Wow ..., Hebohnya Tradisi Petang Balimau di Muara Sakai Inderapura
Tradisi petang balimau di pusaran adat
Biasanya, pada momen syakral tersebut sebagian putra daerah yang berada di rantau menyempatkan dirinya untuk pulang kampung. Tahun ini saya dan suami pun tak mau ketinggalan.
Tujuan dilaksanakan tradisi petang balimau
Perhelatan digelar pada setiap hari terakhir bulan Sya’ban. Tujuannya untuk mensucikan diri dari sifat hasad dan dengki, serta membersihkan hati dari kotoran jahat. Dengan harapan supaya puasa kita diterima oleh Allah SWT.
Tamu undangan
Acara dimulai setelah salat Jumat sampai sore. Dengan pakaian adat kebesarannya, para ninik mamak nan 20 tersebut didampingi oleh sanak kemanakan masing-masing.
Tidak hanya sekadar mendampingi. Para kemenakan tampil dengan membawa paketan limau menggunakan wadah dulang yang didekor sedemikian rupa, dijujung di kepala. Satu paketan untuk satu penghulu. Artinya ada 20 cerana cantik menyemarakkan perjamuan nan suci itu.
Pada perhelatan tersebut hadir pula beberapa tamu undangan, dari kabupaten Pesisir Selatan yang diwakili oleh Asisten 1, Dandim Mukomuko utusan dari provinsi tetangga, Bengkulu, dan beberapa mahasiswa serta seorang dosennya. Mereka adalah tim pemerhati budaya Sumbar d
ari Universitas Negeri Padang.
Tahap awal pelaksanaan tradisi ptang balimau
Acara puncak
Sampai di lokasi, para tamu disilakan mengambil tempat yang telah disiapkan oleh panitia. Rombongan disambut dengan tarian daerah “Si Kambang Toloang” oleh penari daerah setempat.
Singkat cerita, acara demi acara berjalan alot dan santai. Semarak ptang balimau semakin kental karena diselingi dengan 2 buah lagu. Kasidahan dan kidung klasik dendang Lubuk Gedang.
Dengan menggunakan media sampan dan pendayung, sepasang artis kampung tersebut bersandung mendayu-dayu dalam bait-bait pantun sedih. Gila .... Saya larut dalam haru. Seakan kembali pada Inderapura zaman enam puluhan.
Seremonial terakhir
Serimonial petang balimau diakhiri dengan ritual pokok balimau bersama. Satu persatu ninik mamak nan 20 dan tamu undangan maju ke depan, terus mengusapkan kepalanya dengan limau yang telah digelar di atas meja. Barangkali ritus tersebut merupakan simbolis dari mandi balimau.
Subhanallah. Tidak sia-sia saya pulang kampung. Mendekati kepala 7, baru sekali ini saya menyaksikan pelaksaan upacara syakral ini secara adat dengan detail.
Penutup/saran
Sebagaimana kita ketahui bersama, kegiatan ptang balimau di Inderapura ini bukan upacara keagamaan. Dia adalah tradisi turun temurun yang telah ada sejak zaman Kerajaan dahulu.
Dikala itu petang balimau diadakan untuk menjalin silaturahmi antara raja, ninik mamak, dan masyarakat (indojatipos.com).
Kini praktik ptang balimau telah banyak mengalami modernisasi. Namun, konsep aslinya tidak pernah berubah dimakan zaman. Dia harus dirawat supaya tetap lestari di negerinya sendiri.
Kita semua tentu berharap kepada pihak terkait, agar tradisi petang balimau ini diakui sebagai salah satu budaya Nasional Indonesia. Syukur jika diperjuangkan untuk mendapat pengukuhan dari organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan dunia (UNESCO) sebagai Warisan Budaya tak Benda Dunia.
Terakhir saya mengajukan sedikit saran pendapat, terkait efektivitas waktu. Jangan sampai gara-gara melaksanalkan hal yang sunat, perkara wajib terabaikan. Jika pukul 17-an acara masih berlangsung, kapan salat Asharnya.
Demikian hebohnya acara petang balimau di muara sakai Inderapura. Semoga bermanfaat.
Baca juga :
- Bertengkar Suami Istri? Jauhi 4 Ucapan Ini
- Ini Dia Pengalaman Menulisku, dari Facebook ke Blog Pribadi
- Jadi Istri ke Dua? Lhoh ..., Kok Mau
Sumber ilustrasi: Dokumentasi pribadi
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Nampak meriah sambutannya
BalasHapusMeriah banget, Wak. Apa di sana juga punya tradisi khusus menyambut Ramadhan.
HapusAdat budaya Indonesia emang keren-keren ya, semoga tetap lestari sampai kapanpun.
BalasHapusDan belum tentu dimiliki bangasa lain ya, ananda Rudi.
HapusWah Tradisi Petang Balimau menyambut bulan Ramadan yang meriah dan patut dilestarikan. Acara yang sangat meriah dan dokumentasi yang lengkap Bu Nur. Selamat menunaikan Puasa Ramadan 1443 H, semoga lancar, berkah dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Salam sehat dan selamat beraktifitas Bu Nur.
BalasHapusUcapan yanv sama, Pak Eko.
BalasHapusDokumennya ada. Tapi hasil fotonya eror. He he .... terima kasih telah singgah.
menarik.....
BalasHapusAlhamdulillah masih terus dipelihara tradisinya.....
Amin. Begitulah harapan kita semua. Selamat sore dari tanah air, Mas Tanza. Terima kasih telah mengapresiasi.
Hapus👍👌
HapusLuar biasa ya Bu Nur ragam budaya di sana, di wilayah Inderapura saja ada 20 suku.
BalasHapusSemoga generasi milenial tergerak untuk melestarikan tradisi luhur Petang Balimau ini. Bila menjadi agenda wisata tentu juga ada geliat ekonomi.
Terima kasih Bu Nur telah berbagi info budaya.
Hormat saya.
Alhamdulillah, faktanya begitu, Mas Pudji. Baru diakui sebagai budaya daerah (kearifan lokal). Terima kasih telah singgah. Doa sehat dari jauh.
HapusSeru pastinya ya. Unik dan khas menjadi kekayaan budaya kita
BalasHapusAmin harapan kita seharusnya begitu. Terima kasih telah singgah Bang Day.
Hapus