Apa Betul? Menjaga Anak Cowok Lebih Susah daripada Anak Cewek
Sering kita dengar keluhan emak-emak, “Menjaga anak cowok itu lebih susah daripada anak cewek.” Betulkah?
Sejatinya keduanya sama-sama sulit dan sama-sama mudah. Sama-sama ada plus minusnya. Justru kesulitan dan tantangan itu pula membuat hidup jadi berseni “pada masanya”.
Frase “pada masanya” saya bubuhkan tanda kutip. Sebab, tingkah polah anak-anak akan indah untuk dikenang dikala mereka telah besar dan punya kehidupan masing-masing.
Sesuai judul, pada kesempatan ini saya akan berbagi pahit manisnya menjaga anak cowok. Dia bungsu dari dua bersaudara. Dalam keluarga biasa dipanggil Dedek. Lahir tanggal 05 Februari 1984. Dibesarkan di lingkungan pedesaan, tak jauh dari Pinggir Danau Kerinci.
Tantangan Terberat
Anak Mulai Bermain di Luar Rumah
Menurut pengalaman, tantangan terberat menjaga anak laki-laki adalah, di saat dia mulai usia 5 tahun sampai lulus Sekolah Dasar. Pada pada masa ini anak-anak senang main di luar daripada tinggal di rumah.
Tiada yang melarang. Karena dia duluan pulang daripada saya dan ayahnya. Kakaknya (perempuan) tidak bisa berbuat banyak.
Anak Mulai Mengenal Lingkungan Lebih Luas
Tetapi, bagi yang tinggal di desa seperti anak saya, lingkungan bermainnya tak terpisah dari semak-semak, sawah, danau, dan sungai. Di tempat tersebut banyak hewan berbahaya. Seperti ular, tawon, lebah, ular, babi hutan dan lain sebaganya. Belum lagi risiko jatuh dari pohon, tenggelam di sungaii /danau, dan lain-lain sebagainya.
Dikabarkan, dia dan teman-temannya sering memanjat pohon kemiri di semak-semak bekas kebun orang. Pernah pula dipukul Pak Tani di sawah. Gara-gara mencabut padi untuk dimakan umbi mudanya.
Lain kali ada yang bilang, mereka mandi berenang di danau, menangkap ikan di sawah yang banyak lintah, mandi melompat di sungai dari ketinggian yang fantastis, di bawahnya menunggu lubuk yang dalam. Rata-rata objek tersebut berjarak 2 -3 km dari kediaman kami.
Apabila ditanya, dia bersikukuh tidak mengaku. Tahunya menangis dan menangis minta dicubit. “Pukullah Dek! Cubitlah Dek!” Allaahuakbar.
Makanya saya kaget. Saat kami membawanya ke kolam renang, dia sudah pintar berenang.
Pandai Membohongi Orang Tua
Sering saya berisomnia pada malam hari, membayangkan hal terburuk menimpa dirinya. Berkali-kali dilarang katanya tidak. Kemudia dia diam. Seperti anak patuh dan lugu. Kelakuannya tidak pernah berubah.
Suatu sore dia pulang setengah merengek. “Bu..., sabun mana? Dek mau mandi.”
Saya marah besar, karena dia pura-pura nanya sabun. Padahal matanya merah, rambutnya tegang seperti habis mandi dan berjemur. Saya cubit dia penuh emosi. Jawabnya tangis dan menangis.
Momen yang Mencemaskan
Saat itu dia kelas 3 SD. Beberapa hari setelah dibelikan sepeda BMX, pagi minggu dia dan sepedanya menghilang. Tanya sana tanya sini tiada yang tahu. Padahal saya dan ayahnya sedang bersiap-siap mau ke pasar (ibu kota kabupaten). Dia dan kakaknya juga akan diajak.
Diam-diam dia dan 2 temannya pergi duluan pakai sepeda masing-masing. Kedua temannya anak kelas 4 dan 5. Saya hampir pingsan, takut terjadi apa-apa. Mereka bertiga sama-sama anak desa yang belum tahu seluk beluk jalan di kota. Meskipun kotanya tergolong kecil.
Belum lagi ancaman diganggu anak-anak lain dalam perjalannan. Maklum, jarak tempuhnya 16 km (32 km pp). Melewati setidaknya 8 desa.
