Ketika Rambut Menjadi Benda Menjijikkan, Ini Kiat Mencegahnya
Dari dahulu, rambut dijuluki sebagai mahkota wanita. Sampai-sampai kata benda yang satu ini sering dijadikan bagian dari syair lagu, untuk memuja kecantikan sang kekasih.
Contohnya pada salah satu bait lagu dang ndut “Milikku”, yang didendangkan oleh Arafiq. “... Rambutnya terurai hitam dan bergelombang, dialah milikku tempat berkasih sayang.”
Kata rambuik (baca: rambut) tersemat pula pada lirik kidung Minang yang dinyanyikan oleh almarhumah Elly Kasim. “... Asam kandih asam balimbiang, asam kapeh dari subarang. Hitam manih rambuaik karitiang, indak pueh mato mamandang
Jika bibahasa Indonesian maknanya kiri-kira begini, “Asam kandis asam belimbing, asam kapas dari seberang. Hitam manis rambut, tidak puas mata memandang ....” Lagu berjudul “Hitam Manis” ini pernah ngehit di tanah kelahirannya pada era 60-an.
Mungkin masih banyak lagu lain yang mengutip kata ‘rambut’ ini. Baik nyanyi daerah maupun lagu Nasional (berbahasa Inonesia).
Pada zamannya, kaum wanita berlomba-lomba merawat rambutnya. Memilih shampo yang cocok, kualitas bagus, termahal, sampai melakukan creeam buth. Bahkan ada yang mempreteli. Rambut lurus dibikin keriting, yang ikal direbonding supaya lurus, rambut hitam dibuat merah.
Seiring perubahan tren, kini kepedulian terhadap kecantikan rambut sedikit meredup. Khususnya di tempat kami. Mungkin karena sebagian besar Muslimah Indonesia sudah familiar dengan jilbab.
Meskipun ada yang melakukan perawatan super khusus, paling di kalangan orang-orang tertentu saja. Seperti artis, atau wanita yang belum berjilbab.
Ironisnya, di pihak lain ada pula oknum yang menganggap rambut mengganggu kenyamanan bahkan menjijikkan. Termasuk cowok gantengku, (mudah-mudahan tidak berlaku bagi semua orang).
Lalu kapan dan kenapa benda tersebut divonis menjijikan? Berikut saya coba mengulas sekaligus kiat pencegahannya.
1. Ketika rambut kotor dan tidak terawat
Dahulu keluarga kami punya langganan restoran khusus untuk tempat makan bersama keluarga atau menunya dibungkus untuk dibawa pulang. Di sini sebut saja Rumah makan A. Masakannya enak dan cocok dengan selera kami. Ruangan, perabotan, meja makan, dan peralatan lainnya bersih dan tertata rapi.
Tetapi kami tak pernah menyambangi ruang belakangnya. Maklum, di kota. Sebagian dapur rumah makan itu jauh dari kedai tempatnya berjualan.
Beberapa tahun terakhir, Restoran A di renovasi. Dapurnya rada-rada terbuka. Terlebih ketika pengunjung ke kamar kecil numpang buang air.
Apa yang ditemui? Rambut tukang masaknya kusut, ubanan, dan seperti tidak terurus. Celakanya, saat kami sedang bersantap, si chef tadi leluasa mundar mandir di ruang makan. Untungnya puluhan tahun menjadi pelanggannya, kami belum pernah menemukan rambut dalam masakannya.
Tiga tahun terakhir, kami jarang berkunjung ke sana. Palingan kalau benar-benar kangen menu khas resturan tersebut yang tidak tersedia di rumah makan lain.
Sebenarnya tak masalah dengan rambut beruban walaupun tidak disisir. Sebab hal tersebut merupakan sunatullah yang tak bisa dicegah.
Yang jadi problem, si pemilik kepala kurang bijak menyikapinya. Coba dia membiasakan diri menutup kepala saat beraktivitas di dapur dan di ruang makan, hal tersebut tidak akan menjadi dosa bagi saya dan cowok gantengku.
