4 Trik Menghilangkan Kekhawatiran Masa Depan Anak. Nomor 3 Pinjam Istilah Jokowi
Bisikan ini sering melintas di benak saya, semasa anak-anak masih kecil. Terutama ketika memandang tubuh-tubuh mungil itu sedang terlelap pada malam hari.
Kekhawatiran seperti ini jamak melekat pada sebagian Emak-emak, yang menginginkan kehidupan anak-anaknya kelak lebih baik. Minimal jauh dari kata sengsara tersebab lemahnya ekonomi.
Kini anak-anak saya sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing. Eh ternyata semuanya mengalir biasa-biasa saja. Meskipun kondisinya jauh dari kata kaya. Minimal apa yang saya khawatirkan puluhan tahun lalu tidak terjadi.
Hal tersebut tentu tak terlepas dari usaha dan arahan Emak dan Bapaknya dan campur tangan Allah Yang Maha Pengatur.
Tapi bagaimana, jika rasa was-was dan kekhawatiran itu tetap hadir. Tenang. Berikut saya akan berbagi 4 trik untuk menghilangkannya.
1. Bekali mereka dengan pendidikan
Diantara fungsi pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan kepribadian seseorang. Melalui pendidikan dia akan mampu mengembangkan keterampilan sebagai bekal untuk menjalani hidup dan kehidupannya kelak dengan layak.
Dengan pendidikanlah nasib seseorang bisa berubah. Ini bukan sekadar bualan pemanis kata. Saya telah membuktikannya.
Alhamdulillah, berkat pendidikan, saya telah berhasil menggapai perubahan setingkat lebih baik daripada nasib orang tua saya dahulu. Meskipun sangat tidak pantas diberi label sebagai orang berada.
Tak dapat dibayangkan, bagaimana masa tua saya saat ini tanpa disertai dengan pendidikan. Karena saya lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak berkemampuan di segi ekonomi.
Jadi kalau orang tua yang menginginkan masa depan anaknya lebih baik, berikan mereka pendidikan setingi-tinginya sesuai kemampuan. Soal jadi pejabat dan orang berpangkat, urusan belakangan. Yang penting mereka disekolahan supaya jadi pintar. Orang pintar tak akan memasrahkan dirinya dijajah kemiskinan dan berpantang menjadi “mangsa” orang kaya.
2. Berikan mereka kepercayaan
Sering kali apa yang ada di benak anak-anak tidak terpikir oleh emak-bapaknya. Terlebih zaman sekarang, sepanjang hari mereka dikerubungi oleh informasi dari segala arah.
Kadang-kadang ibu dan bapaknya kurang percaya akan kemampuan anaknya. Efeknya, mereka terlalu ngatur, kelak anak-anak menjadi apa, kuliahnya pilih jurusan apa, dan seterusnya.
Mengarahkan anak-anak pada hal yang positif adalah suatu keharusan. Asakan disertai dengan argumen yang masuk akal. Namun kalau menurut mereka pikiran merekalah yang lebih baik, orang tua tak bisa memaksakan kehendak.
Jadi ingat kisah tetangga mertua saya tahun 60-an. Zaman itu orang tua si tetangga tergolong kaya, punya kebun cengkeh yang luas. Dia memaksakan anak lelakinya supaya mundur dari TNI di ibu kota. “Untuk apa jadi tentara. Hidup menghamba, rezeki diatur,” katanya.
Karena selalu didesak dan didesak, akhirnya dia berhenti juga. Dan angkat kaki dari ibu kota, terus pulang kampung. Tak berapa lama, pohon cengkeh orang senegeri mati semua karena diserang hama. Orang tuanya bangkrut.
Bagaimana nasib Mantan TNI tadi? Berdagang tidak bisa alasan tak punya bakat. Ke sawah tak kuat, sebab tiada terlatih dari kecil. Untuk menafkahi anak-anaknya,
dia membantu istrinya berjualan lontong.
Kadang-kadang, karena kekurangpercayaan pada kemampuan anak-anaknya, sebagian orang tua menyengsarakan dirinya sendiri. Selama hidupnya dia bekerja mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, hingga tak tahu ekor dan kepala. He he ...
Tujuannya untuk diwariskan kepada anak-anaknya, supaya anak cucunya kelak menjadi orang berkecukupan. Maaf ceritanya meluber ke mana-mana. Maklum nenek-nenek.
3. Terapkan desiplin gas dan rem
Dalam mendidik dan membesarkan anak-anak, setiap orang tua mempunyai strategi masing-masing.
Ada dengan cara keras alias otoriter. Anak-anak harus tunduk pada apa yang dikehendaki orang tua. Kalau tidak, siap-siaplah menanggung risiko.
Zaman sekarang mungkin tak banyak lagi orang tua type ini. Sebab puing-puing sistim mendidik ala kolonial telah lenyap dari permukaan tanah air Indonesia tercinta ini.