Saya dan ayahnya segera menyusul. Separo jalan, ketemu dia sendirian. Dia terus menangis. Pedal sepedanya hampir copot.
Waduh. Saya beristigfar panjang. Ternyata tadinya mereka bertiga sepakat mau ke tempat keluarganya yang berdomisili di kota.
Sampai di kota, dua temannya langsung ke alamat yang dituju. Karena mereka telah hafal jalan. Sementara anak saya tidak tahu dimana alamat pamannya (adik laki-laki saya). Tinggallah dia sendiri dalam kebingungan. Tanpa uang seper sen pun.
Untung belum melesat terlalu jauh ke dalam kota. Sehingga dia tahu jalan pulang. Kalau tidak, apa jadinya Pak Polisi turun tangan melihat dia menangis sendirian.
Belajar dari Kekeliruan
Terakhir saya sadar. Prilaku anak tersebut adalah buah dari kekeliruan saya. Selama ini saya menegurnya terlalu keras. Di lain pihak dia tipe anak agresif. Kata orang kampung malasak.
Saya memaksa dia untuk tidak mandi di sungai, nyatanya dia pergi diam-diam. Sampai di rumah ngaku belum mandi. Mungkin dia berpikir, kalau berkata jujur pasti dimarahi. Efeknya dia harus berbohong.
Ini adalah suatu pelajaran penting bagi saya dan semoga bagi Anda juga. Memaksakan kehendak kepada anak, ditambah terlalu banyak aturan, berdampak negatif bagi pertumbuhan mental si anak. Sama halnya dengan menanamkan sifat pembohong kepada mereka secara masif dan terencana.
Begitu pula dengan kenekatannya pergi ke kota naik sepeda. Andai dia pamit terlebih dahulu, pasti emak dan ayahnya tidak mengizinkan. Efeknya dia berpijak pada prinsipnya sendiri.
Saya kapok sendiri. Semenjak peristiwa naik sepeda tersebut, saya tak mau memaksakannya harus begini begitu lagi. Yang penting, kemana-mana ngasih tahu kemana, temannya siapa.
Simpulan
Pertanyaan pada judul telah terjawab. Menjaga anak cowok memamng lumayan susah, jika dibanding anak cewek, yang lebih suka bermain di rumah. Khususnya semasa mereka masih kecil. Pada usia 5 tahun – lulus SD. Selepas itu, tentu ceritanya akan lain.
Kini zaman telah berubah. Anak-anak desa tiada lagi yang main di semak-semak, mandi di sungai, dan memanjat pohon. Apa lagi berkubang lumpur sawah alasan menangkap ikan. Mereka sibuk dengan gawai. Segala jenis permainan tinggal klik.
Demikian pengalaman ini saya bagikan. Saya yakin, tidak semua orang tua punya pengalaman seperti saya dalam menjaga dan mengasuh anak laki-lakinya. Terutama Anda yang tinggal di perkotaan. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Mengenang Kembali 2 Permainan Tradisional Anak SD Era 60-80-an
- Lakukan 4 Hal Ini untuk Menumbuhkembangkan Sikap Sportif pada Anak!
****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
mantap, mba Nur punya pengalaman yang menarik nih tentang mengasuh anak, bisa jadi pembelajaran untuk saya, semoga di masa depan saya bisa menikah dengannya yang ada di sana,ea,.....he-he
BalasHapusHa ha .... Serius, Mas Kuanyu. Ntar ditolong cari gadis Kerinci. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat siang.
Hapusselamat siang juga mba Nur, sama-sama
HapusAda saatnya deg-degan, was-was dengan sepak terjang anak. Wajar, sebagai orang tua. Tapi pada akhirnya, itu dibayar dengan keindahan.
BalasHapusIya, Pak Budi. Sekarang kami malah sepi tanpa mereka. Ngumpulnya sekali setahun, saat liburan saja
Hapussusahnya beda beda, antara anak lelaki dan perempuan menurut saya .....
BalasHapus# Terima kasih atas ceritanya, sangat menarik.... dan bisa jadi pelajaran dalam mendidik anak....
Setuju, Mas Tanza. Kalau anak cewek, kekhawatiran orang tua saat dia mulai remaja. jauh pula dari kita alasan kuliah. Padahal dia baik-baik saja.
HapusTerima kasih telah atensinya. Doa sehat tanah air.
