4 Perjuangan Tersulit Saat Berhaji Membuat Hati Rindu pada Kota Suci Mekah
Perjalanan Ibadah Haji
Anehnya, justru perjuangan penuh rintangan itu pula yang membuat momen-momennya jadi asik, dan indah. Tanpa itu, wah-nya kurang dapat. Ibarat berperang tanpa musuh.
Tidak heran, banyak umat Islam ketagihan untuk berhaji. Sudah sekali pengen dua kali, dan seterusnya. Tak percaya? Silakan coba sendiri!
Berikut 4 perjuangan tersulit saat berhaji yang membuat hati rindu pada kota suci Mekah.
Perjuangan Tersulit Pertama: Naik Mobil Pulang dan Pergi ke Masjid Haram
Kami kebagian di daerah Al-Shesha. Kurang lebih 2 km dari Masjid Haram. Cuman 1 kali naik bus. Untuk Shalat subuh, kira-jam dua jamaah harus standbey nunggu mobil di pinggir jalan utama. Sebab penginapan kami agak ke dalam kira-kira 100 meter.
Begitu bus berhenti, seluruh jamaah berebutan naik. Kayak naik bus di Blok M. He he .... Kadang-kadang, mobil belum penuh-penuh amat (meski sering berdesak-desakan seperti lemper dalam kukusan).
Tabiat orang Indonesia memang begitu. Suka panik tak karuan. Lihat saja bagaimana panic buying untuk persiapan mengahadapi Covid 19. Numbur sana-numbur sini, aksi borong susu beruang. Untung tak ada celana dan roknya yang melorot.
Uniknya, sungguhpun dalam kondisi panik begitu, tak ada yang berantam. Pernah ada jamaah yang jatuh ke bawah gara-gara ditarik oleh jamaah lainnya. Tapi di pemberhentian, bukan mobil sedang jalan.
Andai saya ke Masjid duduk manis di kendaraan
pribadi, dimana asiknya perjuangan?
Coba. Ini Versi saya, yang bergendre
suka tantangan. Tantangan itu pula yang membuat saya rindu pada kota kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Mungkin pendapat anda beda.
Perjuangan Tersulit ke Dua: Tawaf dan Sya’i
Tawaf adalah ritual mengelilingi ka’bah berlawanan dengan arah jarum jam. Waktu melakukan tawaf pertama (Tawaf selamat datang), kota Mekah belum begitu padat. Sebab sebagian jamaah masih di Medinah. Bahkan mungkin ada yang masih di tanah air.
Saat itu tawaf belum terasa menantang. Kami bisa mengintari ka’bah dengan jarak dekat. Otomatis garis lintasannya pendek.
Hari-hari berikutnya sekitar ka’bah kian sumpek. Jutaan manusia dari berbagai ras berhimpun di sana dengan karakter dan paras berbeda. Ada yang hitam manis gede tinggi, yang kuning langsat mancung ukuran jumbo, ada pula yang semekot alias semeter kotor. Nah ini pasti orang Asia. khususnya dari Indonesia.
Terbayang bukan? bagaimanna pergulatan untuk mengambil posisi paling dekat dengan ka’bah. Siapa yang bersungguh-sungguh dialah yang mendapat.
Tetapi, setiap usai menuntaskan satu paket putaran (7x) sensasinya lebih dapat jika dibandingkan dengan tawaf pertama terdahulu. Kondisi itulah yang membuat hati ini rindu dan ingin kembali ke kota suci Mekah.
Pernah kelompok kami sepakat melakukan tawaf di lantai dua. Lingkaran yang dititi lebih panjang daripada di lantai dasar. Tetapi jamaahnya terurai, alias tidak terlalu sesak. Di sini banyak calon haji yang didorong naik kursi roda.
Apa kata teman-teman? Ada yang bilang kurang gerget, kurang menantang, kurang heboh, kurang payah, dan sederet kurang lainnya.
Bagaimana pula dengan Sya’i? Peribadatan ini satu kemasan dengan tawaf. Saya katakan satu kemasan, karena pelaksaannya setiap usai tawaf. Tak ada sya’i tanpa didahuli tawaf. Namun, untuk merebutnya tidak sesulit melakukan tawaf.