Berkaca dari pemandangan tersebut, saya harus desiplin dengan kebiasaan menutup kepala saat memasak, makan, dan keluar rumah. Seberapa pun panasnya udara. Karena saya punya rambut juga sudah mulai memutih.
1. Ketika rambut nempel pada makanan
Saya dan mungkin juga Anda acap kali menemui rambut dalam makanan. Baik di rumah maupun di tempat-tempat makan seperti di resto dan kedai-kedai.
Biasanya pedagangnya konsisten dengan tradisi. Sajian yang sudah tercemar rambut itu dia ganti dengan menu baru. Asalkan sang tamu melapor padanya dengan cara santun.
Tetapi, kalau saya pribadi, lebih memilih meninggalkan makanan tersebut begitu saja. Takutnya mereka tersinggung.
Pernah suatu waktu makan mie goreng di warung tenda. Baru dua sendok masuk mulut, ada rambut bergumpal dalam Mie di piring. Dikasih tau pada pedagangnya seraya menunjukkan barang bukti. Jangankan mengganti, justru air mukanya kurang jernih. Dibayar duitnya dia terima. Sejak itu saya talak singgah di sana.
Saat memasak yang rentan dibelit rambut itu dedaunan sayur. Seperti sayuran bayam dan pakis. Kadang-kadang, sudah diwanti-wanti. Saat membersihkannya dipindai per lembar. Ternyata ketika makan masih juga dia nongol.
Mending rambut sendiri atau anggota keluarga kita. Mungkin masih bisa ditolerir. Bayangkan andai rambut tersebut milik Mbah tukang sayurnya. Ha ha ....
Untuk mengaantisipasi, tidak cukup dengan mengamati sayurannya berulang-ulang saja. Tetapi harus diperhatikan juga air, gayung, dan wadah pencuci bumbu dan sayurnya. Mana tahu, dia bersembunyi pada tempat-tempat tersebut.
Kemungkinan terburuk tersebut juga bisa diperkecil dengan, mencuci bumbu dan sayuran dengan air mengalir, mencuci tangan sesering mungkin, khususnya setiap akan memegang peralatan sedang memasak. Dan konsisten dengan kebiasan menutup kepala.
Demikian 2 alasan mengapa rambut menjadi benda menjijikkan, dan kiat mencegahnya. Sebenarnya masih banyak dalih lain, semisal saat melihatnya berceceran di lantai, di ruang praktik tukang cukur, dan di tempat-tempat jorok lainnya. Supaya tidak terlalu jauh, kita padai sebatas ini saja.
Terakhir mohon maaf, tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Tetapi saya beropini atas pengalaman pribadi. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Maaf, Bukan Pamer: Ini Secuil Kemenangan yang Pernah Saya Raih dalam Berkompetisi
- Batal Tayang karena Dibayangi Undang-undang ITE
- Kiat Sukses Ala Celotehnur: Semua Roda Harus Berputar
- Melanggar 3 Hak Tubuh Ini Termasuk Kejahatan Terhadap diri Sendiri
- Sering ke Pesta? Jadilah Tamu Baradab
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Pernah sekali makanannya ada rambut panjanggg didalam. Restorennya semuanya milik lelaki. Rambut siapa tu?
BalasHapusAduh! Parah sekali kalau terjumpa rambut dalam makanan!
BalasHapusParah dan menjijikkan. Terima kasih telah mengapresiasi Amie.
Hapuswalaupun berhijab penting jaga kebersihan rambut supaya tak mendatangkan masalah pada orang lain
BalasHapusSetuju, teman. Perawatan rambut itu tetap penting. terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam dari negeri jiran.
HapusMasalah keguguran rambut memang sering dialami
BalasHapusRambut semakin banyak rontok pada usia tua, seperti saya. selamat malam, sobat
Hapuskalau jumpa rambut pun saya tidak berselera nak makan lagi
BalasHapusSama dengan suami saya. Makanya saya diajarkan supaya ekstra hati2. Selamat malam, sobat. Salam dari jauh.
