Kejutan di Pintu Pohan
Seperti ulasan sebelumnya, kami singgah dulu di Pintu Pohan, Kabupaten Toba, menghadiri pesta pernikahan Ayu, rekan kerja si sulung.
Nenek lansia celengang-celengong
“Pesta pernikahan Ayu.” Cuman itu yang bertengger di benak saya. Sembari menikmati pemandangan alam dengan lingkungan yang baru pertama kali saya lalui.
Nenek lansia ini cuman celengang-celengong melihat apa yang ada di depan mata. Pemandangan yang sangat indah. Ada air terjun, area PT Inalum.
Sesekali membidik kamera HP pada objek yang dianggap unik dan cantik.
Hasilnya? Kebanyakan eror, sedikit sekali yang tertangkap sempurna. Maklum memotret pakai metode semaunya. Parahnya lagi, HP saya sering kehabisan bateray ketimbang terisi penuh atau sebagiannya.
Efek kaget di Pintu Pohan
Saat itu acara sedang berlangsung meriah di tengah alunan musik bergedebak gedebum. Tanpa basa basi kami langsung menerobos memasuki arena.
Dalam balutan busana pengantin adat Batak, tampak kedua mempelai asyik berjoget bersama belasan undangan, diiringi nyanyian daerah Batak.
Pasangan baru itu berada di tengah, dikelilingi tamu dengan formasi lingkaran. Sambil bergeser mengikuti pola kitaran, kedua tangan bertakup di depan dada, seraya digerak-gerakkan ke atas dan bawah, mengikuti rentak musik dan lagu.
Wanita berjilbab, tanpa jilbab, bapak-bapak berkopiah, berjas, berdasi, membaur jadi satu.
Yang di luar lingkaran pun ikut menari.
Saya bergumam, inilah yang disebut tari tor tor yang sering kami ajarkan kepada siswa semasa jadi dosen di Sekolah Dasar dahulu.
Tapi sebatas informasinya saja bahwa tari tor tor berasal dari Sumatera Utara. Tak pernah tahu bagaimana praktiknya. Karena saya sendiri tidak pandai menari.
Musik dan nyanyian akan berakhir, bersamaan dengan satu-persatu penari menyalami pengantin perempuan sambil memberikan uang tanpa amplop. Terus keluar seraya berjoget dengan teratur, mengikuti posisi dalam barisan semula. Rapi sekali.
Acara dikembalikan kepada host. Dengan pepatah petitih daerah dia mempersilakan grup lainnya untuk berjoget. Jumlah anggotanya lebih kurang sama dengan tamu pada putaran sebelumnya. Begitu seterusnya.
Saya takjub tiada terkira. Meskipun tidak mengerti bahasa yang mereka lisankan. Baik saat bersenandung, maupun dalam bertutur.
Begitu menyaksikan kami berada pada momen spesialnya itu, Ayu terharu bahagia. Kehadiran kami benar-benar surprice bagi dia dan Yoscoby suaminya. Keduanya menghampiri kami. Terus menggiring kami berempat ke singasana kebesarannya untuk foto bersama.
Menambah wawasan
Keluarga saya sendiri ada yang nikah dengan warga Batak. Tetapi ritualnya biasa-biasa saja. Peserti acara pernikahan yang berlaku umum.
Sayangnya saya tak berkesempatan ikut berjoget, untuk diabadikan sebagai kenangan. Padahal sudah disilakan oleh saudara perempuannya Ayu. He he ....
Kata putriku, “Tidak usah. Setiap putaran, rombongan yang tampil itu berasal dari komunitas tertentu. Nenek tuh masuk grup mana?”
Ya, sudah. Yang membesarkan hati, menghadiri pesta pernikahan Ayu ini telah menambah wawasan saya.
Tentang Ayu dan Yoscoby
Gadis cantik pemilik nama Bertha Ayu Manurung ini lahir dan besar di Hitam Hulu, Kabupaten Merangin, Jambi.
Suaminya Yoscoby Marpaung lahir dan menghabiskan masa kecilnya di kampung halaman dia Pintu Pohan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.
Keduanya sama-sama kuliah di Universitas Jambi. Di sanalah benih-benih cinta kedua insan ini mulai tumbuh. Selanjutnya menyatu dalam ikatan perkawinan.
Selesai kuliah, Ayu bekerja di event Organizer Jambi Ekspres, Kota Jambi, yang kebetulan dimenejeri oleh putri saya. Yos berwiraswasta di kampungnya Pintu Pohan.
Yang menarik bagi saya, dalam tradisi masyarakat Batak, acara pernikahan digelar di rumah orang tua mempelai pria.
