yang sudah pernah mengenyam kehidupan pernikahan sebelumnya.
Sebagai manusia biasa yang diberi rasa, pastilah ada cemburu dan hal-hal seperti itu yang muncul selama perjalanan pernikahan.
Uniknya, perjodohan itu, kadang-kadang pasangan menikah sesama single. Seiring perjalanan waktu, masuk orang ketiga yang berujung pada hadirnya anak tiri dalam keluarga. Duh ini yang paling menyakitkan. He he ... selamat siang, ananda Lend. Terima kasih tanggapannya. Selamat berpuasa.
HapusNaudzubillahimizalik semoga kita semua dijauhkan dari keretakan rumah tangga. intinya komunikasi pasangan harus diperbaiki ya mba. jangan ada dusta diantara kita
BalasHapusDan yang paling penting sedapat mungkin pilihlah jodoh sesama belum punya anak ya, ananda Irma. Dan kalau memang tidak bisa mengelak, harus siap dengan segala risiko. Selamat siang. Terima kasih tanggapannya. Salam Berkah Ramadhan.
HapusSaya tidak pernah merasakan dan melihat secara langsung kondisi ibu dan anak seperti ini
BalasHapusSeringnya cuma di TV
Namun, saya percaya masalah yang timbul hanya karena kurang komunikasi
Iya, ananda Rahmah. Dari awal komunikasinya penuh kepalsuan. Kalau saja masing-masing pihak bicara jujur, mungkin masalahnya akan lain. Terima kasih telah hadir. Salam berkah Ramadhan.
Hapusdalam kehidupan sehari hari, "miskomunikasi" diantara hal yang juga sering diabaikan ....
BalasHapusnice posting, thank you for sharing
Iya, Mas Tanza. Padahal kadang kasusnya berawal dari masalah spele. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.
Hapus