Memetik 3 Hal Paling Berharga Pasca Mencari Dokumen Penting yang Hilang
Peristiwa tersebut menimpa keluarga kami dua hari yang lalu. Tak ada badai tak ada angin tiba-tiba si Uut (panggilan cucu untuk kakeknya) ganteng tergerak hatinya membuka big tempatnya menyimpan dokumen keluarga. Katanya mau dikasih tahu ke anak-anak, “Kalau saya mati, surat-surat penting taroknya di sini.”
Setelah dia cek satu persatu, ternyata ada satu stofmap yang tidak ketemu. Di dalamya tersimpan sertifikat tanah, surat-surat pembelian lahan yang belum disertifikat, dan kwitansi-kwitansi penting lainnya.
Mulailah kami membuka tas dokumentasi masing-masing. Terus merayapi isi stofmapnya satu per satu. Saya berpikir, “Tak salah nenek/kakek zaman dahulu menyimpan dokumen penting yang mereka sebut surat segel itu dalam tabung bambu.”
Caranya, surat-surat berharga tersebut mereka gulung, terus di jobloskannya kedalam seruas bambu tua. Kemudian ditutupnya pakai sapu tangan. Lalu diikat pakai karet gelang. Zaman sekarang kiat seperti itu tak sesuai lagi dengan zamannya.
Eh, maaf. Tadi saya membahas masalah mencari dokumen penting yang hilang. Puas mengobrak abrik isi bag, kami berpindah ke lemari buku. Terbayang, bukan? Harta benda nenek-kakek pensiunan. Lima puluh persen isi almari bukunya adalah stofmap yang memuat kertas-kertas yang dahulunya penting. Tetapi masih sayang untuk dibuang.
Dengan tekun dan teliti, puluhan berkas itu kami periksa satu per satu. Majalah-majalah bekas pun tak luput jadi sasaran.
Jika benda tersebut tak pernah keluar dari rumah, tak mungkin dia hilang. Takutnya tercecer di tempat foto copy.
Ah ..., benar-benar pusing tiga belas keliling. Star jam 09.00 pagi, sampai pukul 12. 00, barang yang dicari tak kunjung ditemukan. Uut panik. Dia berusaha menaut-nautkan ingatannya kapan dan dimana terakhir dia menata isi tasnya, membuang dokumen nyampah yang tidak berguna.
Setelah salat zuhur saya minta dia istirahat sambil menenangkan diri. Biar saya saja yang bekerja. Pencarian berlanjut dengan membongkar onggokan stofmap di kamar anak-anak yang tidak berpenghuni.
Alhamdulillahirabbil alamiin. Di sela tumpukan itulah dokumen penting yang hilang tadi mengendap. Kondisinya lumayan memprihatinkan. Kertasnya lembab, tetapi tulisannya masih utuh dan bisa dibaca. Saya lega, si Uut pun senang. Wajahnya yang tadi kusut, kini ceria kembali.
Pasca kejadian tersebut, setidaknya ada 3 hal paling berharga yang bisa saya petik.
11. Hadapi kondisi dengan tenang
Perlu disadari, bahwa kasus ini bukanlah suatu kesalahan yang disengaja. Ia adalah efek dari kelupaan yang bisa terjadi terhadap siapa saja, kapan dan dimana saja. Terutama bagi lansia yang sudah pikun seperti saya dan suami.
2. 2. Arsip lama jangan cepat-cepat dibuang
Puluhan tahun lalu, salah satu pejabat di Dinas Pendidikan Kabupaten Kerinci pernah mengingatkan, dokumen-dokumen penting jangan cepat dibuang. Baik sifatnya kedinasan maupun pribadi.
Terutama menyangkut masalah keuangan. Seperti kertas tanda setoran bank (he he ... ketahuan tuh suka minjam bank), pembukuan keuangan sekolah, dan lainnya.
“Mungkin suatu saat akan dibutuhkan. Kalau saya, setelah 10 tahun baru saya buang,” katanya.
Karena mengingat nasihat beliau itulah dokumen penting kami yang hilang itu bisa selamat. Padahal sudah dua kali susunan kertas tersebut saya utak-atik dan menyortirnya satu persatu. Lembaran usang yang jelas-jelas tidak terpakai saya buang. Untung isi stofmap yang satu ini luput dari sortiran.
3 3. Beri tahu anak, tempat penyimpanan dokumen penting
Coba kalau saya dan suami meninggal sebelum dokumen penting yang hilang itu ditemui. Tumpukan kertas yang dianggapnya tidak berguna pasti dibuang oleh anak-anak. Tak terbayang seberapa sibuknya mereka berurusan. Selama ini, apa-apa yang kami beli, anak-anak tak pernah melihat surat bukti pembeliannya.
Untuk orang seumuran kami mungkin sudah waktunya juga menyerahkan dokumen penting kepada anak-anak, sekalian menyelesaikan segala urusan tetek bengek, seperti yang pernah saya ulas di sini, beberapa waktu lalu.
Demikian 3 hal paling berharga yang bisa dipetik pasca mencari dokumen penting nan hilang. Mohon maaf. Tulisan ini bukan maksud menggurui. Hanya sekadar mengingatkan saja. Sebab,poin-poin di atas sudah merupakan hal klasik. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- 7 Fungsi Kain Panjang yang Belum Sepenuhnya Terganti ...