Perjuangan Tersulit ke Tiga: Salat Sunat di Hijir Ismail
Area Hijir Ismail berbentuk setengah lingkaran, berpagar tembok 1,23 meter. Posisinya di antara Rukun Iraki dan Rukun Syami atau di sebelah utara ka’bah dari arah talang mas. Panjangnya dari luar tembok sekitar 12 meter. Dari dalam, kira-kira 8 meter. Pintunya, sebelah timur lebar 2,30 meter, sebelah barat 2,23 meter. (viva.co.id).
Zona Hijir Ismail ini merupakan bagian dari ka’bah. Oleh sebab itu, melaksanakan salat sunah di situ serasa beribadah di dalam kakbah. Wajar, setiap jamaah mendambakan salat sunah dan berdoa di sana.
Tetapi untuk mencapainya tidak mudah. Memerlukan perjuangan klimaks. Lebih susah daripada mengerjakan tawaf. Bayangkan ruangan sekecil itu, jutaan manusia mengincarnya.
Tapi, karena kita orang Indonesia rata-rata tubuhnya imud seperti saya, ahay ...! Ada saja orang yang membantu. Alhamdulillah saya dapat dua kali. Cowok gantengku cuman sekali, pada hari terakhir.
Apa yang dirasakan setelah berhasil menerobos dan salat di sana? Tentu saja senang, puas, dan bangga pada diri sendiri.
Perjuangan Tersulit ke Empat: Melempar Jumrah
Wukuf adalah rukun haji. Apabila terlewati, maka haji seseorang tidak syah. Apa saja yang dilakukan selama wukuf? Bahasannya ada pada bagian lain.
Pelaksanaan wukuf tidak terlalu
menantang. Karena berangkat dari hotel menuju Padang Arafah naik mobil dengan
tempat duduk yang cukup dan terkoordinir. Artinya tidak berebutan seperti pulang dan pergi ke Masjid haram.
Sorenya jamaah diberangkatkan ke Mina, untuk melanjutkan ibadah lempar jumrah. Di sinilah awal dari bertarungan akbar.
Pasalnya, jarak kamp ke lokasi Jumrah Ula (jumrah pertama) atau jumrah sughra, kurang lebih 8 km, yang harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Setelah mabit di Muzdalifah, lewat tengah malam itu juga kami berangkat untuk melakukan lontaran jumrah pertama, (malam 10 Zulhijjah).
Kelompok kami dipandu oleh seorang pemuda berkulit gelap. Tanpa teding aling, cowok semampai itu star dari kamp, tak tahu arahnya ke barat atau ke timur.
Hanya dalam hitungan menit kami mampu merunut langkahnya. Selepas itu, dia hilang dari pandangan. Tetapi jamaah tetap bersemangat. Walaupun letih dan lelah mulai memagut.
Yang membuat saya terharu, ada 1 kakek anggota kelompok kami usia 85 tahun. Beliau jamaah tertua dalam kloter 11. Tetapi dia kuat dan segar bugar. Kakek lainnya 82 tahun, berkali-kali jatuh tersungkur. Kemudian berhasil bangkit sendiri. Subhanallah.
Beliau berdua itu membuat kami termotivasi. Di tanah air, kita-kita biasa pakai motor. Malam itu kami harus jalan kaki sajauh 16 kilometer.
Pagi sebelum subuh kami sampai kembali ke kamp. Allahu akbar. Rasa syukur diiringi air mata. Suami saya benar-benar menangis haru di bahu saya.
Malam berikutnya tanggal 11 Zulhijjah melempar jumrah wustha (ke dua atau tengah). Rupanya jamaah sudah lebih siap. Entah lokasinya agak dekat, atau tersebab melewati jalan alternatif. Sehingga jarak tempuhya terasa agak pendek dibandingkan malam sebelumnya.
Lontar jumrah aqobah (ke 3 atau yang terakhir). Pelaksanaanya setelah kami sampai di hotel, tanggal 12 Zulhijjah, pada sore hari, dikala matahari masih bersinar gagah menerangi bumi. Perkiraan saya, jaraknya tak kurang dari 4 kilometer. Lagi-lagi ditempuh dengan jalan kaki. Subhanallah.
