7 Fungsi Kain Panjang yang Belum Sepenuhnya Terganti oleh Kain Lain
Di daerah saya, kain panjang bebas dikenakan oleh masyarakat kebanyakan. Mulai pergi ke pesta pernikahan, ke pekan, dan ke tempat lainnya sampai ke sekolah.
Semasa saya sekolah di PGA, bawahan seragam sekolah kami, kain panjang batik motif putri kawung. Kami menyebutnya kain panjang ragi kacang goreng. Pemberian nama itu tak lepas dari coraknya menyerupai kacang tanah, yang di daerah kami dibahasakan dengan kacang goreng.
Atasannya baju kurung warna pink, plus phasmina warna putih dikenakan melilit di kepala.
Itu dahulu. Akhir 60-an sampai pertengahan 70-an. Sekarang zaman telah berubah. Kain panjang malah hampir tenggelam dari permukaan. Kaum perempuan telah mengucapkan selamat tinggal pada penutup tubuh yang satu ini.
Beda dengan masyarakat Jawa. Kain panjang batik atau kain carik tetap eksis sampai sekarang. Dan biasa dipakai dalam acara-acara tertentu. Tetapi tidak dikenakan orang sembarangan. Motifnya pun disesuaikan dengan status sosial pemakainya. (Maaf kalau saya keliru).
Intinya, kini di daerah kami kain panjang utuh jarang dipakai kaum wanita di tempat-tempat umum. Kecuali telah didesain menjadi rok, celana, atau baju. Tidak juga untuk bawahan seragam sekolah bagi siswa perempuan, seperti puluhan tahun yang lalu.
Tetapi bukan berarti kain panjang telah hanyut dibawa arus modernisasi. Sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap benda jadul ini sebagai barang penting dan tak boleh lumat dikunyah zaman. Mengingat fungsinya belum sepenuhnya tergantikan oleh benda lain. Di antaranya:
Fungsi kain panjang pertama: untuk menutup mayat
Lazimnya di kampung saya, saat jenazah dibaringkan (sebelum dimandi dan dikapani), tubuh kaku itu disungkup dengan kain panjang. Meskipun ada juga yang pakai penutup lain. Karena hal ini hanya tradisi, bukan keharusan.
Setelah jenazah dimandi dan dikeringkan pakai handuk pun, kain panjang masih diperlukan. Gunanya, untuk menyelimuti si mayit sebelum dibungkus kain kapan. Tak heran, kalau emak-emak kampung suka mengkoleksi kain yang biasa desebut jarik ini.
Beberpa tahun lalu pernah terjadi peristiwa memilukan. Setelah mayat dimandikan tuan rumah tak punya kain panjang. Spontan seorang ibu tetangga almarhumah membuka sarung batik yang dikenakannya. “Nih kain saya. Masih bersih, baru dicuci,” katanya. Kemudia dia melepaskan jahitannya hingga menjadi kain panjang.
Fungsi kain panjang ke dua: untuk selimut
Di daerah pegunungan yang berhawa sejuk seperti di Kerinci sini, saat tidur malam rata-rata masyarakatnya menggunakan selimut tebal berbulu halus, dan jenis selimut panas lainnya, untuk menghangatkan tubuh. Apalagi jika kita tinggal di negeri 4 musim seperti di Eropah.
Tetapi bagi penduduk yang berdomisili di pinggir pantai atau negeri yang suhu rata-ratanya 350 Celcius atau lebih, tidur berselimut kain panjang merupakan suatu kelaziman.
Fungsi kain panjang
ke tiga: untuk bedong bayi
Seiring kemajuan zaman, ibu-ibu hamil tak perlu lagi menyiapkan kain panjang untuk bedong. Sebab perlengkapan bayi banyak dijual di toko-toko, dari kota sampai ke desa. Harganya pun lumayan terjangkau.
Tetapi, jangan heran. Masih banyak ibu-ibu yang fanatik dengan bedongan kain panjang. Katanya, kain bedong di pasaran itu cocoknya untuk bayi di bawah satu bulan. Selepas itu, lebih aman dibedong pakai kain panjang.
Memang ada bayi zaman now di atas satu bulan masih pakai bedong? Jawabnya ada. Sebab, sebagian bayi usia ini tidurnya tak nyenyak tanpa dibedong. Barangkali tergantung tempratur udaranya juga.
Suatu ketika saya akan menghadiahi kain panjang pada anak kenalan kami, yang baru habis bersalin. Suami saya protes keras. “Kain panjang itu untuk selimut orang mati. Bukan untuk bedong bayi. Ntar dia tersinggung. Disangkanya awak mendoakan dia supaya cepat mati,” katanya.
Uuh .... Dasar kakek-kakek. Mikirnya terlalu jauh.
Fungsi kain panjang ke empat: untuk hadiah bagi orang-orang tertentu
Di kampung saya menghadiahkan kain panjang atau sarung batik wanita sebagai kado pernikahan, sunatan, dan turun mandi bayi, masih membudaya sampai sekarang, (meski tidak semua).
