Andaikan Saya Terkonfirmasi Positif Covid 19
Uncategorized
Dua bulan terakhir di desa kami lagi musim-musimnya malaikat datang mencabut nyawa. Setiap minggu ada saja orang meninggal. Ada yang kepergian ayah dan anaknya cuman berselang 2 minggu.
Belum lagi berita duka dari warga kami yang berdomisili di Malaysia. Rata-rata mereka direnggut paksa oleh covid 19. Di antaranya masih muda, meninggalkan anak masih kecil-kecil.
Tak hanya Kematian yang Susul Menyusul
Tidak hanya kematian yang susul-menyusul. Warga yang demam pun jumlahnya luar biasa. Gejalanya mirip. Batuk, badannya panas dingin, selera makan hilang.
Empat hari lalu, saya juga kebagian. Dalam kerongkongan saya seakan ada lendir. Malamnya, tubuh menggigil kedinginan.
Mau ke dokter, malas.
Takutnya dusuruh tes covid. Banyak isu yang berkembang, setelah menjalani tes,
yang sehatpun bisa divonis covid. Lagi pula saya merasa pede karena sudah divaksin sebulan lalu. Saya berpikir, positif atau negatif saya tetap menjalani isoman, tak mau keluar
rumah.
Saya kawatir. Hampir setiap jam saya mencim semua benda
yang mengandung wewangian. Alhamdulillah,
hidung saya masih tahu membedakan mana yang,
OBB rexona, Lovely, dan duren. Penciuman saya masih waras. Artinya saya bukan terinfeksi Covid
19.
Badan Panas Dingin
Setelah minum 2 butir pil inza (pagi dan sore), tubuh saya enakan. Untungnya selera makan tak pernah pudar. Hari ke 2 sampai sekarang (hari ke 4) demam berbalik lagi. Badan panas dingin, selera makan sirna. Tetapi lagi-lagi penciuman tetap normal.
Sebelumnya saya termasuk nenek-nenek yang jarang sakit. Waktu di Mekah, sebagian besar jamaah dari seluruh dunia pada batuk. Ketika sedang salat di masjid, bacaan imam seolah diringi dengan melodi batuk. Dalam kelompok kami hanya saya yang tidak ikutan batuk.
Saya khawatir, kalau-kalau demam yang melanda warga (termasuk saya) saat ini adalah kentut pandemi covid. Atau covid benaran. Sebab, saat ini virus tersebut telah merambah ke daerah-daerah. Salah satunya di Kabupaten Kerinci. Kecepatan penyebarannya tidak seimbang dengan kemampuan pemerintah untuk menanganinya.
44 Nakes Rumah Sakit Daerah Mayjen HA Thalib Terpapar Covid 19
Mengutip metrotvnews.com, 30 Juli 2021, empat puluh empat tenaga kesehatan RSUD Mayjen HA Thalib Sungai Penuh, Kerinci, terpapar covid 19. Bayangkan! Berapa kamar yang dibutuhkan untuk merawat mereka. Sementara pasien umum yang positif jumlahnya ratusan orang. Andaikan saya dinyatakan positif, mau dirawat dimana, coba!
Sekian curhatan ini saya tulis dalam keadaan tubuh panas-panas dingin. Semoga bermanfaat .
Baca juga:
- 30 Kata Bijak Tentang Kehidupan
- 7 Raja Punya Istri Terbanyak di Dunia
- Tahun ke 2 Menggunakan Masker, Ini 6 Keuntungan yang Saya Peroleh
- Menganggap Obat Puskesmas Itu Murahan adalah Kekeliruan Besar
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
Semoga lekas sehat bunda, Covid tidak melulu harus anosmia, bun. Ada baiknya bunda menambahkan suplemen seperti imboost atau stimuno kalo merasa lemas, jangan lupa air putih harus diminum banyak2, dan rutin berjemur di pagi hari.
BalasHapusTerima kasih, sarannya, ananda Naia. Sekarang lagi nunggu kiriman obat/ vitamin dari anak di Jambi. Soalnya bunda ga keluar. Bapaknya juga kena. Di rumah hanya kami berdua. Tapi kami tidak memeriksa ke dokter. Cukup isolasi mandiri saja. Gejalanya sudah jelas. Mulai hari ini penciuman sudah hilang. Sekali lagi terima kasih.
HapusSemoga cepat sembuh ya Bu haji, kalo lagi sakit dalam keadaan sekarang memang bawaannya was-was, takut disuruh tes covid dan hasilnya positif, nanti di karantina.
BalasHapusAlhamdulillah, sudah mulai membaik, Mas Agus. Tinggal selera makan dan penciuman belum pulih. Maaf telat merespons. Tadi di sini, sinyalnya kosong. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusSehat-sehat terus Bu, biar bisa menulis terus di Blog. Saya demen dengan cara ibu menulis tiap paragrafnya. Ringkas, dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti serta tidak membosankan. Sekali lagi, salam sehat bu
BalasHapusTerima kasih, ananda Supriayadi. He he .... Tulisan mantan dosen SD. Bahasanya jadul dan lugas. Kayak tulisan anak SD. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sukses untumu selalu.
HapusSemoga cepat membaik bu nur,, semoga juga gak positif yah,,
BalasHapusAlhamdulillah, kondisinya hari ini jauh lebih baik, ananda Fahrul. Dibaningkan hari sebelumnya. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusNgeri banget ya bund, disinipun beberapa minggu yang lalu begitu, hampir tiap sore ada pengumuman yang meninggal. Semoga wabah ini cepat berakhir.
BalasHapusSmin, ananda Radhika. Di sini rumah sakit tak sanggup menampunga pasien covid 19. Mereka terpaksa menrmpati selasar. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat siang.
HapusSemoga senantiasa sehat Bu Nur, dan Pandemi Covid segera berakhir. Kaget juga baca artikel Bu Nur, ternyata di Jambi juga sudah mewabah hingga sungai penuh. Saya yang di Bekasi masih zona merah dan masih PPKM. Salam sehat Bu,
BalasHapusMirisnya, banyak orang-orang yang mengidap demam yang gejalanya persis seperti covid. Tapi mereka tak mau berobat ke rumah sakit takut dinyatakan positif. Mereka menganggap demam biasa. Selamat malam. Pak Eko. Maaf telat merespons.
HapusSemangat selalu Bu, insha Allah sehat selalu.
BalasHapusJaga kondisi tubuh, banyak istrahat dan minum vitamin :)
Insyaallah, amin ananda Rey. Terima kasih telah mengingatkan.
Hapus