Jelajah Kaldera di Danau Toba
Senin pagi 09 Januari 2022, kami berempat, saya, anak, menantu dan satu cucu, mengawali pengelanaan hari ke 4, setelah sebelumnya singgah nginap di Pekanbaru, Rantauprapat , dan Parapat.
Tujuan kami ke destinasi wisata The Caldera Toba Nomadic Escape. Saya dan masyarakat kebanyakan menyebutnya Kaldera Danau Toba. Hanya 20-an menit dari tempat kami menginap, Vyns Gues House Parapat.
Danau Toba dan Pulau Samosir
Semasa Kelas 4 Sekolah Rakyat saya persis hafal Danau Toba, di tengahnya ada Pulau Samosir. Tetapi tak pernah tahu letaknya di mana, di provinsi dan pulau apa.
Maklum, murid yang diampu guru bekas didikan klonial. Nama-nama pulau, danau, laut dan tempat penting lainnya di Indonesia dan dunia harus hafal luar kepala.
Otak saya tidak ngecas dengan pelajaran begini. Giliran ulangan, jadilah saya salah satu langganan penerima nilai telor busuk. He he ....
Kisah di balik hafalnya nama Danau Toba
Ilustrasi Jelajah Kaldera di Danau Toba
Kelancaran lidah saya menuturkan kalimat, “ Di tengah Danau Toba Ada pulau Samosir” itu hanya efek dari kebetulan.
Kisahnya, rata-rata siswa cowok di sekolah kami sering membully siswa cewek. Katanya, “anu” perempuan itu diinterpretasikannya sebagai Danau Toba. Di tengahnya ada Pulau Samosir. Tak tahu entah dapat ide dari mana. Mereka melontarkan isunya dengan berbisik.
Tak heran, olokan tersebut lengket dalam ingatan saya dari dahulu sampai sekarang, Padahal, peristiwanya sudah berlangsung setengah abad lebih. He he .... Maaf agak melenceng.
Glamping Ground Kaldera Danau Toba
Siapa sangka, awal Januari 2022 lalu saya sampai di Danau Toba benaran. Tepatnya di destinasi wisata terbilang baru, The Caldera Toba Nomadic Escape.
Posisinya ada di Zona Otorita Pariwisata Danau Toba. Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, dengan luas 386,7 hektar. Dan memiliki Glamping Ground seluas 2 hektar (detiktravel).
Kami langsung ke Glamping Ground-nya, berlokasi di tepi tebing, menghadap ke lembah. Uniknya, jika melihat ke bawah, di ujungnya tampak pemukiman penduduk Desa Sigapiton, yang seakan-akan berada di rawa-rawa. Saya berpikir, ”Musim hujan apa mereka tidak kebanjiran ya?”
Salah satu pengunjung berkata pada suaminya, “Weih ..., Pa. Panoramanya kayak di Raja Empat ya.” Wanita muda itu menunjuk ke arah Danau Toba.
Berfoto selfie di kursi bekas duduk Jokowi
Menurut cerita, dahulunya nama Kaldera Toba belum sebooming sekarang. Sejak Presiden Jokowidodo berkunjung ke sana tahun 2019 silam, popularitas kaldera melejit. Sampai Nenek Ndeso seperti saya pun rindu ingin ke sana.
Seperti di tempat wisata umumnya, ritual klasik yang dilakukan oleh para wisatawan adalah berfoto-foto. “Yuk, Nek kita selfie di kursi bekas dudukan Pak Jokowi,” kata putri saya.
Saya senyum-senyum dan mengamini. Ini adalah momen termahal. Jauh-jauh dari Jambi, demi selfe di kursi bekas duduknya Pak Jokowi dan istrinya. Padahal saat pilpres, si sulung ini pendukung berat Prabowo Subianto. He he ....
Ada juga wisatawan yang berpapasan dengan saya. Dia berdiri di suatu titik, terus berujar pada temannya, “Dulu Pak Jokowi berdiri di sini lho.”
Sebegitu lengketkah nama Pak Jokowi pada The Caldera Toba Nomadic Escape? Hingga banyak pelancong menyebut-nyebut nama mantan Wali Kota Solo Itu. Untuk berpose di kursi penuh historis itu pun pengunjung harus antre.
