Maaf, Bukan Pamer. Inilah Secuil Kemenangan yang Pernah Saya Raih dalam Berkompetisi
Menjadi pemenang dalam suatu kompetisi itu punya kebahagiaan tersendiri. Terlebih lombanya kelas bergengsi. Padahal, kadang-kadang nilai hadiahnya tidak seberapa. Tetapi wah-nya segungung Kerinci.
Sebelum artikel ini dilanjutkan, terlebih dalu saya mohon maaf, kalau judul dan inti bahasannya terkesan sombong bin ria alias pamer..
Tapi percayalah, dari lubuk hati yang paling dalam, niat saya cuman dua. Pertama untuk menginspirasi anak muda.Yang ke dua, sebagai suka cita dan penghargaan terhadap diri sendiri. Karena di usia mendekati kepala tujuh, saya masih dikaruniaiNya kesehatan. Dilengkapi pula dengan semangat belajar yang belum padam. Meskipun hasilnya, masuk telinga kiri keluar telinga kanan alias kurang lengket. He he....
Oh, ya. Sesuai judul, berikut saya kasih tahu secuil kemenangan yang pernah saya raih dalam berkompetisi, dari kecil sampai tua.
1. Bidang Keagamaan
Sebagaimana sering saya ceritakan di berbagai postingan, semasa sekolah saya tidak terlalu pintar, tidak juga bodoh-bodoh amat. Tetapi saya ditakdirkan beberapa kali mencicipi kemenangan di ajang kompetisi.
Mulai sering memenangkan lomba baca Quran, (MTQ) antar desa kelas anak-anak, sebagian kisahnya ada di sini, sampai menjadi pemenang Barzanji dan MTQ tingkat Kecamatan Danau Kerinci dan Kabupaten Kerinci kelompok dewasa. (pemenang 1 dan 2). Karena saat itu usia saya sudah 42 tahun, maka tak memenuhi syarat untuk berlaga di Provinsi.
Sayangnya cerita tersebut tinggal kenangan. Kini saya tak kuat lagi membaca Quran dan Barzanji seperti dulu. Nafas sudah ngos-ngosan, suara blang-bling karena jarang dilatih.
2. Bidang Akademi
Selain rezeki ngaji, semasa di SLP Allah juga mengirimi saya berkah, beberapa kali menjadi juara kelas. Wow .... senangnya tiada terkira.
Namun, sampai di SLA, prestasi saya anjlok ke level paling bawah. Saya tak mampu lagi bersaing dengan teman sekelas. Maklum, anak desa sekolah di kota. Belum lagi tekanan ekonomi, ngekos jauh dari orang tua dengan biaya hidup alakadarnya.
Nasib baik kembali merapat, setelah saya menyelesaikan Program Pendidikan D.2 PGSD Universitas Terbuka. Awal tahun 1996 saya dapat tiket gratis untuk diwisuda di Kampus UT Pondok Cabe. Sebagai reward atas perolehan IP tertinggi ke 2 se provinsi Jambi.
3. Bidang Literasi
Di ajang literasi, saya jaga lumayan mujur versi saya. Dua kali ke finalis Nasional dan Pemenang 2 blogcompetition oriskan di kompasiana. Informasinya ada di sini.
Terakhir 05 November 2021 lalu, saya dinyatakan sebagai pemenang ke 2 Blogcompetition Mangdropship bertema, “Sukses Berjualan dengan Metode Dropshipping”.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama pada rekan sukoners yang dipiloti oleh Mas Yon Bayu. Beliau-beliau ini telah mensuport, mengarah, dan membimbing saya dalam banyak hal. Tanpa kalian saya tak berarti apa-apa.
Dan terima kasih tak terhingga pula saya ulurkan pada Mas Aang, yang telah menyemangati saya. Berkat komentar beliau di Warung blogger semangat saya jadi terbakar.
Setelah menulis beberapa paragraf, saya sempat mau of dan kabur. Karena saya hanya mampu menulis ketidakberpengalamanan saya tentang belanja online.
Saya kabarkan pada Mas Aang. Saya hanya bisa nulis ini ..., bla .... bla ....
“Jangan mundur Bu. Ibu tinggal merapatkan narasinya ke Mangdropship.”
Spitit saya berkobar kembali.
Setelah artikelnya disubmit, saya senyam-senyum sendirian. Mas Aang menyemangati saya seperti Bu Bidan menunggu bayi mau keluar. Ha ha ....
Mbak Kiki (istri Mas Aang) pun tak kalah sibuk melayani saya. Memandu saya mensubmit artikel. Namanya saja mengajar nenek-nenek. Nyinyirnya selangit sebumi. Haha...
Penghormatan yang mendalam pula saya kirimkan buat pihak kompasiana yang telah andil sebagai tempat persinggahan bagi artikel saya sebelum disubmit ke panitia lomba.
Tidak Selalu Menang
Membaca paparan sebelumnya, barangkali Anda beranggapan bahwa saya tak pernah gagal dalam berkompetisi.
