Pengembaraan ke Parapat dan Dicegat Pemilik Vyns Goest House
Medan tempuh ke Parapat
Medan tempuh seperti itu mengingatkan saya jalan pulang ke kampung halaman saya, menembus punggung bukit barisan, melitasi Taman Nasional Kerinci Seblat dari Kerinci ke Pesisir Selatan.
Bedanya, jalan Kerinci-Pesisir Selatan hutan blantara sepanjang kurang lebih 50-an kilometer. Tanpa adanya rumah penduduk. Tikungan dan tanjakannya banyak yang tajam, disertai jurang-jurang dengan kedalaman puluhan hingga ratusan meter.
Andaikan terjadi kerusakan kendaraan, tiada bengkel untuk minta bantuan. Paling sesama pengguna jalan yang lewat. Seram bukan?
Beberapa tahun lalu, adik sepupuku mengalami pecah ban. Posisnya kurang lebih 20 kilometer menjelang kota Sungai Penuh. Untuk sampai ke bengkel terdekat, dia memadati ban motornya pakai rumput hilalang. (Eh ..., maaf, agak melenceng. Maklum nenek-nenek ngobrolnya meluber ke mana-mana).
Beda dengan jalan Pintu Pohan- Parapat. Banyak ditemui kelompok-kelompok kecil rumah warga. Ada yang terdiri dari 2-4 KK, ada pula cuman 1 KK. Posisinya saling berjauhan. Hal ini membuat alamnya terasa bersahabat.
Perbedaan tersebut membuat saya senang melewatinya. Bukan nenek celotehnur namanya kalau tidak menyukai hal-hal tak biasa.
Meluncur ke Vyns Guest House
Kurang dari 10 menit mobil kami sampai di halaman depan Guest House Vyns Collection. Saya bingung. Jangan-jangan Mbah Google ngantuk. Mintak ke penginapan, diantarkannya ke toko pakaian.
Dicegat seorang pria
“Yuk Nek! bawa barang-barang seperlunya,” kata putriku. Sambil menenteng bawaan masing-masing, kami bertiga naik ke lantai dua. Sementara sopir masih berbenah di mobil, membuang sampah-sampah bekas camilan anaknya ke tong sampah.
Baru sampai setengah tangga, seorang pria mencegat kami. “Bu ...! Dari mana?” Langkah kami terhenti. Saya memastikan dia pemilik penginapan itu.
“Dari Jambi, Pak. Maaf, saya sudah booking,” jawab putri saya seraya menahan malu.
“Booking sama siapa?” balas pria tengah baya itu. Wajahnya agak jengkel. Mungkin dia menduga kami pencuri berjamaah atau tamu salah alamat.
“Lewat Traveloka, Pak. Sekali lagi maaf. Saya kira resepsionisnya di atas. Lantai dasar khusus toko pakaian,” tambah si sulung.
“Oh, ya. Sebentar,” katanya. Pria berparas Medan itu menghilang sejenak. Kemudian datang lagi.
“Silakan!” katanya, sambil mengantarkan kami ke kamar M dan N. Paras yang tadinya agak bengis, kini berubah ramah dan tersenyum manis.
Kondisi dan fasilitas di kamar Vyns Guest House
Meskipun lokasinya di tengah keramaian, begitu sampai di kamar, tak sedikit pun ada kebisingan. Beda tipis dengan ketenangan di kamar hotel berbintang.
Pelayanan dan tarif kamar Vyns
Intinya pelayanan yang kami peroleh setara dengan kost yang dikeluarkan. Yakni, cuman Rp 200-an ribu permalam. Saya tak tahu apakah tarif segitu untuk kelas eksekutif atau ekonomi. Sebab, segala sesuatunya ditangani oleh putri saya.
Sama dengan Ahza Syariah Labuhanbatu kemarin, Vyns tidak menyediakan sarapan dan minum. Tetapi di sekitarnya banyak kedai makanan dan rumah makan . Harganya pun tidak mencekik.
Satu porsi nasgor dan sejenisnya di warung halal Mbak dan Mas Banyuwangi cuman Rp 15 ribu. Untuk kapasitas perut saya cukup setengahnya. Sisanya minta dibungkus, ujung-ujungnya tetap dibuang. he he ....
Pamit meninggalkan Vyns Guest House
Nah, bagi kalian yang ingin berkunjung ke Parapat baik untuk melancong, urusan keluarga dan lain sebagainya, nginap di Vyns Goest House adalah pilihan yang pas. Alamatnya di Jl. Sisingamangaraja No. 94 Tiga Raja, Girsang Simpangan Bolon, Kabupataen Simalungun, Sumatera Utara. Kira- kira 15 menit ke Danau Toba.
Inilah kisah pengembaraan kami dari Pintu Pohan ke Parapat, hingga dicegat pemilik Vyns Goest House. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
- Kejutan di Pintu Pohan
- Guest House Ahza Syariah, Menantang Saya untuk Berinovasi
- Ke Rantauprapat? Awas Nyasar
- Ada Apa di Bumi Sumatera
- Pedagang Lemang dan Kelapa Muda
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Sumbe Ilustrasi: Dokpri
murah lah ya 200ribuan
BalasHapushehe bisa tinggal
Lumayan terjangkau oleh kantong kita ya, Masa Rezky.. He he ...terima kasih telah singgah selamat pagi.
Hapuskecil dan bersih...
BalasHapuslumayan
Banget, Mas Tanza. he he ... selamat pagi dari tanah air. Mas Tanza. Terima kasih telah singgah.
HapusWah sangat informatif sekali 15 menit ke danau toba, danau inpian yg ingin saya kunjungi bunda, trimksh sudah berbagi informasi
BalasHapusKalau ada minat insyaallah rencana ke Danau Toba aksn tercapai. Selamat siang, ananda Nita. Doa sehat selalu ya.
HapusLumayan deket juga ya ke Danau Toba, harganya juga cukup oke.
BalasHapusTapi saya belum pernah nginap di Parapat sih, lebih sering nginap di Samosir. Cuma nggak enaknya susah cari makanan halal di Samosir.
Bukankah kampung Mas Rudi di daerah sana? Kalau di Parapat memang lumayan mudah mencari makanan halal. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat buat keluarga di sana.
Hapuske prapatnya pergi kemana saja.
BalasHapusTiada kemana2. Ananda. Salam manis penuh berkah ya. Selamat istirahat.
HapusDaerah Parapat memang sejuk ya Bu. Makanya aku selalu sukaa banget tiap kesana. Soalnya tiap mudik ke Sibolga, kan pasti lewatin Parapat dulu.
BalasHapusBaca cerita2 ibu ttg Parapat dan sekitarnya, ini ngobatin kangenku banget ama kampung. Pengen banget bisa pulang tahun ini
Rupanya sudah hidup enak di Jakarta masih rindu kampung halaman ya, ananda Fanny.
HapusYa, bagi kami yang biasa dengan hawa pegunungan udara Parapat itu sangat nyaman bagi kami. Ingin rasany ber-lama2 di sana. selamat pagi, ananda. Salam dari tanah Kerinci.