Menilik Kisah Hidup Ngeh Junai si Penjual Jagung dan Kacang Rebus
Kisah Inspiratif
Garis hidup seseorang tiada yang tahu. Termasuk diri kita sendiri. Meskipun usaha telah maksimum diiringi pula dengan doa-doa. Apabila takdir membatasinya, manisnya hidup semakin sulit digapai.
Begitulah kira-kira kenyataan yang pernah dilalui oleh sosok pria bernama Junaidi ini. Dia adalah warga Desa Dusun Baru Tanjung Tanah, Kerinci, kaligus mantan nelayan Danau Kerinci.
Jumat, 2 Juli lalu saya sengaja bertandang ke warungnya di Desa Simpang Empat Tanjung Tanah. Setelah ngobrol ringan dengan seidikit basa basi, pria 46 tahun itu mengawali kisahnya. “Zaman itu ikan hasil tangkapan lumayan, Bu. Tetapi dihargai murah oleh pedagang pengumpul. Alhasil, untuk makan sehari-hari saja sulit tercukupi,” kenangnya.
“Saya coba menggarap sawah yang bertahun-tahun tidak disentuh. Lahannya milik keluarga berlokasi di pinggir danau. Tenaga saya hanya dibayar dengan bercocok tanam gratis 10 x turun ke sawah. Bikin pondok, tinggal dan nginap di sana. Anak-anak dan istri saya boyong,” tambah pria yang biasa disapa Ngeh Junai tersebut.
“Di sawah itu pula saya menangkap belut. Hasilnya dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kodisi ini kami jalani selama 4 tahun. Kehidupan saya masih seperti itu-itu saja.
“Pernah juga saya ke Malaysia. Bekerja sebagai tenaga kerja ilegal. Cuman 10 bulan. Saya tak kuat, balek lagi ke Indonesia,” paparnya panjang lebar.
Alih Profesi
Siapa sangka, Tuhan menunjukkan jalan lain untuk pria 4 anak ini. Sepuluh tahun terakhir dia beralih profesi menjadi pedagang jagung dan kacang mentah dan rebus. Sesekali diselingi buah-buahan seperti durian duku, salak kelapa muda, dan sebagainya. Tergantung musim.
Posisinya di pinggir jalan raya lintasan Sungai penuh Jambi, berlatarkan erea persawahan. Persis di perempatan, kurang lebih 3 km arah ke Bandara Depati Parbo, Kerinci.
Setiap hari dia mangkal di sana. Bernaung di sebuah lapak darurat 2 x 3 meter, beratap dan berlingkup seadanya pakai plastik.
Di tenda itu pula Ngeh Junai dan Lasmayanti istrinya merebus jagung dan kacang tanah, mengunakan kayu bakar dan 2 buah periuk besar. Jadi, pelanggan membeli barang dalam kodisi panas, yang dikeluarkan langsung dari dalam periuk.
Kebanyakan pelanggannya orang-orang yang lewat. Belanjaannya sistem take way. Yang mau nongkrong makan kacang dan jagung rebus sambil menikmati sepoinya angin persawahan juga boleh. Ngeh Junai dan istrinya orangnya ramah.
Pada hari-hari tertentu, istrinya keliling dari desa ke desa menjajakan dagangannya pakai motor.
Bila sore telah tiba, mereka pulang ke rumahnya. Kurang lebih 1 km dari tempatnya berjualan. Semua barang perlengkapannya dia angkat menggunnakan motor Viar roda 3. Besok paginya diangkut ke sana lagi.
Perubahan Itu Terjadi juga
Kini nasib Ngeh Junai jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dahulu dia, istri, dan anak-anaknya tinggal bersama orang tuanya. Sekarang telah punya rumah sendiri. “Walaupun tidak bagus, Bu. Yang penting punya kito.” katanya penuh semangat.
Ngeh Junai juga telah punya mobil pick up sendiri untuk menjemput dagangannya dari kebun petani.
Ketika ditanya berapa omsetnya per hari, malu-malu Ngeh Junai menjawab, "Cukup buat makan dan biaya sekolah anak-anak, Bu. Berapun jumlahnya yang penting kita syukuri."