No..., Tak terhitung jumlahnya sayembara menulis yang pernah saya ikuti. Jauh sebelum munculnya kompetisi berbasis online, saya sudah puluhan kali berpartisipasi dalam even jarak jauh. Nulis artikel dengan tulisan tangan juga pernah saya coba. Ngirimnya via pos. Baik bertaraf nasional, maupun tingkat lembaga-lembaga tertetu.
Cuma 2 kali yang berhasil membawa saya melaju ke babak final. Yaitu tadi. Lomba Karya Tulis Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional. Tahun 2002 dan 2004. Sampai di Jakarta dua-duanya KO.
Sudah puluhan kali pula saya mengirim naskah novel ke berbagai penerbit, hasilnya nihil. Naskah tersebut hampir semuanya lenyap tak tentu rimbanya, mati tak tahu kuburnya. Meski ada juga yang memberikan balasan yang berisi penolakan.
Kiat-kiat Memenangkan Lomba Menulis
Mungkin ada yang bertanya, apa saja kiat yang diterapkan untuk memenangkan lomba?
a. Tulislah apa yang kita tahuDalam menulis artikel baik untuk lomba maupun untuk konten blog, saya tidak memiliki trik khusus.
Kuncinya ada dua. Pertama, saya hanya menulis apa yang saya tahu. Dengan demikian, tulisan itu mengalir apa adanya. Barangkali ini yang disebut menulis dengan hati.
Bukan berarti saya anti referensi dari sumber lain. Itu penting dan sangat mendukung kualitas tulisan kita. Seberapalah bagusnya pengalaman nenek-nenk tua seperti saya tanpa dipoles dengan ilmu orang lain.
b. Kesampingkan ambisi untuk menang
Kunci ke dua, waktu menulis konten lomba, jangan terlalu fokus mengejar
“menang”. Tujuannya apabila kalah, kita tidak kaget dan stress. Dalam perlombaan,
semua mau menang. Termasuk saya. Tetapi kalahkan terlebih dahulu nafsu untuk
menang. Supaya waktu menulis pikiran kita tidak terbebani oleh rasa takut kalah.
Namun, berusahalah maksimum menampilkan yang terbaik dengan segala upaya yang kita miliki. Biar kalian tahu, saat menulis artikel lomba Mangdropship, waktu saya tersita untuk ngedit saja 2 hari lho. Belum termasuk isi dan menentukan judul. Sampai-sampai cowok gantengku dirayu dengan masakan di warung saja. Haha ...
Waktu pengumuman hasilnya, saya malah mengucapkan selamat kepada pemenang favorit. Jumlahnya 10 orang tertera pada 2 halaman. Tidak termasuk saya.
Ya sudah. Artinya saya tidak menang. Sedikit pun saya tidak kaget. Karena dari awal saya tidak terlalu berharap untuk menang. Meskipun setiap salat malam, saya menadahkan tangan pada Yang Kuasa semoga menang. He he ....
Teman-teman di WAG bilang, “Nenda juga menang kok.”
Hah ...? Ternyata nama saya ada pada lembaran ke 3, tercantum sebagai pemenang 2. Tadinya lembaran itu luput dari perhatian saya.
Inilah secuil kemenangan yang pernah saya raih dalam berkompetisi. Bagi sebagian orang mungkin tak ada apa-apanya, tapi buat saya, senangnya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Batal Tayang karena Dibayangi Undang-undang ITE
- Kiat Sukses Ala Celotehnur: Semua Roda Harus Berputar
- Melanggar 3 Hak Tubuh Ini Termasuk Kejahatan Terhadap diri Sendiri
- Sering ke Pesta? Jadilah Tamu Baradab
- Pengalaman Jadi Pembuntut Emak: Disodor Tinja Sampai Dikunci di Kamar
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Pengalaman ibu banyak juga, terutama pengalaman mengikuti lomba. Seseorang yang pernah jadi juara pelombaan tentu harus mengikuti perlombaan itu sendiri. Semakin banyak perlombaan yang diikuti, kemungkinan juara pun semakin besar. Meskipun tidak juara, pengalaman dari berbagai lomba tersebut menjadi latihan tersendiri. Beda dengan saya yang jarang ikut lomba, ckck.
BalasHapusAlhamdulillah, seharusnya memang begitu, ananda. Ratusan kali ikut lomba cuman segitu peroleh kemenangan. Selamat sore. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusAlhamdulillah, seharusnya memang begitu, ananda. Ratusan kali ikut lomba cuman segitu peroleh kemenangan. Selamat sore. Terima kasih telah singgah. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusMaasya allah pengalaman Ibu banyak sekali. Tentunya dari lomba2 tersebut membuat skill bertambah ya bu. PR buat saya nih yang masih harus memberanikan diri buat ikut lomba
BalasHapusAyo semangat ananda. Kesamping kalah menang. Yang penting ikut. Cari pengalaman. Apalagi anak muda sepertmu.
