Puisi | Terlelap dalam Nyanyian Samudra
Menggema kabar melesat ayat-ayat duka
Ramadan menangis karena luka
Tak percaya, tapi fakta nyata
Kau terlelap dalam nyanyian samudra
Bercengrama keikhlasan dan RidhoNya
Kau pergi mengusung mimpi ibu pertiwi
Mentasbih asa seluas cakrawala
Belum hilang jejak kakimu di bumi
Jerit keranda melengking menusuk kalbu
Luluh semua harapan orang-orang tercinta
Saat dirimu dinyatakan sebagai syuhada
Berpeluk misi-misi mulia
Melengkapi balada anak manusia
Belum sempat kau genggam bintang-bintang
Bidadari syurga mendekap erat tubuhmu
hingga tak mau melepaskannya lagi
Wajah malam kelam mencekam
Mentari pergi meninggalkan cahaya
Terselip berlembar-lembar keraguan
Berharap nadimu tetap bergetar
Gerimis tangis dan sedu sedan
di tengah zikir yang menggema
Dengan cacahan doa-doa
Ikhlas, ridho, tulus dan pasrah
adalah baris-baris fatamorgana
Ringan terucap lisan
Namun pahit untuk ditelan
Kini alam kita telah berbeda
Jangankan kembali bertatap muka
Batu nisanmu saja belum tentu ada
Selamat jalan putra patriot bangsa
Berbahagialah kalian di alam sana
Tuhan menjagamu sepanjang masa
Namamu terpatri di hati anak negeri
Jasamu bertakhta di Republik ini
Baca juga:
- 12 Pantun Menyambut Ramadhan
- Pantun Isra Mi'raj Peristiwa Mulia
- 10 Pantun Romantis Membuat Si Doi Klepek-klepek
- Pantun Ratapan Batin Perempuan Dimadu
****
Penulis,
Hj. Nursini Rais
di Kerinci, Jambi
Kreatif puisinya bu nur,,
BalasHapusHe he ... Baru belajar nulis puisi, Mas Norfahrul. Terima kasih tanggapannya. Selamat malam.
HapusMaysaAllah bu puisinya bikin berkaca-kaca...
BalasHapusAlfatihah untuk para patriot sejati Nanggala
Amin, ananda Annisa. Puisi penyair tak berbakat. He he .... Terima kasih atensinya, Selamat menjalankan ibadah puasa. Salam sehat selalu.
Hapussama-sama bu. Selamat menjaalankan ibadah puasa juga
HapusBuk, saya kok jadi melow ya? sedih. Turut berduka untuk Pahlawan negeri.
BalasHapusKarena Mas Supriyadi pembacanya dengan perasaan mendalam. Selamat malam, terima kasih partisipasinya.
Hapuskalau puisinya di iringi musik pasti jadi tambah syahdu nih mba, pusinya bikin hati meleleh
BalasHapusYuk... ! dibantu bikin musiknya, Mas Kuanyu. Seriuas ..., kalau mau. Terima kasih telah berkenan singgah. Selamat beraktivitas.
HapusWaaah, keren. Pandai menyusun bait-bait puisi juga rupanya Ibu nih...
BalasHapusBaru belajar ananda Agustina. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat pagi. Salam sehat selalu.
HapusPuisi yang sangat indah, saya tahu ini melukiskan para suada TNI kapal Nanggala 402 yang telah gugur itu kan Tante ???
BalasHapusBetul sayang. Jadi GR nih. Nenek dipanggil Tante. Kemudaan. Panggil Nenek aja ya. He he ... Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat beraktivitas.
HapusSuka dengan puisinya, bund..
BalasHapusTerima kasih, ananda Dodo. Selamat malming. Terima kasih juga telah mengapresiasi.
HapusBerbahagialah kalian di alam sana
BalasHapusTuhan menjagamu sepanjang masa
Namamu terpatri di hati anak negeri
Jasamu bertakhta di Republik ini
Aamiin ya Allah
Amin, ananada Dinni. Terima kasih telah hadir.
HapusMantap, puitis bu..
BalasHapusBaru belajar, ananda. Terima kasih telah berkenan singgah. Selamat malam.
Hapuspuisi yang up-to-date.... menangkap peristiwa duka terkini...
BalasHapusmantul.... lanjutkan
Baru belajar muisi, Mas Tanza. Selamat pagi dari jauh.
Hapussalam ramadhan kareem dari seberang bu nur.. 😅
BalasHapusSalam kembali dari seberang sini, Wak Lat. Terima kasih telah mengapresiasi.
Hapusmerinding.. Masya Allah, mereka semua syahid..
BalasHapusamin, ananda Naia. Terima kasih telah hadir. Doa sehat selalu untukmu.
HapusPuisinya menyentuh banget bu hajjah.. mohon maaf baru bisa berkunjung kembali...
BalasHapusAlhamdulillah, semoga bermanfaat ya, ananda Grilee. Selamat malam. Maaf juga sudah lama tak berkunjung.
Hapus