3 Tips Mengelola Baju Bekas supaya tak Berakhir di Telapak Kaki
Uncategorized
Kita semua pasti punya koleksi baju bekas layak pakai, yang mengendap dalam lemari. Terlebih kami nenek-nenek pensiunan.
Kalau modelnya simple, kaos, celana panjang dan dasteran bisa dikenakan harian. Bagaimana dengan baju untuk dipakai keluar, atau ke acara-acara tertentu. Seperti baju kurung, gaun yang banyak pernak-pernik atau ditelnya ( minjam istilah Ivan Gunawan), gebaya dan model kreasi lainnya. Paling disumbangkan pada saudara kita korban bencana.
Kalau tidak dimanfaatkan sayang rasanya. Maklum selaku nenek-nenek yang lahir era 50-an pernah mengalami bagaimana susahnya membeli pakaian. Pakai baju bertambal ke sekolah merupakan hal yang lumrah.
Sebelum tahun 80-an, Kalau ada sanak saudara datang dari kampung sering dikasih. Kadang-kadang mereka yang minta.
Sekarang zaman telah berubah. Mereka sudah pada mampu. Dikasih baju bekas bikin sedih. Sampai di rumahnya mereka jadikan pel lantai. Meski tidak semua saudara bersikap begitu. Saya sudah membuktikannya 3 kali.
Mau diturunkan kepada anak, dia kurang mau pakai baju Emaknya. Karena sebagian besar bahan dan modelnya ketinggalan alias jadul.
Sehubungan dengan kasus tersebut, saya ingin berbagi tips cara merawat dan mengelola pakaian bekas, supaya tak berakhir di telapak kaki.
Tips mengelola baju bekas pertama: Berikan kepada sahabat atau kerabat yang benar-benar butuh
Kadang-kadang kita ngasih pakaian bekas salah sasaran. Memberikan kepada sanak keluarga yang tidak butuh. Tak heran, baju tersebut berakhir di telapak kaki. Padahal sangat layak pakai. Justru masih baru menurut empunya.
Lalu bagaiman mengetahui bahwa orang tersebut butuh atau tidak. Pertama tunggu dia minta. Ke dua, lihat penampilannya. Apakah baju yang biasa dia pakai lebih bagus daripada baju yang akan kita berikan. Jika iya, urungkan niat untuk menyumbangkan baju bekas padanya.
Beberapa tahun terakhir, saya tidak pernah lagi memberikan baju bekas kepada siappun kecuali pada orang yang termasuk dalam 2 kategori tersebut.
Tips mengelola baju bekas ke dua: Direhab ulang
Karena saya mantan tukang jahit, melakukan perombakan ulang fashion baju adalah bagian dari kebiasaan saya.
Ini adalah cara paling aman untuk memanfaatkan pakaian bekas. Baju-baju yang model nya agak ribet, saya rombak jadi simpel. Hingga bisa dipakai sehari-hari.
Minimal, dipotong, dibentuk, dijahit dijadikan pembungkus tubuh bantal yang bisa dibuka pasang (sarung bantal bagian dalam). Jadi, bantal-bantal yang dipenuhi oleh peta dunia itu saya bungkus dengan rapi. Kaus-kaus ketat bekas si sulung bisa dijadikan tas belanjaan.
Empat tahun terakhir, tepatnya 3 tahun aktif nulis di kompasiana dan setahun di blog pribadi, saya tak pernah lagi melakukannya. Padahal, banyak baju bekas yang patut diolah dan bantal-bantal yang pantas diservis.
Tips mengelola baju bekas ke tiga: Sumbangkan ke panti asuhan
Poin terakhi ini tentu cocoknya buat pakaian anak-anak. Saya tidak berkesempatan menyumbangkan pakaian bekas putra-putri saya kepada anak panti.
Alasannya, zaman mereka masih kecil beli pakaian tidak semudah sekarang, karena harganya relatif mahal. Alasan ke dua, saya punya adik-adik dan keponakan hampir seumuran dengan anak-anak saya. Kadang-kadang baju yang masih bagus pun mereka berani minta.
Beda dengan si sulung. Emak milenial itu hobinya beli pakaian yang lumayan banyak untuk putri satu-satunya. Sementara anaknya kurang hobi gonta ganti pakaian. Sukanya, pakai baju yang menurutnya paling nyaman.
Maaf, bukan pamer dan sombong. Kadang baju baru yang beberapa kali pakai, mengendap di lemari. Akhirnya tak bisa dikenakan lagi, karena kekecilan.
Akhirnya diantarkannya ke panti. “Mau dipakai atau tidak. Yang penting kita tidak melihatnya, karena telah jauh dari pandangan mata,” katanya.