Tiga kali melontar jumrah tiada kesuliatan yang berarti. Perjuangan yang habis-habisan dan menguras energi lahir batin, adalah aksi jalan kakinya. Tetapi karena bergulat dengan capek dan lelah itu pula pertarungan dalam menjemput haji itu terasa heboh dan maknyus.
Terakhir mohon maaf, atas kelancangan saya membeberkan kisah-kisah ini yang mungkin membuat sebagian pihak merasa tidak nyaman. Tapi percayalah, justru karena kesulitan itu pula perjalanan suci itu jadi berseni. Hingga kerinduan umat islam ingin berulang kali pergi naik haji.
Yang ke dua, nostalgia ini ditulis berdasarkan keadaan akhir tahun 2009. Sepanjang waktu pemerintah terus berbenah. Menurut cerita saudara kita yang pulang haji 2019 lalu, kini kondisinya jauh lebih bagus dan tertib.
Dekat ka’bah telah dibangun sarana penunjang sehingga jamaah tidak lagi berdesak-desakan saat melaksanakan tawaf.
Demikian kisah 4 perjuangan tersulit saat berhaji yang membuat hati rindu pada Kota Suci Mekah. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Anda Berkunjung ke Birmingham Inggris? Jangan lewatkan Destinasi ini
- Begini Pelayanan di Rumah Sakit Inggris yang Perlu Anda Tahu
- Gaya Liburan dan Mobil Karavan serta Penggunaannya di 3 Negara
****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
inspiratif ceritanya....
BalasHapusthank you for sharing
Terima kasih telah mengapresiasi, Mas Tanza. Maaf telat merspon.
HapusMasya Allah, beruntungnya bunda.. Saya pun masih bercita-cita untuk bisa kesana, teman yang sudah pernah berhaji dan umrah bilang kalau disana badan yang sakit-sakitan seketika bisa segar bugar saking semangatnya beribadah. Terima kasih sudah membagikan kisah dan foto2nya, setidaknya menjadi motivasi buat saya untuk terus berdo'a agar kesampaian beribadah di sana ^_^
BalasHapusRombongan ksmi dulu juga ada yang berangkat dalam kondisi agak demam. Sampai di mekah dia sehat. Mungkin saking semangatnya. Yang ke dua, sampai di sana tiap hari dia minum air zam2. Dokter pembibimbing kami bilang, kalau zam2 itu kandungan zatnya agsk beda dengan air kita. (Cuman bunda gak bisa menjelaskan.) He he .... Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusSeru sekali menyimak cerita dan pengalaman ibu saat berhaji. Semoga Kondisi Dunia segera pulih kembali.
BalasHapusAmin, Mas Supriyadi. Yang kasian mereka telah nungggu 2 terakhir. Entsh kapan pandemi ini berakhir. Selamat sore. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusWah doain yah bu haja nur hehe,, semoga dapet rejeki biar bisa ke tanah suci juga... jadi iri pengen ke mekah juga hihi
BalasHapusAmin, ananda Fahrul. Kalau takdir trlah memberi peluang, tak ada halangan yang merintangi. Selamat Idul Adha untuk Emak dan bapak di sana ya.
HapusPengalaman Naik haji yang luar biasa Bu Nur. Saya baru umrah, dan masih menunggu antrian untuk melaksanakan haji. Semoga Pandemi bisa segera berlalu dan antrian bisa cepat kembali normal. Membaca cerita Ibu, jadinya pengin segera berangkat. Rindu baitullah. Cerita Ibu tentang Tawaf dan Syai, Sholat di Hijir Ismail dan melempar jumrah, yang seperti pertarungan akbar. Subhanllah.
BalasHapusAmin .... Kasian saudara kita yang telah mendaftar. Terutama mereka yang seharusnya bisa berangkat 2 tahun terakhir ini harus tertunda. Selamat malam, Pak Eko. Doa sehat untuk keluarga disana.
HapusSeru sekali membaca kisah perjalanan haji Bu Nur. Semoga tabungan saya cukup untuk daftar haji beberapa tahun lagi ❤ Salam kenal, Bu. Membaca blog ibu saya jadi semangat menulis blog lagi setelah lama berhenti.
BalasHapusAyo, semangat ananda Dewi. Saya saja mendekati kepala tujuh, insyaallah burusaha tetap menulis meskipun tertatih-tatih. Selamat sore. Terima kasih telah berkenan singgah.
Hapus