Tidak tanggung-tanggung, kalau yang menggelar perhelatan golongan orang tertentu, punya keluarga besar, tuan rumah bisa meraup kain panjang dan sarung batik wanita puluhan bahkan ratusan lembar.
Fungsi kain panjang
ke lima: untuk gendongan
Mungkin ada yang membully, “Hari gene masih gendong pakai kain panjang. Kuno ....!”
Tetapi faktanya begitu. Tergantung kenyamanan pelakunya. Saya sendiri lebih senang pakai kain panjang daripada gendongan modern.
Bagi saya, menggendong dengan kain panjang itu, beban terasa lebih ringan. Saya leluasa bernapas dibandingkan pakai gendongan lain.
Fungsi kain panjang
ke enam: untuk dekorasi tradisional
Di desa Hiang Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci kain panjang digunakan untuk dekorasi rumah pengantin. Ratusan kain panjang di lipat dan dijalin sedemikian rupa, dijadikan hiasan sekaligus penutup dinding. Terutama ruangan persandingan ke dua pengantin.
Walaupun zaman sekarang telah tersedia pernak pernik pelaminan medorn, ornamen kain panjang yang telah berlaku sejak zaman nenek moyang itu tak pernah ditinggalkan. Tidak berhelat namanya tanpa kehadiran dekorasi kain panjang.
Rata-rata rumah tangga di sana punya koleksi kain panjang yang banyak. Ketika ada warga yang menggelar pesta pernikahan, para tetangga dan sanak keluarga ramai-ramai mengantarkan kain panjang miliknya untuk dijadikan hiasan klasik yang unik dan cantik itu.
Fungsi kain panjang ke tujuh: untuk berjaga-jaga
Ada budaya unik bin aneh bagi suku tertentu. Jika nenek-neneknya bepergian jauh, selalu membawa kain panjang di dalam tasnya. Kata beliau, kebiasaan ini sudah berlangsung secara turun-temurun.
Saat saya tanyakan untuk apa, beliau menjawab, “Buat berjaga-jaga. Mana tahu dalam perjalanan tiba-tiba kita sakit, perlu kain untuk selimut. Atau terjadi hal yang tidak diinginkan.” Nenek 68 tahun itu berandai-andai dengan kejadian terburuk, yang tak perlu saya tuliskan di sini. Ngeri, ah.
Mengingat pentingnya kain panjang tersebut di tengah hiruk pikuk arus modernisasi saat ini, ia harus tetap lestari di negerinya sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi yang menjaganya
Demikian 7 fungsi kain panjang yang belum sepenuhnya terganti oleh kain lain. Artikel ini ditulis berdasarkan kondisi di lingkungan saya. Saya yakin Anda punya cerita menarik tentang keunikan dan fungsi kain yang biasa meringkuk di lemari emak-emak kampung ini, sesuai tradisi daerah masing-masing. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Sepanjang Hidupnya Manusia Diperbudak olah Perut
- 6 Tradisi Pernikahan Unik di Afrika, dari Belajar Seks Sampai Tes Malam Pertama
- Wahai Pengantin! Begini Adab Bersalaman supaya Tamu tidak Kecewa
- Hallo, Mobil Angkutan Desa! Mana popularitasmu Dulu?
- Pengalaman Pahit Merenda Kehidupan
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
Ini bener-bener life hack ya mbak :))
BalasHapusDirumah ada banyak kain panjang ini mbak.. Rata-rata dipakai cuma buat alas ketika ada keluarga yang meninggal.. Kalau tidak, paling buat alas ketika tiduran di rumah sakit gitu (buat jagain yang sakit)
Tapi kain-kain begini bisa dibikin baju batik kan yah mbak?
Biasanya yang rajin beli kain panjang itu orang dahulu..Saya pernah punya hanya satu lembar. Setelah menyaksikan teman saya yang meninggal tak punya kain panjang untuk pembalut jenazahnya setelah mandi, saya sadar- sesadarnya .mulailah saya beli satu per satu. Terima kasih komentarnya Mas Andie. Selamat beraktivitas. Semoga usahanyalancar.
HapusWaah liputan lengkap nih😄 keren Bu Nur👍
BalasHapusAmin,Mas Warkasa. terima kasih tanggapannya. Selamat siang. Doa sukses untukmu selalu.
Hapusaku jadi ingat mbah buyutnya mbul bunda, beliau dulu sering hadiahkan jarik atau kain buat salah satunya hadiah nikahan ibuku...ternyata ada banyak sekali manfaatnya ya bunda...walaupun salah satunya memang berhubungan dengan alas atau penutup saat kita tutup usia besok...hiks..
BalasHapusYuk, kita mengoleksi kain panjang yang banyak ananda Mbul. Buat berjaga-jaga. Suapaya suatu saat jika dibutuhkan kita udahpunya. He he .... Terima kasih ulasan tambahannya ya. Selamat malam.