Jawabnya boleh iya, boleh tidak. Yang pasti, kalau untuk berfoto mungkin lebih pada letak kursi dan mejanya yang strategis. Pemandangannya cantik memukau, dengan back goound lekukan kecil Danau Toba yang diapit oleh 2 gunung.
Tenda berdinding kaca (glass cabin)
Ilustrasi Jelajah Kaldera di Danau Toba
Di area Glamping Ground Kaldera, bercokol sejumlah tenda,
berdinding kaca (glass cabin). Semacam pondok mungil menghadap ke
Danau Toba.Saya penasaran. Ada apa dengan bangunan yang
bernuansa outdoor tersebut. Kebetulan ada satu yang gordennya
tersingkap. Saya berusaha ngintip dari luar.
Oh, ternyata di dalamnya ada tempat tidur sebuah jok, dan meja kecil, kayak fasilitas kamar hotel berbintang. Hanya itu yang terpantau. Maklum, namanya curi intip dari balik layar.
Tentu saja kamar-kamar tersebut disewakan pada traveler pengelana yang mau menginap di alam terbuka, sambil menikmat kerlap kerlip bintang di langit. Judulnya untuk kaum berduit.
Selamat tinggal Glamping Ground Kaldera Toba
Sejatinya masih banyak objek lain dalam kawasan Glamping Ground ini yang patut dijelajahi. Di antaranya, sederet tenda besar berbentuk lonceng warna putih. Letaknya selemparan batu dari tempat kami berfoto-foto.
Mengingat waktu kian mepet, kota Medan masih jauh, kami tidak bisa berlama-lama di sana. Puas berfoto kami segera meninggalkan tekape. Meskipun rasa enggan menggayut hati.
Tiada kata yang bisa terlafal, selain ucapan selamat tinggal buat Glamping Ground Kaldera Toba yang sejuk dan teduh itu.
Jelajah wisata belum usai
Rupanya, begitu keluar dari distrik Glamping Ground Kaldera, bukan berarti jelajah wisata terputus seketika. Beberapa kilometer meniti jalur keluar, traveler dimanjakan dengan titik-titik panorama Danau Toba lain yang tak kalah eksotis dan spektakuler.
Tidak hanya itu, di hutan dan belukar kiri kanan jalan monyet-monyet liar bergelantungan. Cucuku yang notabene penyayang kucing, senang melihatnya. Sepertinya hewan primata itu akrab dengan tamu-tamu yang lewat. Bukan tidak mungkin mereka berharap ada yang bermurah hati untuk berbagi rezeki.
Sayangnya banyak pula perboden yang berisi peringatan supaya tidak memberi monyet-monyet itu makan.
Demikian kisah jelajah Kaldera di Danau Toba. Andaikan anda traveling ke Sumatera Utara, rugi tidak ke sana, jangan sampai menyesal seumur hidup. Tiket masuk cuman Rp 10 ribu per orang. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Pengembaraan ke Parapat dan Dicegat Pemilik Vyns Guest House
- Kejutan di Pintu Pohan
- Guest House Ahza Syariah, Menantang Saya untuk Berinovasi
- Ke Rantauprapat? Awas Nyasar
- Ada Apa di Bumi Sumatera
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
Sumber ilustrasi: Dokpri
Padahal si sulung penggemar Prabowo ya Bu, tapi giliran duduk di bekas kursinya Jokowi mau 😄
BalasHapusSaya juga hafal danau Toba karena itu ada di mata pelajaran IPS. Danau apa terbesar di Indonesia, pasti jawabannya danau Toba.😀
Tiketnya murah juga Bu, cuma 10 ribu. Tapi pemandangan nya tidak kalah dengan raja Ampat ya
Dahulu ngefans sama Prabowo, sekarang kayaknya mendukung program2 jokowi. Habis mau bagaimana lagi. Kerjaannya banyak derafiliasi dengan pemerintah. Mau dukung prabowo yang jelas2 2xkalah? Boleh2 boleh saja. Tapi kayaknya dia berpikir waras. Menentang pemerintah? Tak bakalan dikasih proyek. He he .....
HapusHe he .... Zaman Mas Agus udah ada didang studi IPS. Zaman kami masih terpisah, Sejarah, ilmu bumi, dan entah apa lagi. Saya lupa.