HapusIkut menyimak Bu Nur.. selamat malam dan salam hangat..
BalasHapusUcapan yang sama, Mas Warkasa. Terima kasih telah mengapresiasi.
BalasHapusDulu adik sepupu saya rambutnya panjang dan bagus banget, tapi kutuan bu, hahaha.
BalasHapusKalau rambut di makanan, duh sebal banget.
Paksu saya kan gondrong, da dia rajin bantuin di dapur, alhasil rambutnya di mana-mana, sebel deh, saya aja punya rambut super panjang, tapi nggak pernah bikin makanan ada rambutnya, karena selalu saya ikat dengan baik, biar rambut ga ke mana-mana :D
He he ... Biasanya kalau pak suami yang punya rambut berceceran si bini maklum2 dan aman2 ajah. Giliran rambut bini yang berserakan, pasti diomelin sama pak suami. Apalagi kalau nemunya dalam makanan. Kwikikwikkk.... Selamat pagi ananda Rey. Selamat beraktivitas.
HapusMenemukan sehelai rambut ketika sedang makan memang suka langsung auto kurang mood ya bun mencicipinya. Jadi harus sangat hati-hati ya ketika memasak
BalasHapusSetuju, ananda Asmawati. Rasanya kayak makan bagian tubuh manusia. He he .... terima kasih tanggapannya. Salam sehat untuk keluarga di sana.
HapusAnanda Asmawati ...! Kok bunda gak bisa komen di akun artikelmu?
HapusPerihal rambut dalam masakan memang bikin jijik, bunda. Saya bisa berhenti makan kalau lihat rambut panjang terselip di antara makanan yang kami beli.. duh
BalasHapusSama ananda. Bunda juga begitu. Kan sudah pasti itu rambut orang lain. hi hi .... Selamat malam, terima kasih kunjungannya. Doa sukses dari jauh, ananda Naia.
Hapusaduh bu nur memang ilfil kalau makan tapi yang masak tidak jaga kebersihan rambut
BalasHapusini pernah viral di twitter kemarin
ya ga masalah si kalau memang tidak ada rambut yang nyempil
tapi ya kadang gimana gitu hehe
Ha... sudah rambut dipenuhi uban, kusut masai pula. Siapa yang tidak hilang selera makannya, coba. Selamat sore, Mas Ikrom terima kasih tanggapannya.
HapusSaya ini orang yang termasuk jijik dengan rambut Bu Haji...😊😊 Jadi panjang sedikit langsung deh dipotong, Kalau nggak istri akan marah2...🤣🤣🤣🤣
BalasHapusMeski dulu senang memanjangkan rambut hingga panjang. Tetapi sekarang tidak betah dengan yang namanya rambut panjang.😊😊
Iay, Mas satria. Pantasan dia tidak suka suaminya berambut panjang. Biasanya, kian panjang rambut semakin banyak rontoknya. Semakin bertambah usia (seperti saya) kian banyak rambutnya berguguran. Sebab, tubuh tak sanggup lagi memberinya makan. Selamat sore. Terima kasih telah mampir.
HapusSelalu ramai pengunjung blog bunda Nur, keren selalu ulasannya baru mampir membaca Subhanallah jadi malu tidak produktif
BalasHapusAnanda Nita juga produktif kok. Di blog keyokan. Tulisanmu juga bagus, informatif dan aktual. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat malam.
HapusKalau kat kedai makan, potong betul kalau jumpa rambut.
BalasHapusIya. Makanya kami ibu2 harus hati2 saat memasak.
Hapustip yang bermanfaat....
BalasHapusThank you for sharing
Terima kasih kembali, Mas Tanza. Selamat sore dari tanah air.
HapusWanita bila memasak..pakai tudung, selamat dari makanan ada rambut kan Cik Nur..Terima kasih nasihat berguna
BalasHapusBenar, sahabat Etuza. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi dari seberang.
Hapus