- Sepanjang Hidupnya Manusia Diperbudak olah Perut
- 6 Tradisi Pernikahan Unik di Afrika, dari Belajar Seks Sampai Tes Malam Pertama
- Wahai Pengantin! Begini Adab Bersalaman supaya Tamu tidak Kecewa
- Hallo, Mobil Angkutan Desa! Mana popularitasmu Dulu?
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi.
betul. Ada baiknya dokumen penting diarsipkan dengan baik bahkan secara digital juga. Lalu diberitahu ke anak supaya anak ga pusing nyarinya. heheh
BalasHapusSepeninggalan ayahku, aku dan adik sempat bingung tiga belas keliling mencari BPKP mobil untuk perpanjang STNK. Kami bongkar satu persatu lemari. Benar-benar bingung itu buku ada di mana. Untung saja ketemu jua. Huhuu... Sejak itu mulai deh rapiin dokumen-dokumen penting dan tanya ibu lokasinya juga. Biar sama-sama tau ya...
Nah, faktanya sering begitu, ananda Furisukabo. Ada juga yang kehilangan emas lumayan banyak. Saat ibunya meninggal, anak2nya tak tahu entah nyimpannya di mana. Terima kasih telah singgah. Terima kasih juga informasi tambahannya.
HapusYah sayang sekali ya.. Hartanya jadi ga bisa dipakai juga untuk dikembangkan...
HapusSama-sama kak ^^
Jangankan dikembangkan, ketemu aja tidak, ananda Furisukabo. Heran juga ya.
HapusSaya juga kehilangan dokumen penting Bu, Ijazah SD yang tidak ada dirumah orang tua. sepertinya ikut terbuang bersama buku-buku kertas karena lama tidak digunakan dan saya tingal ke luar kota.
BalasHapusMemang harus dipisahkan dokumen ini, dan disimpan ditempat tertentu.
Ngomong-ngomong Bunda, ini fontnya default dari templatenya lebih bagus, dari pada font dari microsoft word (time new roman)
He he ... Apanya yang bagus ananda? Pemiliknya Nenek gaptek.
HapusMasyaallah, ijazah SDnya hilang? Sayang banget. Tapi biasanya arsipnya ada di sekolah. Dicopy saja. Buat pegangan. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.
Wah, tips yang penting Bu Nur. Terkadang meskipun sudah disimpan rapi, ada saat tertentu apa yang kita cari ketlisut atau entah tersembunyi dimana. Akhirnya di lemari penyimpanan, sering ditulis mengenai isi lemari apa saja dan sudah mirip perpustakaan. Memang benar Bu, saat mencari dokumen tidak boleh panik, karena kadang yang kita cari sudah kita buka tetapi karena silap mata, seringkali malah tidak terlihat. Salam sehat Bu Nur.
BalasHapusSalam sehat kembali. Pak Eko. Ha ha .... Betul. Karena panik buru2 mau cepat, mundar mandir mencari kaca mata. Eh ..., taunya kaca mata sudah terpasang. Terima kasih ulasan tambahannya. Doa berkah sepanjang masa.
HapusSalam sehat kembali. Pak Eko. Ha ha .... Betul. Karena panik buru2 mau cepat, mundar mandir mencari kaca mata. Eh ..., taunya kaca mata sudah terpasang. Terima kasih ulasan tambahannya. Doa berkah sepanjang masa.
BalasHapusSatu lagi bun, nyarinya sambil baca sholawat. Saya pernah ngalami pas barang hilang, trus nyari sambil baca sholawat alhamdulillah ketemu.
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih poin tambahannya, Mas Dika. Betul apapun aktivitas kalau dilakukan sambil berzikir, insyaallah, hati kita jadi tenang dan lapang. Apalagi sedang kalut tersebab kehilangan sesuatu. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.
HapusDulu pembayaran UKT kuliah juga selalu disimpan, pesan dari ibu. Setelah lulus barulah aku buang tapi disobek-sobek dulu karena takut ada informasi yang bisa disalahgunakan.
BalasHapusMasalah berkas memang rumit si, suka pusing menyimpannya tetapi dibuang nanti bingung kalau pas butuh.
Betul, ananda Zakia. Disimpan pusing melihatnya, mengganggu pemandangan. Terlebih kertas2 buku dan diktat2 banyak banget. Sekarang saya mulai memakainya untuk lap meja sesudah makan. Supaya jumlahnya berkurang. He he ...
HapusWah, leganya akhirnya ketemu. Aku pernah mengalami begitu karena kelalaian sendiri, sih. Sebetulnya punya tempat khusus untuk menyimpan, tapi kalau ada yang baru kadang menunda-nunda dan akhirnya malah tercecer :') Juga yang dalam bentuk digital, sering aku malas buat kumpulkan di satu file. Terima kasih sudah berbagi pengalamnnya, ya. Jadi pengingat untuk pembaca agar lebih berhati-hati :)
BalasHapusTerima kasih kembali, Mbak dunia kecil. Betul. Gara2 sering menunda menempatkan sesuatu pada tempatnya itu sering membuat kita lupa. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.
Hapusapalagi kayak kami, selalu pindah pindah .... gampang hilangnya.
BalasHapusTips bermanfaat... thank you for sharing
👍👍👍👍
Nah, itu yang paling repot. tapi kalau disimpan dengan rapi pada tempat yang ditentukan, Insyaallah aman. Selamat sore dari tanah air, Mas Tanza.
HapusSelalu ada pelajaran yang didapat dari setiap pengalaman yg diceritakan di blog ini, terima kadih sdah berbagi penglaman nek
BalasHapusTerima kasih kembali, cucunda Fahrul. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana.
Hapus