Seminggu Pulang Kampung, Ini Oleh-oleh yang Saya Peroleh
Hapir setengah abad tinggal di rantau, hanya sekali ini saya pulang ke tanah kalahiran dengan durasi terpanjang, selama satu minggu. Kebetulun, adik bungsu saya ditimpa musibah, suaminya meninggal dunia.
Dalam kurun tersebut, ada 5 kabar menarik yang saya peroleh sebagai oleh-oleh untuk dibawa kembali ke Ranah Kerinci.
1. Canggung dan bingung
Belum lagi masalah suhu yang menyentuh angka 30-an derajat Celcius. Sangat tidak bersahabat bagi tubuh saya yang terbiasa dengan udara pegunungan (lembah Kerinci). Ingin rasanya segera kembali ke rantau.
Hanya wajah-wajah keluarga terdekat yang saya kenal namanya. Sisanya, blong. Jika mereka menatap, saya bertanya, “Kamu anak siapa, atau cucu siapa?”
Tapi, sebagiannya mengenal saya. Mungkin beliau-beliau itu tahu dari mulut ke mulut, bahwa saya bagian dari keluarga mereka.
2. Teman-teman Emak
Kaum tua seumuran Emak bisa dihitung dengan jari, yang lain telah tiada. Sahabat sekolah dan teman sepermainan saya pun telah banyak yang pergi. Yang masih tersisa, wajahnya banyak yang luput dari ingatan.
Mending ada yang sudi menyapa. “Masih ingat saya?” katanya.
Saya membalas dengan senyum termanais sambil mengerut kening, “Eh ..., maaf ..., Ambo lupo” (Maaf ..., maaf ..., Saya lupa).
3. Susah membedakan rumah satu dengan lainnya
Pohon-pohon duku besar di sekitar rumah Emak sudah musnah. Begitulah dunia. Penghuninya silih berganti, yang lahir dan mati tak pernah berhenti.
4. Status sosial terus bertransisi
Jalan setapak yang masa lampau becek pada musim hujan berdebu di musim panas, kini berganti dengan aspal hitam. Namun aroma pedesaannya masih mewangi.
5. Fashion dan gaya
Yang bikin mata ngilu-ngilu sedap, sebagian Emak-emaknya suka pakai perhiasan. Entah suaminya buruh kebun, petani sawit, atau nelayan. Yang penting pada tubuh istrinya ditempeli perhiasan emas (walaupun tidak semua).
Minimal anting di telinga dan sebiji cincin melingkar di jari. Saya berpikir, Barangkali karena mereka belum tahu bagaimana rasanya menjadi korban perampokan.
Adik-adik saya sempat minder mendengar bisik-bisikan berantai.Kakaknya ini pulang kampung tidak pakai emas sebiji pun. Saya hanya tersenyum tanda pengakuan bahwa saya memang kalah di bidang itu. Habis, saya tak punya duit untuk membelinya.
Inilah kabar yang saya peroleh selama pulang kampung, sebagai oleh-oleh untuk dibawa kembali ke rantau. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Abses Submandibula telah Membuat 4 Keponakanku jadi Yatim
- Tongkrongan Melayu Kopi Daun tak Kalah Elegan dengan Gaya Ngopi Modern
- Ketika Rambut Menjadi Benda Menjijikkan ...
- Maaf, Bukan Pamer: Ini Secuil Kemenangan yang Pernah Saya Raih dalam Berkompetisi
- Batal Tayang karena Dibayangi Undang-undang ITE
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Lama tu, dalam setengah abad baru sekali pulang pastinya banyak yang berubah seiring masa. Semoga kampungnya terus aman
BalasHapusPulangnya sering, Ananda Salbiah. Cuman satu atau dua malam saja. Kali ini 7 hari 7 malam.
Hapusoh..lama tu sampai seminggu. patutlah banyak 'ole-ole' dibawa balik
Hapusnenek asli indrapura ya
BalasHapusBetul, cucunda. Terima kasih telah singgah selamat pagi.
HapusPulang ke kampung kalau udah 7 hari baru rasa seronoknya kan. Banyak kenangan2 diimbau dan dapat berjumpa teman² sanak saudara
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSeronok bercampur gelisah temanku Azmer. Rasa merantau. Ingin cepat pulang ke rumah sendiri. He he ....
HapusLamanya ibu, setengah abad tidak pulang ke kampung. Sudah tentu banyak perkara lampau yang perlu diimbas kembali untuk mengingati jejak-jejak masa lalu. Saya sendiri merasa tulisan ibu ini satu nostalgia yang sungguh menyentuh kalbu.
BalasHapusPulang sering, ananda Amie. Tapi satu atau dua malam saja. Hanya sekali ini paling lama. Mencapai seminggu. Selamat malam dari negeri seberang.
Hapushehehe.... asik juga bacanya...
BalasHapusternyata soal pakai emas sebagai tanda orang kaya belum bergeser di kampung kampung....
😁😁😁
terima kasih telah berbagi
"ternyata soal pakai emas sebagai tanda orang kaya belum bergeser di kampung kampung" >>> He he ... lumayan, bisa numpang cuci mata. Selamat malam dari tanah air Mas Tanza. Terima kasih telah singgah.
BalasHapuspaling senang itu ketika bertemu teman lama ya mba, rasanya senang banget gimana gitu, seru lah pokoknya
BalasHapusTapi sedihnya, teman akrab saya dulu, udah banyak yang tiada, Mas Kuanyu. Entah kapan saya menyusul.
Hapussemoga bunda sehat selalu ya, kalo dengar cerita bunda, rasanya ingin bisa liburan ke tempat bunda di Kerinci
BalasHapusAmin ananda. Duh ..., udah lama kita tidak saling sapa. Salam sehat penuh berkah ya. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi.
Hapus