Alhamdulillah ya bu anaknya dulu sepedaan ke kota bisa disusul... untung ketemu di separo perjalanan... nggak bisa bayangin gimana paniknya orangtua waktu itu...
BalasHapusKomunikasi sama anak memang penting ya, kalau kebanyakan dilarang memang anak-anak biasanya malah jadi melawan.
Woduh, gak kebayang banget. Pak Edot. Makanya saya sering cemas. Terlebih riwayat saya 2x kematian anak.
HapusKalau kebanyakan "jangan"nya. Ya, itu tadi. Kehendak dia pasti berlaku.
Terima kasih telah mengapresiasi. Doa berkah untuk keluarga di sana.
Pas banget ini bu sharingnya, anak saya lelaki sementara dikeluarga saya semuanya perempuan. Kadang suka bingung, wajar ga sih anak laki-laki lasanknya segini? Hehehehe
BalasHapusWajar, ananda Annisa. Efek fositifnya sangat banyak. Terutama setelah dia dewasa. Dia tumbuh menjadi anak yang tangguh, kreatif, serba bisa, dan pintar. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat siang.
Hapusoo begitu ya bu.. InsyaAllah Ziqri pun bisa mengikuti jejak putra ibu
HapusSaya setuju, Bu. Walaupun saya belum punya anak, hehe
BalasHapusTerima kasih, Mbak Firda. Salam sehat untuk keluarga di sina.
HapusTerima kasih bunda atas artikel bermanfaatnya sebagai pembelajaran buat saya yang sebentar lagi juga akan dipinang lelaki . Dan menurut, saya memang benar mendidik anak laki dan cewek susah mendidik cowok . Tapi balik ke pemberi Rizki kan Rizki tersebut datangnya dari Tuhan yang awalnya pengen anak cewek nyatanya laki mahu gimana ? Syukuri saja.
BalasHapusBetul, ananda Tari. balik ke pemberi Rizki. Tapi di begitulah dunia. Ada keluarga yang memiliki anak cewek semua, ada pula cowok semua. Banyak juga punya keduanya, Tiada masalah. Zaman sekarang anak cewek atau cowok. Ujung-ujungnya masa tua ibu bapaknya tetap ditinggalkan. Mereka akan pergi menjalani hidupnya masing-masing. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.
HapusSaya tersenyum sendiri membayangkan semua peristiwa yang ditulis. Jadi orang tua hatinya tidak pernah tenang selagi anak-anak tidak berada di depan mata, dan sentiasa mengharap semuanya baik-baik sahaja. Tapi kita sering lupa, anak-anak juga punya keinginan dan cita-cita sendiri baik anak lelaki mahu pun anak perempuan.
BalasHapusSaya sendiri kesemua anak-anak laki-laki, 4 orang! Tidak ada perempuan.
Iya, ananda Amie. anak-anak juga punya keinginan dan cita-cita sendiri baik anak lelaki mahu pun anak perempuan. Kita mengekang gerak mereka karena sangat menyayanginya. Meskipun kita tahu sikap tersebut salah. Terima kasih telah hadir. Selamat malam dari negeri seberang.
HapusSaya belum berpengalaman dalam mengurus anak, tapi anak saya yg baru 1 tahun saja sudah sering marah2 jika saya larang sesuatu, misal tidak bermain di kamar mandi, kadang dia berontak, padahal belum bisa berkata2 tapi sudah bisa mengungkapkan kemarahannya, padahal masih bayi dan belum lancar jalan.
BalasHapusSaya tidak membayangkan seperti apa jika dia besar nanti, pasti ada tantangan tersendiri ya bunda dalam mengasuh anak laki2,
Terima kasih untuk sharingnya ya bunda, suami saya juga sudah sering mengingatkan untuk tidak mengekang anak, biarkan dia eksplor apapun yang membuat dia penasaran, tugas kita mengawasi saja.
Tantangan pasti ada, ananda. Tapi banyak efek posifnya kalau anak dari kecil sudah punya prinsip sendiri seperti babymu itu. Anak bunda ini setelah dewasa dia sangat mandiri, kreatif, tangguh, dan serba bisa. Dia juga lumayan pintar di sekolah. Taat ibadahnya mengalahi ayah ibunya. Terima kasih telah hadir. Selamat sore. Salam sehat selalu.