Menyekolahkan Anak-anak di Pondok Pesantren
Yang membuat saya terkagum-kagum, dari hasilnya berjualan tersebut suami istri itu mampu menyekolahkan 3 putra putrinya sekaligus di 2 Pondok Pesantren berbeda. Anak nomor 2 dan bungsu dua-duanya cowok di Ponpes Darul Ishlah Bogor. Yang nomor 3 cewek, mondok di salah satu Pondok Pesantren kota Jambi. Si sulung cowok sudah berumah tangga.
Jadi Imam Salat Tarawih
Waktu Tarawih di Musala Ramdhan 2021 lalu, saya kaget berat. Tiba-tiba kami diimami oleh seorang ustad baru. Suaranya asing bagi kami. Bacaannya bersih, dan lancar. Usai tarawih, bisik berantai pun sambung-menyambung. Siapa sang Imam tersebut.
Oh, ternyata dia adalah Muhammad Ridwan, putra ke-2 Ngeh Junai yang baru pulang dari Ponpes Bogor.
Saya berdecak dan geleng-geleng kepala. Hampir tak percaya kalau cowok hitam manis itu bisa seperti yang saya saksikan saat itu. Saya tahu masa kecilnya, karena pernah mengajarnya di kelas 5 SD.
Harapan Menebus Kesedihan
“Saya berusaha menebus kesedihan saya gara-gara cacian salah satu oknum guru SD-nya dahulu. Katanya anak-anak saya tak layak bersekolah di tempatnya mengajar itu. Karena seperti anak tak terurus.
“Dalam hati saya mengakui, Bu. Maklum, zaman itu kami tinggal di sawah. Saya dan Emaknya sibuk kerja. Mereka main sesukanya. Kadang pulang sekolah dia mandi dan main dengan air sawah. Makanya badan mereka beraroma lumpur sawah,” papar Ngeh Junai
“Meskipun pakaiannya sudah dicuci, berangkat dalam kondidsi rapi, sampai di sekolah dia kotor lagi,” lanjutnya.
Penutup
Menurut Ngeh Junai, kini Muhammad Ridwan sedang menjalankan masa pengabdian di ponpes tempatnya mondok. Sambil mempersiapkan diri untuk melanjutkan pedidikannya ke Yaman atau Mesir (belum menjatuhkan pilihan). Di Darul Ishlah sudah tuntas.
Saya menjempoli Ngeh Junai semabari berujar, “Saya ikut mendoakan semoga mereka sukses.”
Sebelum pamit saya sempat mengutip sebuah quote orang bijak, “Anak orang kaya sukses itu hal biasa. Kalau anak orang tak punya seperti kita-kita ini bisa berhasil, itu baru luar biasa.” Ngeh Junai tersenyum. Saya terus pulang.
Demikian reportase ini saya tulis, sesuai dengan apa yang saya terima dari sumbernya. Lebih dan kurang mohon dimaafkan.
Andai kaki Anda ditakdirkan menginjak bumi Desa Simpang Empat, jangan lupa mampir di tempat Ngeh Junai. Beli dagangannya, sekalian mengangkat perekonomian masyarakat kecil. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Intip Huller Tnek Mad Numbuk Padi! Mana tahu Anda Terinspirasi
- Anda Berkunjung ke Birmingham Inggris? Jangan lewatka Destinasi ini
- Begini Pelayanan di Rumah Sakit Inggris yang Perlu Anda Tahu
- Gaya Liburan dan Mobil Karavan serta Penggunaannya di 3 Negara
****
Masya Allah semoga sehat terus yaa Ngeh Junai dan keluarga. Semoga Allah memudahka hidupnya, serta diberi kelancaran rejeki yg terus mengalir deras
BalasHapusAmin, ananda Airotul. Insyaallah kalau anak-anak masih sekoah biasanya rejeki orang tuanya lancar. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat berhari minggu.
Hapusperjuangan yang mulai membuahkan hasil..... semoga semuanya lancar.
BalasHapus# Inspriratif..... thank you for sharing
Amin, Mas Tanza. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat dari tanah air.
HapusSungguh menginspirasi. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak2 mereka.