Bahagia diselimuti duka
Belum lama mereguk kebahagiaan sebagai pengantin baru, berita duka menyelimuti keluarga Ayu. Ayahnya S. Manurung pergi untuk selama-lamanya pada hari ke 5 usai pesta pernikahannya digelar. Semoga Ayu dan keluarga kuat menerima fase kehilangan ini. Amin.
Demikianlah petualangan kami mengantarkan kejutan ke Pintu Pohan. Semoga inspiratif. Terima kasih.
Baca juga:
- Guest House Ahza Syariah, Menantang Saya untuk Berinovasi
- Ke Rantauprapat? Awas Nyasar
- Ada Apa di Bumi Sumatera
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
Sumber Ilustrasi: Dokpri
terima kasih berkongsi. menariknya kalau dapat lihat depan mata sendiri budaya orang lain. di Malaysia masih terinkat peraturan Corona. Kalau buat majlis semeriah begini dah pasti kena saman. huhu
BalasHapusSetelsh pandeminya habis, silakan melancong ke sini, ananda Salbih. Selamat sore dari Jauh.
HapusMasyaAllah tabarakallahu mantap nenek satu ini tetap berkarya dan bila masih kuat ajak kakek untuk traveler hingga para cucu bisa mengetahui tulisan neneknya yg tak pernah habis dimakan oleh waktu
BalasHapusAmin, Mas. Hanya modal kesehatan nenek ini bisa melakukan sesuatu. Soal ilmu. Belum seujung kuku. Terima kasih doanya. Selamat beraktivitas.
HapusWah, Ayu dan suami pasti sangat terkejut ada tamu jauh ya bunda, bahagianya pasti tiada terkira, apalagi rombongan bunda datang tepat waktu saat resepsi, soalnya kalau tamu jauh kadang datangnya ga pas waktunya karna kendala di perjalanan.
BalasHapusIya, ananda. Karena kehadiran kami direncanakan sedemikian rupa. Mulai berangkat dari Jambi, nginap pada titik2 tertentu. Selamat sore, ananda Ursula. Terima kasih telah singgah.
HapusWah petualangan dan perjalanan panjang 3 hari 2 malam yang luar biasa ya Bu. Nama daerahnya bagus ya Bu Nur, Pintu Pohan. Silaturahmi yang terjaga dengan sangat baik ya Bu. Jadi pengin berkelana ke sana, pengin nari tor tor seperti cerita Bu Nur. Keren Bu. Salam sehat ya Bu Nur.
BalasHapusSemoga suatu saat Pak Eko ditaktakdirkan sampai ke sana. Boleh jadi dalam rangka urusan kerja. Terima kasih telah singgah, doa sehat untuk keluarga di sana.
HapusKalo hadir di acara pernikahan Batak itu bawaan memang pengen nari Bu 🤣. Soalnya lagu2 yang dipasang kebanyakan musik rancak utk joged 😄.
BalasHapusSaya juga Batak, tapi pas nikah ga terlalu Batak banget. Ada ritual adatnya, tapi pas bagian menari2 apalagi sampe pesta berhari2, itu ga sih. Soalnya suamiku Solo. Jadi disesuaikan 😁. Pestanya cukup 8 jam aja hihihi .
Pengantinnya, mba ayu, cantiiiiiiik.
Ha ha ... Saya malah udah maju. Karena diminta kakak perempuan Ayu. Tapi dilarang oleh putriku. Mungkin dia malu melihat emaknya sudah tua ikut joget seperti anak muda. Terima kasih apresiasinya, ananda Fanny. Doa penuh berkah untuk mu sekeluarga.
HapusSaya jadi tau pernikahan adat Batak memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Saya salut melihat semangat ibu menulis, beraktivitas, bahkan bisa travelling juga di usia senja, energik sekali. Semoga diberikan keberkahan dan kesehatan. Aamiin
BalasHapusAmin terima kasih doanya, Mas Vicky. Iya. Mas. Tapi traveling kilat ikut anak. Bukan sengaja untuk mencari bahan menulis. Makanya saya cuman bisa memaparkan alakadarnya saja. Terlebih kami tidak dipandu oleh orang yang menguasai daerah jelalahan. Jadi tak ads tempat tanya2 sambil jalan.Terima kasih telah singgah. Selamat sore.
HapusDeket kampung saya nih Pintu Pohan. Nggak jauh dari sini ada Bendungan Sigura-Gura, Air Terjun Ponot dan Air Terjun Sigura-Gura juga loh. Pemandangan alamnya juga cakep.
BalasHapusNah, ini dia. He he ..
HapusDalam perjalanan dari Pintu Pohan ke Parapat, memandang ke kiri memang tampak air terjun gede sekali, ananda Rudi. Tapi kayaknya jauuuuh dan cantik, banget. Terima kasih telah singgah. Selamat sore.
menarik dan mengasikkan....
BalasHapus👍👍👍
Terima kasih, Mas Tanza. Selamat pagi dari tanah air.
Hapus