BalasHapusFiiiix ..., kuyakin setelah membaca entri pengalaman 'keluh kesah' dan kenangan membesarkann anak ini ..., hal ini pula yang sama dirasakan mamaku saat itu ngadepi ulahku waktu kecil ...., hahaha !.
BalasHapusMasih mending loh dedek kecil ,,, [anaknya bunda Nur] nangis gegara pedal hampir copot ..., lah sepedaku penyok ngga karuan setelah kutabrakkan ke pintu tetangga.
Padahal itu sepeda belumm ada 1 jam dibelikan ortuku.
Dah gitu ..., aku sering kabur dari rumah juga main ke sungai besar kayak Dedek lakukan...pwtyamaksli ketahuan mab ke sungai besar kepergok sama pakdeku dan dilaporkan ke ortu, aku ...dihajar ...wwkkk ..
Tapi aku ngga kapok!.
Besok kulangi lagi dan lagi
Ya gituuu .., aku kecil semakin dilarang malsh semakin nekad, sengaja ...rasanya ada sensasinya ..., hahaha
He he ... Ngaku sendiri. Gak Apa-apa masih kecil nakal. Selagi tidak mengganggu dan merugikan orang lain, Tidak juga merusak dirinya sendiri. Itu salah satu ciri anak kreatif, sehat, prinsipil. Kelak dia akan tumbuh menjadi anak tangguh, mandiri, dan tidak cengeng. Sekarang terbukti kan ...? Terima kasih telah menanggapi. Doa sehat untuk keluarga di sana.
HapusSaya Sekali itu bu, main di sawah, berenang di sungai. Wah, pokoknya meyenangkan. hehe, Salam bu.
BalasHapusHe he ... Tanpa main di sawah, berenang di Sungai, dunia anak pedesaan seakan tidak berseni, ananda Supriyadi. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.
HapusAnaknya keren bu nur,, bisa masuk skma dulu saya daftar tp gagal hehe,,
BalasHapusMenurut pengamatan sy jg bu nur susahnya menjaga cowok atw cewek itu tergantumg waktu, mnjaga anak cowok susah saat dia masih bocil sampe SMA karena cemderung banget terpengaruh,, sedangkan cw susah jaganya klo dia sdahgadis apalg klo sdah pacar2an,,,
Tp itu menurut sy sih hehe
Alhamdulillah dia daftar dan urus sendiri, ananda Norfahrul. Saya cuman bantu dia kir kesehatan di Rumah Sakit Umum, dan Mengantarnya ke Sekolah di Pekan Baru. Karena saat itu dia belum pernah merantau jauh sendirian.
HapusIya. nakalnya cuman sampai lulus SD. Selepas itu, sifatnya mulai berbeda dan agak jinak. He he .... Terima kasih telah mampir, Selamat malam.
Aku jadi kangen masa anak-anak nih Kak. Soalnya aku dulu waktu masih SD suka banget balapan sepeda di tanah luas sama teman-teman laki-laki. Pernah jatuh sampai berdarah lututku, tapi nggak nangis. Malah, yang marah Ibu. Hehe...
BalasHapusMenurutku, baik anak laki-laki atau anak perempuan sama-sama tidak mudahnya.
Ha ha .... Kita sama-sama tomboy, Mbak Einid. Semasa kecil saya juga sering berteman dengan laki-laki ngadu ayam. he he .... Terima kasih sharingnya. selamat malam. Salam sehat untukmu sekeluarga.
Hapuswah serunya pengalaman anak ibu.. saat ini saya juga sedang stress menghadapi kelakuan anak laki-laki saya, baru juga kelas 5 SD.. Kadang saking marah lalu bingung malah jadi nangis.. Hehehe.. Kalau sudah begitu biasanya papanya turun tangan, diajak ngomong baik2..
BalasHapusSaya juga pernah menangis menghadapi si bungsu. Dilarang manjat pohon cengkeh tetangga dia tetap manjat. Waktu turun pohon dia melompat. Di bawah ditunggu oleh pecahan bling. Kakinya sobek. Nangisnya lama. He he .... terima kasih curhatnya ananda Naia. Doa sehat selalu untukmu.
BalasHapusaduuuuh, ngilu bacanya bu.. Hehehe.. sehat selalu buat ibu dan keluarga ya ^_^
Hapus