Iya, tiketnya cuman 10 rb, Mas Agus. Selamat siang, terima kasih telah mengapresiasi.
Mendukung boleh tapi pikiran tetap waras ya Bu.😅
HapusBetul Bu, waktu aku sekolah ada ilmu IPS, IPA, PMP dll.😀
Pantasan. Mas Agus tuh angkatan murid saya.terima kasih sharingnya.
HapusSaya dulu ndak nyoblos bu, soalnya masih ngerantau dan males ngurusin berkas buat nyoblos. Alhasil, golput lah saya. Saya pernah ke sumatera utara 2010 yang lalu. sudah lama, itu juga karena kegiatan SMP. Dan dulu ngebayangin seandainya bisa ke danau toba pasti asik. Hehe, salam bu
BalasHapusBerarti ke Sumut tidak singgah ke Danau Toba. Tapi zaman itu mungkin kaldera belum begitu dikenal. Terima kasih telah singgah, ananda Supriyafi. Doa sehat selalu ya.
HapusTidak nyoblos itu pilihan ya, ananda Supriyadi. Yang penting tahu posisi kita masing-masing sebagsi rakyat biasa. Tidak nyinyir dengan pemimpin yang tak dipilih. He he
Hapusindah banget bu Nur
BalasHapusduh daya mupeng ke Danau Toba sejak SD tapi belum keturutan
semoga bisa ke sana suatu harai
Insyaallah, kalau rencananya serius, pasti kecapaian, Mas Ikram. Sekarang tak ada yang tak mungkin. Semua serba mudah karena teknologi. Cari duit pun tak sesulit dahulu. Zaman kami. Dapat beli minyak goreng 1/4 liter pun sudah merupakan kemewahan. Selamat pagi terima kasih telah mengapresiasi.
Hapusluar biasa indah alamnya....
BalasHapustthank you for sharing beautiful photos and nice story...
He he .... Foto saya tak ada yang bagus, MasTanza. Kurang bersih. Terima kasih telah singgah, doa sejahtera untuk keluarga di sana.
HapusTerima kasih sudah "support balik" .... Wisata danau Toba yang begitu menarik. Berkah selalu
BalasHapusTerima kasih kembali, Mas vicky.
HapusPemandangan Danau Toba emang juara, mau dari sudut manapun dipandang. Dan sekarang Kaldera Danau Toba emang yang paling hits sih.
BalasHapusHits banget, ananda Rudi. Pelayanan terhadap tamu juga bagus. Harga makanan tidak mrncekik. Selamat sore. Terima kasih telah singgah.
HapusSelalu ramai pengunjung mantap ceritanya duh kapan bisa ke Danau Toba
BalasHapusSenangnya bagi yg dah sampe sana
I hope will be there too one day
Amin, ananda Nita. Kalau ada minat. Pasti sampai ke Kaldera. Selamat pagi. Selamat beraktivitas. Salam sukses selalu.
HapusWuiih keren Bu Nur..😀👍
BalasHapusTengkiyu, Mas Warkasa. Doa sehat untuk mu sekeluarga.
HapusKapan ya bisa ke sana Nek
BalasHapusJika direncanakan dengan serius, pasti tercapai, ananda. Selamat pagi. Selamat beraktivitas. Doa sehat untuk keluarga di sana.
HapusIbuuuuu, ya ampuuuun aku kangen danau toba baca ini. Tapi bagian yg ibu datangin ini, justru saya blm pernah. Biasanya saya cuma berhenti di Parapat sebentar, trus ngeliat2 danau dari warung pinggir jalan, terus lanjutin perjalanan lagi.
BalasHapusSaya tahu penginapan yg glamping ground menghadap danau Toba itu. Udh niat bangetttt mau coba stay di situ, blm kesampaian. Itu masih baru sih.
Danau Toba itu kalo saya bilang fotogenic ya Bu. Mau difoto dari sisi manapun juga, dia tetap cantik hasilnya 😄❤️❤️
Kalau pulkam silakan ke sana ananda Fanny. Nginap di tenda glass cabin-nya di Glamping ground Kaldera. Pasti asyik. Terima kasih apresiasinya. Danau Toba menunggumu sepanjang masa. He he ....
Hapus