Apa Iya, Karakter Seseorang Bisa Dibaca dalam 40 Detik? Temui Jawabnya di Sini!
Saya pernah membaca sebuah kalimat yang teksnya kurang lebih begini, “Anda akan bisa membaca karakter seseorang pada 40 detik pertama berkenalan dan ngobrol.” Tetapi maaf, saya lupa judul bukunya apa.
Narasi tersebut boleh dikatakan benar. Sebab, kata pribahasa, “Yang lahir menunjukkan yang batin.” Untuk menilai lahiriah orang lain cukup dalam beberapa detik saja.
Tetapi boleh juga dikatakan kurang tepat, karena dalam mengambil suatu kesimpulan perlu pembuktian secara intensif. Bagaimana kita tahu karakter si A, kalau bertemunya cuma kurang dari satu menit. Setidaknya kita perlu berteman dengannya terlebih dahulu.
Terkait uraian di atas, berikut saya akan berbagi pengalaman dalam berteman dengan sahabat yang beragam type. Tetapi dalam bahasan ini saya batasi pada 2 karakter yang berbeda saja.
Catatan ini saya peroleh setelah berinteraksi dengan yang bersangkutan lebih dari sepuluh kali. Malahan sudah bergaul dalam hitungan tahun. Bukan dalam 40 detik awal berkenalan.
Type Pertama: Mula-mula Kenal, Dia Cuek
Sekilas dia terlihat sombong, angkuh dan tinggi hati. Kalau berkenalan dengan manusia begini, apa kata dunia? Seringnya kita terlalu cepat menghakimi, memberinya label negatif, “Si Anu itu sombong, bla, bla, bla.
Padahal kita dan dia baru pertama bertemu. Mungkin sifatnya pemalu, atau minder tersebab ada sesuatu yang dia sembunyikan tentang dirinya, semisal masa lalunya yang hitam, dan sebagainya.
Ingat! Kehiduan ini bergerak dinamis. Sekali bersua bawaannnya cuek, mungkin aslinya dia ramah. Jangangkan baru kenal, dalam kondisi tertentu, kenalan lama pun bisa menunjukkan antipati terhadap sahabatnya.
Pengalaman pernah berbicara
Saya dan GM saling kenal, meskipun tidak terlalu akrab, dalam banyak kesempatan kami saling sapa. Peristiwa ini terjadi puluhan tahun yang lalu.
Suatu hari saya dan dia (GM) bertemu dalam acara resmi. Dia dikelilingi orang-orang hebat kelas elit (versi saya orang kampung). Gadis manis berperawakan sedang itu berdiri kurang dari 1 meter di samping saya. Saya tegor dia cuek, seolah-olah tidak kenal.
Saya berpikir negatif. Barangkali dia malu dekat dengan saya karena dia anak milenial (bahasa zaman now), cantik, dari golongan intelektual pula. Sedangkan saya orang biasa yang berpendidikan jauh di bawah dia.
Saya coba berdamai dengan hati. Ya sudah. Anggap saja itu hal biasa. Saya menyadari bahwa bersikap sombong atau ramah itu hak pribadi. Saya tak bisa mengubah isi kepala orang lain sesuai dengan keinginan saya.
Cuek dibalas cuek hasilnya rugi
Sebulan kemudian saya dan dia berjumpa lagi. Seperti biasa saya tatap mukanya sambil tersenyum. Terjadi hal di luar dugaan. Dia menyapa saya dengan ramah, dan bercerita ini itu.
Saya Menanggapinya dengan serius dan sok akrab. Ujung-ujungnya saya curhat tentang suatu kesulitan yang sedang membelit saya. Kerena tema obrolannya mengarah ke sana.
Dia menawarkan bantuan. Akhirnya saya bisa keluar dari problem yang tak mungkin bisa saya selesaikan tanpa bantuan dia.
Coba kalau saya balas cuek dengan cuek. Tiada kata selain rugi (secara moril). Pengalaman ini saya jadikan pedoman untuk masa yang akan datang. Supaya tidak buru-buru menghakimi. Saya harus belajar menghadapi masalah dengan tenang, kepala dingin dan pikiran positif.
Saya acapkali berhadapan dengan oknum type begini. Umumnya mereka dari kaum hawa.
Type ke dua: Putih di Luar, Hitam di Dalam
Maaf sebelumnya, pada bagian ini mungkin ada yang menganggap si nenek ini merasa paling sempurna. Tidaklah, sobat. Ini hanya iseng dan sekadar sharing saja. Mana tahu bermanfaat.
Hidup didunia ini memang begitu. Kejelekan orang lain kita yang mengomentari. Keburukan kita orang lain yang menilai. Ini sudah merupakan hukum alam yang tak bisa diganggu gugat.
Lembut tapi menggigit
Seorang wanita dengan bawaan lembut, bicaranya tenang, rada-rada manja, antara terdengar dan tidak. Sekilas, perempan type ini sering diterjemahkan sebagai pribadi yang santun, berbudi pekerti yang tinggi. Intinya segala hal positif disematkan padanya. Apalagi jika dia berwajah cantik.