Demikian 3 tips mengelola dan menyelamatkan baju bekas versi saya. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Ikan Gabus dan Manfaatnya bagi Kesehatan dan Kecantikan
- Menjawab Keluhan Pemilik Toko Sepi Pembeli
- Kumpulan Kata Bijak Menggugah
- 35 Kata-kata Mutiara Bijak Penyemangat Hidup
- Twister-C, Vitamin C Ramah di Lambung
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Boleh juga idenya mba Nur, he-he
BalasHapusBoleh dipraktikkan, Mas Kuanyu. He he ... selamat malam.
HapusSelamat malam juga mba Nur
Hapustip no 1 dan 3 sangat menarik: dimana diantara tanggung jawab sosial adalah berbagi sesama......
BalasHapusmantul .... 👍👍
Terima kasih, Mas Tanza. selamatmalam dari tanah air.
HapusNomor satu dan tiga kayaknya yang bisa ku lakukan.😀
BalasHapusKalo baju bekas lumayan banyak karena kadang kekecilan, tapi kadang ada juga yang sudah tidak suka karena sudah bolong.😂
Dibagikan ke pantai asuhan sepertinya lebih tepat. Kadang kasih ke orang lain ngga enak
Betul, Mas Agus. Yang aman kayaknya ya, dikasih ke panti asuhan. Entah dia buang atau apa, yang penting kita tak tahu lagi riwayatnya. Terima kasih telah singgah selamat malam.
Hapus
BalasHapusDulu waktu saya masih kecil pernah sih dan hampir sering ngasih baju bekas yang masih bagus ke anak tetangga namun berakhir jadi keset kaki. Namun saat saya sudah besar ?? Baju saya yang masih bagus dan layak itu saya berikan ke kakak saya .
Nah, artinya tipe orang sana beda tipis dengan oknum kampung bunda, ananda Tari. He he ... Selamat malam. Terima kasih tanggapannya.
BalasHapusduh saya jg seringnya jadi keset :(
BalasHapusTrims pencerahannya mb
Kalau baju sendiri tak apa2, Mas. Tak yang tersinggung. Selamat pagi. Terima kasih telah singgah
Hapussaya suka beri pada orang tak dikenali. selalunya mangsa banjir atau orang susah. pernah juga beri pada teman yang bukak gerai pakaian second hand. dapatlah untung beberapa ringgit
BalasHapusIde yang bagus. Tapi di sini tak ada teman yang buka toko charity. Dikasih pada tetangga takutnya mereka tersinggung. selamat malam, ananda Salbiah
Hapusmemang benar sih bunda...kalau baju bekas mau dikasihkan ke sanak saudara takut kesinggung dan kalau bentuknya udah oldschool tak sesuai jaman malah ntar ujungnya jadi kain pel...hiks...biasanya mbul sih cantelin aja di pintu pagar kan ada bapak bapak pengambil sampah yang ambil tiyap 2 hari sekali..nah khusus yang baju bekas ini kalau bapaknya datang mbul panggil aja tapi kasih tahu kalau yang ini baju bekas masih layak pake...jadi dibedakan dengan kantong yang berisi sampah... terserah mau bapak jual lagi atau dipul ke pengepul barang bekas, diapain bebas.. malah biasanya biar ga menuh menuhin lemari dan cepet bersih n keambil si bapaknya aku tambahin aja uang buat beliau hehehe...maksudnya biar aku dibantu cepet bereskan isi lemari dengan baju bekasku cepet diangkut gitu bunda heheh
BalasHapusDi desa bunda tukang sampahnya lumayan mampu. Tak berani ngasih baju bekas. Dia kerja buang sampah digaji pemerintah desa. Jadwalnya setiap pagi. Kecuali hari juat. Pakai motor viar. Selamat malam ananda Mbul.
HapusBetul.. kena berikan kepada mereka yang benar-benar perlu.
BalasHapusTerima kasih telah mengapresiasi, Mas Dasir. Doa sehat untuk keluarga di sana ya.
HapusSama banget dengan pengalamannya mbak Nur, aku juga pernah kasiin baju ke salah satu orang kurang mampu gitu, dia cuma punya beberapa baju aja udah gitu warnanya juga udah gak layak.
BalasHapusSebelumnya izin dulu kedia, mau gak terima baju bekas gitu, dia bilang mau dan dia juga udah liat kondisi bajuku masih bagus bagus gak kepake karna aku sekarang udah gendutan. Tapi abis diterima baju baju yang aku kasiin malah dijadiin kain lap donk, ya Allah sakit ati banget aku liatnya.
Dari situ kapok aku mau kasiin baju bekasku lagi. Lah...koq jadi curhat aku ya hehehe...
Saya juga senang dicurhatin, Mbak Riyanti. Salah satu gunanya blog untuk media curhat. Nah bukan mbak Riyanti dan saya saja yang digituin. Ada teman lain juga curhat ke saya. Bahwa dia kasih baju ke keluarga dijadikannya pel dan keset. Siaps yang tidak tersinggung, coba. Terima kasih telah singgah. Selamat sore.
Hapus