BalasHapusSepakat, ananda Khairunnisa. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat pagi.
HapusLuar biasa, kisah nyata penuh aspiratif, hidup adalah ujian, bak roda "terkadang berda di bawah terkandang berada di atas" terkadang ada yang sabar menjalaninya dan terus berusaha untuk bisa hidip lebih baik dan terhormat, meskipun dibalik kesuksesannya ada cerita ssdih memilu hati, namun itu semua telah berlalu, jika mau berusaha dan sabar atas usahanya Insyaallah sukses, rezeki adalah pemberian Allah yang patut kita syukuri. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk tidak memandang rendah kemiskinan hidup orang lain, jika Allah berkehendak kehidupan seseorang bisa berubah ke status sosial yang lebih baik disuatu masa. Rasa kebanggaan yg sulit terungkap. salut.. Bravo.. Buat Ngeh Junaidi dan istrinya mampu menyekolahkan anak²nya ke sekolah agama pondok pesantren di luar daerah. Rezeki di tangan Tuhan,
BalasHapusJika ada usaha serta do'a hasilnya terserah yang di atas sang Maha khalik yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang.
"Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk tidak memandang rendah kemiskinan hidup orang lain, jika Allah berkehendak kehidupan seseorang bisa berubah ke status sosial yang lebih baik disuatu masa." >>>> ... Masyaallah ....Terharu dan sepakat dengan narasi tambahan ini. Saling melengkapi. Terima kasih telah berkenan singgah, doa sehat untuk keluarga fi sa
Hapus** Doa sehat untuk keluarga di sana. Maaf telat merespon.
HapusTerimakasih untuk artikelnya, Bu Nur.. inspiratif👍
BalasHapusTerima kasih kembali, Mas Warkasa. Terima kasih juga telah mengapresiasi.
HapusSalut sama ngeh junai tetap berusaha serta pantang menyerah dan juga doa'doa yg dipanjatkannya kini telah berbuah manis. Semoga beliau sehat selalu. terima kasih artikel inspiratifnya bunda nur.
BalasHapusAmin, ananda Srie. Betul. Semangat pantang menyerah adalah salah satu kunci mencapai sukses. terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat selalu untuk keluarga di sana. Maaf telat merespon.
HapusKisah hidup yang inspiratif penuh perjuangan bak roda berputar..salut buat Ngeh Junai sukses selalu buat keluarga..
BalasHapusSalam bunda
Amin, ananda Nita. Semoga banyak yang terinspirasi. Terima kasih telah mengapresiasi. Maaf telat merespon.
HapusSalut bund, perjuangan seorang bapak tidak mengenal lelah dan tidak putus asa 👍👍👍👍 pejuang keluarga
BalasHapusBetul, ananda Dinni. Begitulah perjuangan orang tua demi anak-anaknya. Selamat siang. Selamat beraktivitas. Terima kasih telah mengapresiasi.
HapusSemoga apa yg di cita" kan dapan tercapai.setiap perjuangan yg iklas ,akan mendapat kan hasil yg berkah.. salam Dari Rantau bumi KHATULISTIWA.
BalasHapusHeri Marten.As ,
Salam kembali, ananda Heri. Amin, itulah harapan kita semua. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat pagi. Doa sehat untuk keluarga di sana.
HapusKIsah inspiratif semoga kita tak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan
BalasHapusAmin. Semangat hidup adalah hal yang perlu kita miliki. Selamat pagi, terima kasih telah singgah, Maaf telat merespon.
HapusPerjalanan panjang Pak Junaidi, Ngeh Junai dan istri serta anaknya. Perjuangan dengan pengorbanan dan yang tak kenal putus asa akan membuahkan hasil. Kisah yang inspiratif. Semoga banyak Pak Ngeh Junai lain yang nasibnya bisa berubah dan bisa hidup lebih layak dan sejahtera.
BalasHapusAmin, Pak Eko. Doa Pak Eko adalah harapan kita bersama. Kasian kalau perjuangannya tidak kesampaian. Saya saksi hidup, bagaimana penderitaan dia dan anak-anaknya zaman dahulu. selamat sore. Terima kasih telah singgah.
Hapus