Andai dirinya belum berjodoh, pasti doi jadi rebutan cowok sejagat. Kalau kurang-kurang iman, kami-kami yang punya wajah sekadar memenuhi syarat dan bicara ceplas seplos ini bisa ngiri. (bercanda, ah. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat iri dan dengki). Saya tidak ngiri. Cuman sedih saja. He he ....
Semasa remaja saya punya teman dengan figur begini. Jumlahnya lebih dari satu. Habis mau bagaimana lagi. Mereka suka dekat dengan saya. Mungkin beliau-beliau itu menganggap diri ini bukan type teman yang bisa menjadi saingannya. Ha ha ....
Lahir belum menunjukkan batin
Apakah oknum gadis tadi sempurna luar dan dalam? Belum tentu. Ternyata dia punya segudang kekurangan. Adakalanya kata-katanya yang keluar tajam menggigit. Yang angkuh, sombong juga ada. Yang kuper juga banyak
Temuan ini membuktikan bahwa lahir belum tentu menunjukkan batin. Putih di luar di dalamnya hitam.
Sama dengan bagian pertama, informasi ini saya peroleh setelah berinteraksi dengan yang bersangkutan
lebih dari sepuluh kali. Malahan sudah bergaul dalam hitungan tahun.
Bukan dalam 40 detik awal berkenalan.
Terakhir mohon maaf, ulasan ini hanya opini pribadi, bersumber dari temuan di lapangan. Bukan hasil penelitian ilmiah. Oleh sebab itu, mohon maaf jika kontradiktif dengan teori para pakar. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
Baca juga:
- Intip Serunya Lebaran Tahun 2022, Tamu Tidur Bergelar Tikar
- Dahulu Suka Makan Ayam, Kini Ogah Gara-gara Pahanya Segede Lengan
- Sariawan Saya Langsung Kabur Setelah Lakukan ini
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
menarik....
BalasHapusbegitulah kenyataan yang kita temui sehari hari....
👍👍👍
Benar, Mas Tanza. Manusia ini memang makhluk unik. Terima kasih telah singgah. Selamat pagi dari tanah air.
Hapussemoga sehat selalu
HapusWah relate banget bun.. Susah sangat mengenali hati seseorang zaman sekarang. Kita hanya bisa hati-hati.saja saat bersikap
BalasHapusIya, ananda. Kian ke sini manusia ini ini semakin susah dikenali sifatnya. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat pagi dari jauh.
Hapushehehe betul betul bunda.. saya pun ada kenalan yang cantik banget kalo ngomong suaranya halus, apalagi kalau di depan orang banyak. Tapi begitu beberapa kali interaksi, ternyata dia suka melabrak orang yang gak sepaham dengan dia.. hiks.. buyar sudah cantiknya..
BalasHapusNah, pengalaman kita mirip ya, ananda Naia. Tapi si lembut itu sering dipuja puji sama cowok. Ujung2nya dia tergoda oleh lelaki yang kurang tepat. Selamat malam, salam hangat selalu.
HapusWaah ikut menyimak Bu Nur..
BalasHapusSilakan, Mas. Terima kasih telah mengapresiasi.
Hapusbanyak ya macam karakter orang ayng tidak bisa dilihat dari fisik saja
BalasHapusIya, Mbak. Justru itu yang membuat dunia jadi indah. Terima kasih telah mengapresiasi. Maaf telat merespon.
HapusInilah alasan ada quote "dont judge book by its cover", karena yg di dalam ga selalu sama dengan yg terlihat dari luar, kadang penampilan seseorang nggak menggambarkan kepribadiannya sama sekali bunda, yg tau kepribadiannya cuma yg udah kenal aja, yg belu kenal cuma menilai dari penampilannya aja.
BalasHapusSepakat, ananda Ursula. Fakta banyak berbicara. Tak heran orang banyak tertipu karena melihat kulit luarnya saja. Selamat malam, ananda. Rasanya sudah lama kita tak saling sapa ya.
Hapusmakanya kemarin pas puteri Indonesia saya nyusun hotpick pas mereka udah karantina seminggu Bu
BalasHapuskalau cuma beberapa saat rasanya masih belum menemukan aslinya hehe
Nah. Itu dia. Karakter putri Indonesia, itu dah pasti dia berusaha bersikap super. Asli atau foto kopy soal belakangan ya, Mas Ikrom. He he ...
HapusKalau dalam 40 detik pertama misalnya, dia langsung bercanda, menjadi masuk akal kalau karakter dia dapat ditebak dlm 40 detik sebagai orang suka becanda.
BalasHapusTapi ya itu baru satu karakter, belum cukup untuk dikatakan mewakili dia secara keseluruhan.
Untuk dpt menilai secara keseluruhan memang butuh waktu, dan hal dominan yg dilakukan inilah karakter dia, meski hal dominan yg dilakukan juga belum cukup utk menilai secara keseluruhan.
Meskipun itu memang karakter dia kita tdk bisa beranggapan itulah karakter dia karena manusia bisa berubah sewaktu2.
Kita boleh menilai tapi jgn jadikan penilaian sebagai acuan, kalau saya lebih memilih netral dlm menghadapi sikap org lain 😅
"... Meskipun itu memang karakter dia kita tdk bisa beranggapan itulah karakter dia karena manusia bisa berubah sewaktu2. ..." >>>> dan yang paling labil, karakter calon bini, antara sebelum dan sesudah nikah. He he ...
Hapus