Pentigraf | Dampak Kekhilafan
Pentigraf | Dampak Kekhilafan
Khilaf itu bisa terjadi kapan dan dimana saja. Hingga memunculkan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kadang-kadang, rasanya kita sudah berhati-hati dalam bertindak. Namun alpa mengontrol lidah, jadinya salah ucap. Dampaknya, pihak lain tersinggung. Timbul gesekan terus berkembang menjadi konflik besar.
Sekadar pengingat, berikut disajikan 2 Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf), tentang dampak kekhilafan, yang dirakit dalam kisah fiktif.
Gagal Pamer
Pukul 11.30 kami sampai di gedung N. Usai menandatangani buku tamu, panitia menyilakan kami mengambil menu kesukaan masing-masing. Suamiku memilih posisi duduk yang relatif jauh dari singasana pengantin. Belum separo kami bersantap, aku berbisik ke telinga suamiku, “Dari tadi lagunya Minang terus ya, Pa. Tak ada lagu Kerincinya.” Doi menjawab. “Lhoh, besannya Pak Pratama kan orang Padang. “Marni si mantanmu juga gak keliatan batang hudungnya. Mosok pernikahan keponakan sendiri dia tidak hadir. Gagal dong, kamu pamer istri cantikmu ini ke Marni dan suaminya. Pria berkumis itu tersipu kaku.
Dikala musik sejenak terjeda, aku bertanya pada tamu sebelah, “Mbak! Pengantin wanitanya anak Pak Pratama, ya?” Wanita bergebaya itu menjawab, “Bukan. Putri Pak Burhan, orang Padang.” Mendadak gigi kami setop mengunyah. Aku dan suamiku saling pandang dalam kebingungan. Aku cek undangan dalam tas tangan milikku. Ternyata acara Pak Pratama besok, Hari Minggu di gedung yang sama. Untuk mengambil amplop yang sudah dijoblos ke kotak uang tidak mungkin. Saat itu juga aku dan suamiku meninggalkan tekape. Sampai di luar kami tertawa terkekeh-kekeh. ****
Seenak Dengkul
Awal bulan lalu, Bu Rena diajak Ibu Lis belanja di pasar. Katanya sekalian ganti pemandangan. “Yang penting kita tetap pakai masker,” kata Bu Lis. “Mana tahu ada sayuran atau lauk yang menarik selera.” Sepanjang jalan kedua perempuan bertetangga itu bercerita timur dan barat. Maklum sudah lama tidak jalan bersama. Ketemu, menyapa sekadarnya saja. Obrolan ibu-ibu muda itu berlanjut sampai di depan pedagang cabe. Dan merembet ke zaman sekolah belasan tahun lalu. Saat hidup susah tinggal di tempat ibu kost cerwetnya selangit se bumi. “Sekarang wanita asal KM itu udah bangkrut. Jadi pedagang syuran keliling pakai sepeda. Makanya jadi orang jangan kasar. Orang KM itu semuanya sombong,” kata Bu Rena.
Sontak, wanita jumbo di depan mereka naik pitam. “Apa katamu? Kau bilang orang kampung saya sombong? Jaga mulut busukmu. Kamu tuh yang sombong. Menghakimi orang seenak dengkul. Kamu ini siapa? Ntar saya sumbat mulutmu pakai cabe ini. Mau?” racaunya sambil menunjuk ke baskom berisi cabe giling dagangannya. Bu Lis salah tingkah. Sigap dia memegang tangan temannya itu, terus mengajaknya menjauh. Tubuh Bu Rena gemetar ketakutan.
Baca juga:
- Pantun Israk Mi'raj, Enak Dibaca Menyentuh Kalbu
- Kumpulan Pantun Perpisahan untuk Tahun 2021, Unik,Menarik dan Menghibur
- 20 Pantun Spesial Selamat Hari Ibu Tahun 2021, Ungkapan Cinta dan Kasih Sayang
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Sumber Ilustrasi: Dokpri
keren cerpennya.... hanya tiga paragraf...
BalasHapusenak dibaca.... 👍👍👍
Alhamdulillah, terima kasih telah membacanya, Mas Tanza. Salam sehat penuh berkah.
Hapus👍👍👍
HapusSalam dari tanah air, Mas.
HapusHehehe ada wanita jumbo ya 😁😁😁
BalasHapusHehehe sama nek aku juga pernah salah masuk tempat pesta 😁😂😂
Ha ha ..... Karena terlalu antusias, lupa memperhatikan tanggal. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore, cucunda.
Hapusyang pertama tu kelakar. yang kedua tu 'seram'. teringat pepatah melayu " cakap siang, pandang-pandang."
BalasHapusSetuju, ananda Sal. Cakap siang, pandang-pandang, cakap malam dengar2." he he ..... Terima kasih pribahasanya.
BalasHapusBunda maaf aku mau ketawa dulu, gimana ceritanya salah datang ke hajatan orang hahaha, duh sayang banget kalau isi amplopnya gede, karna salah alamat wkkwkw, lucu banget, sangat menghibur, makasih bunda
BalasHapusHe he .... Gara2 salah niat. Mau pamer istri sama mantan. Di dunia ini semus bisa terjadi ya, ananda. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam hangat untuk keluarga di sana.
Hapus😂👍
BalasHapusTerima kasih, Mas Warkasa.
Hapus