HapusMasyaAllah.. terbaik ni. Alhamdulillah dikurniakan kebolehan. Bukan riak tapi bakal menjadi inspirasi pada yang lain²
BalasHapusSyukur kalau tidak ria, sobatku. Terima kasih telah singgah. Selamat sore. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
Hapusdi balik sebuah kesuksesan pasti ada sebuah perjuangan dan perjuangan tersebut sangat melelahkan, tapi akan terbayarkan ketika kita mencapai puncaknya, boleh di jadikan pembelajaran nih, mantap ceritanya mba
BalasHapusTerima kasih tanggapannya, Mas Kuanyu. Betul. Jika menginginkan sesuatu harus dibarengi dengan usaha dan perjusngn yang panjang dan berliku2. Selamat sore. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusTahniah
BalasHapusBanyak sekali kejayaanyang diraih
Bznyak, tidak juga sobat. Cuman secuil kecil. Terima kasih telah singgah. Doa sukses dari jauh.
HapusTerbaik.. dan tahniah
BalasHapusAmin, temanku Nur Aziz. Terima kasih tanggapannya. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusPengalaman Bu Nur sangat banyak sekali terutama ikut lomba. Pernah juara dua pula di Kompasiana, padahal tidak mudah karena banyak penulis bagus.😀
BalasHapusJadi kuncinya ikut lomba itu menulis apa yang kita tahu dan jangan ngarep menang ya Bu.😄
Pengalaman ada, tetapi kebanyakan pengalaman pahit, berakhir dengan kekelahan. Di kompasiana cuman nyangkut 1kali. Padahal ikut lomba puluhan kali. Selamat pagi Mas Agus. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat ber-senang2 di hari minggu.
HapusMakasih Bunda, sudah berbagi tips menang lomba. Akan saya ingat bahwa ketika nulis untuk lomba harus singkirkan dulu ambisi pengen menang dan, tulis apa yang kita tahu.
BalasHapusAmin. Alhamdulillah, semoga bermanfaat, ananda Yustrini. Terima kasih telah mengapresiasi. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusWaow keren banget nek, udah beberapa kali menangin lomba,,, terima kasih juga petuahnya, semoga bisa memang juga kalo ikutan lomba...
BalasHapusPuluhan kali ikut lomba menangnya segitu, cucunda Alul. He he . selamat malam. Terima kasih telah mengapresiasi.
Hapussungkem dulu buat bu Nur
BalasHapussejak saya tahu artikel Bu Nur kerap HL di Kompasiana sudah pasti kemampuan menulis bu Nur warbiyasah
saya sepakat dengan kesampingkan ambisi untuk menang ya Bu
yang penting sudah berusaha dan kalau tidak menang ada manfaat lain yang kita dapat
Menangnya hanya secuil kecil, Mas Ikrom. Tetap daya tulis untuk memotivasi anak muda. Semoga malam. Terima kasih telah singgah.
Hapustahniah sis Nur atas segala pencapaian. semoga terus sukses. terima kasih untuk tips nya
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih, temanku Salbiah. Selamat istirahat.
HapusMasya Allah, kemenangan yang manis dengan proses yang manis pula.
BalasHapusKeren Nek, bisa jadi inspirasi untuk ke depannya.
Amin, cucunda. Tujuannya memang begitu. Untuk meng inspirasi anak muda. Selamat pagi, selamat menyambut pagi ceria.
HapusMasyaAllah Bunda luar biasa prestasinya. So Proud of you.
BalasHapusSemoga dapat belajar dari pengalaman-pengalaman luar biasanya
Belum seujung kuku orang hebat, ananda Regen. Tapi bunda tetap bersyukur karena bisa mencicipi apa yang disebut menang lomba. Terima kasih tanggapannya selamat sore.
Hapustahniah.....semoga terus suksesnya.
BalasHapuskejayaan ini juga akan memberi kesan memori yang terindah dalam hidup
Setuju, sobat. terima kasih motivasi dan doanya. Selamat sore dari negeri seberang.
HapusKalo buat saya ini mah bukan pamer Bu, malah saya setuju ini lebih untuk penyemangat blogger2 lain biar bisa seperti ibu. Tetep semangat menulis 👍👍. Saya mah kagum Ama ibu, dan berharaaap banget kalo saya sudah diusia itu, saya tetep bisa aktif menulis :).
BalasHapusMari kita sama-sama meninspirasi, ananda Fanny. Supaya kegemaran menulis kita supaya tetap awet. Selat sore. Doa sehat untuk keluargadi sana.
Hapuswah.... keren....
BalasHapusmeski tinggal jauh di luar Jawa, ternyata bisa bersaing di tingkat nasional ...
mantap... 👍👍👍
Sekarang dunia biasa dilipat sebesar kasur, Mas Tanza. He he .... (bercanda only). Selamat petang dari tanah air.
BalasHapus