Selain itu, ada pula orang tua tidak tegas dalam bersikap, mengikuti apa maunya anak. Efeknya anak jadi manja. Muaranya, anak yang mengatur Emak Bapaknya. Bukan sebaliknya.
Yang terakhir, orang tua menerapkan desiplin level sedang. Maaf, saya saya meminjam istilah Pak Jokowi dalam penanganan covid 19. Gas dan rem. Dalam kontek ini saya memaknainya, ada masanya orang tua bertindak tegas (bukan kejam), ada pula saatnya mereka harus berlemah-lembut.
Bagi saya, sistim gas dan rem ini terbukti cocok diterapkan dalam mengantarkan anak-anak ke gerbang kedewasaan.
4. Bekali anak-anak dengan pendidikan agama
Membekali anak-anak dengan pendidikan agama adalah kewajiban orang tua, yang harus dimulai dari keluarga. Salah satu fungsinya untuk membantu perkembangan anak-anak dalam berakhlak sesuai dengan yang docontohkan Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Muliakan anak-anak kalaian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang luhur,” (HR Ibnu Majah).
Terlebih di era digital saat ini. Banyak kasus yang terjadi akibat kemerosotan akhlak. Apalah artinya sekolah tinggi jika akhlak telah rusak. Hampir dipastikan masa depan pun akan hancur. Maka oleh sebab itu, orang tua tak boleh abai terhadap kepentingan yang satu ini. .
Demikian 4 Trik untuk menghilangkan
kekhawatiran dalam mengantarkan buah hati
ke dunia dewasa. Apabila semuanya terlaksana dengan baik, insyaallah tak ada yang perlu dicemaskan. Terakhir mohon maaf, artikel ini ditulis bukan maksud menggurui. Hanya sekadar berbagi pengalaman pribadi.
Mungkin Anda punya tips lain yang tak kalah unik dan menarik. Silakan ditambah pada kolom komentar. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Yang Penting Hati-hati dan tidak Salah Injak Gas, Insyallah Selamat
- 3 Alasan Istri Kabur Tinggalkan Anak dan Suami
- Seminggu Pulang Kampung, Ini Oleh-oleh yang Saya Peroleh
- Abses Submandibula telah Membuat 4 Keponakanku jadi Yatim
- Tongkrongan Melayu Kopi Daun tak Kalah Elegan dengan Gaya Ngopi Modern
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
ke empatnya sangat penting.... terutama poin 1 dan 4....
BalasHapusPosting bermanfaat.... 👍👍👍
Thank you for sharing
Terima kasih tanggapannya Mas Tanza. Selamat pagi menjelang siang dari tanah air.
Hapustipsnya menarik nih mba Nur, anak harus di gas dan di rem, ternyata enggak cuma motor dan mobil yang bisa di gas dan di rem, he-he
BalasHapusBiasanya anak2 harus begitu, Mas Kuanyu. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi menjelang siang.
Hapusgas dan rem aku selalu bilangnya tarik ulur
BalasHapusHe he .... Setuju, Mbak Tira. Terima kasih telah mengapresiasi selamat pagi.
HapusDisiplin gas rem ini sering banget aku dapatkan di keluarga, biasanya terkait apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.. Kalau gak boleh ya gak boleh, tapi kadang ada juga sesuatu yang diperbolehkan juga, yang penting ada batasnya dan tidak memaksakan..
BalasHapusSetuju Mas Andri K. terlalu keras dengan anak membuat anak jadi tertekan. Terlampau lunak, kita bisa dikuasai, diatur oleh anak2. Ini alasan yang tidak bisa dibantah.Terima kasih telah singgah, selamat sore.
HapusAlhamdulillah semua tips ni memang mak ayah saya amalkan. Walau kami adik beradik tak kaya-raya sekarang tapi takdelah sampi tak makan.
BalasHapusUdah cukup membiaya hidup, anak tak banyak tingkah, ibadah lancar, itulah namanya kaya ya, ananda Salbiah. Selamat malam dari seberang.
HapusInspiratif Bu Nur..👍
BalasHapusTerima kasih telah singgah, Mas Warkasa. Doa sehat penuh berkat untuk keluarga di sana.
HapusBetul sekali Bu, mendidik anak itu ibarat naik kendaraan ya, ada saatnya di gas, ada saatnya di rem, sama juga kayak layangan, ada yang diulur, ada juga ditarik.
BalasHapusSaya masih belajar banyak tentang hal tersebut :)
Berhadapan dengan anak memang harus dengan trik cerdas, ananda Rey. Apa lagi anak2 sekarang. Mereka bisa membohongi orang tua dengan berbagai cara. Satu sisi orang tua tak mau dikuasai anak. Di sisi lain kita juga tak tega membiarkan anak2 terlalu di kekang karena bisa merusak mentalitas mereka. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.
Hapus