Hapuswow makasih celotehnya soal kain panjang kak Nur 😆 Aku jadi tambah wawasan baru nih. Ternyata sedih juga ya saat jenazah sudah dimandikan eh tapi belum ada kain panjang. Ibu tetangganya sungguh sigap memberikan kain panjang di keadaan darurat itu. Aku suka dengan budaya gotong royong ini deh. Tetangga siap membantu... Kalo di kota-kota besar, budaya ini sudah agak pudar. Sama tetangga sebelah rumah bahkan bisa kaga kenal hahaha 😅
BalasHapusAku sendiri ga punya kain panjang, adanya kain yang dibeli dari Bali dan dipakai sebagai selimut atau syal gitu. Kainnya enak karena kalo di suhu yang sejuk, kainnya jadi ikutan sejukkk. Hahaha Tapi kalo suhunya panas, kainnya ga bikin panas hehehe
"Ternyata sedih juga ya saat jenazah sudah dimandikan eh tapi belum ada kain panjang." >>> Sedih banget, Mbak Furisukabo, Zaman itu almarhumah masih muda, anak-anaknya masih kecil, rumah sedang dibangun. Mungkin belum punya dana untuk beli kain panjang. Terima kasih ulasan tambahannya. Yuk mulai sekarang kita koleksi jarik yang banyak. He he h.... Terima kasih telah singgah. Doa sehat dari jauh.
HapusDi daerah saya ada tambahan lagi, kain panjang digunakan untuk perempuan yang melahirkan. Baik melahirkan secara normal maupun operasi, semuanya menggunakan kain panjang untuk alas dan juga penutup badan. Kain panjang juga digunakan dalam prosesi adat temu manten dan hamil tujuh bulanan. Jadi, walaupun sudah tidak tampak di tempat umum, kain panjang masih tetap tersedia dan dicari saat dibutuhkan, hehehe
BalasHapusAlhamdulillah, Ternyata tradisi menggunakan kain panjang pada momen tertenu masih berlanjut ya, Mbak. Terima kasih telah singgah. Terima kasih juga ulasan tambahannya. Sangat bermanfaat dan menambah wawasan. Selamat malam. Doa sehat dari jauh.
HapusKalau di daerah saya, salah satu fungsi kain panjang juga digunakan sebagai salah satu bawaan seserahan dari pengantin pria untuk mempelai wanitanya pas acara pernikahan, bun.
BalasHapusWah rupanya tradisi di orang Indonesia itu beda-beda tipis ya, ananda Regen. Selamat malam. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.
Hapussaya suka banget dengan kain2 panjang motif Indonesia, bunda.. ada yang masih utuh, ada juga yang sudah berubah jadi rok, luaran baju, rompi atau dress panjang.. kain batik betawi, cirebon, batik2 dari wilayah lain atau kain tenun, saya suka.. hehehe
BalasHapusselama ini bunda berpikir anak milenial telah melupakan kain panjang. Ternyata bunda keliru. Zaman 80-an bunda pernah belajar membuat rok lilit dari kain panjang, Tetapi sekarang anak muda bikin rok lilit dari potongan bahan batik. Terima kasih telah singgah, ananda Naia. doa sehat dari jauh.
Hapuswah jadi penasaran dengan cerita bunda soal rok lilit
HapusSekarang orang membuat rok lilit dari batik bisa dipilih bahan yang lembut, ananda. Kain panjang hasilnya agak tegang.
HapusKalo di daerah ku sepertinya kain panjang bukan menjadi status sosial tapi hanya sebagai kain jarik. Memang kalo orang tua masih banyak yang pakai kain panjang Bu.
BalasHapusKalo disini ada anak lahiran banyak juga yang ngasih kain panjang, buat bedong, atau bisa juga buat gendong bayinya kalo sudah agak besar.😄
alhamdulillah, Mas Agus. Ternyata kain panjang tetap dicintai oleh bangsanya sendiri. Terima kasih tanggapannya. Doa sukses dari jauh.
HapusYang sering ya untuk selimutan kalau saya pribadi, buat gendongan, buat menutup sementara orang yang sudah meninggal sebelum diproses lebih lanjut.
BalasHapusPertama kali membaca manfaat kain panjang, yang terlintas adalah sebagai penutup mayit sementara. Pertanyaannya, kain yang sudah digunakan untuk menutup jenasah itu lalu dikemanakan ya? Dicuci lalu dipakai lagi atau bagaimana?
Manfaat pertama hampir rata2 tradisi orang Indonesia ya, Mas. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sukses selalu dari jauh.
HapusSaya cuman pernah punya 2 kain panjang Bu, dikasih pula, hahaha.
BalasHapusTapi nggak pernah kepake sih, sampai akhirnya saya pakai jadi alas nyetrika sampai bolong, hahaha.
Saya nggak bisa gendong anak pake sarung panjang.
Btw iya ya, sering dipake buat nutup mayat juga, kalau di Buton, mayat ditutup pakai kain Buton dan wajahnya ga ditutup
suka untuk yang ke 3 dan ke 5.... jadi ingat waktu punya anak masih bayi....
BalasHapusThank you for sharing
Zaman now menggendong bayi pakai gendongan khusus ya Mas Tanza. Tapi sebagiannya masih pakai kain panjang. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam dari tanah air.
Hapus