Aduh ...! Dahsyatnya Efek Ledakan Petir
Selasa sore, 19 September lalu saya dan tetangga dikejutkan ledakan petir yang menggelegar. Saking dahsyatnya, tubuh saya nyaris terlempar dari kursi.
Saya panik seketika. Dada berdebar, lutut menggigil seakan tak mampu melangkah menuju ruang tengah bergabung bersama suami.
Datangnya sangat mendadak. Tiada jeda antara kilat dan halilintar. Seakan-akan sasarannya dinding belakang rumah kami.
Syukur di luar dan jalan raya tiada siapa-siapa, karena kejadiannya bersamaan dengan turunnya hujan yang tidak terlalu deras.
Allahuakbar. Selama saya berdomisili di Kerinci sini, baru sekali ini mengalami ledak kejut seseram ini. Biasanya didahului dengan kilat dan guruh-guruh kecil. Kemudian menyusul yang lebih garang.
Perangkat elektronik rusak seketika
Dentuman petir tersebut tidak hanya menyisakan trauma bagi saya dan tetangga. Tetapi membuat beberapa barang elektronik masyarakat rusak.
Salah satunya, pesawat televisi milik kami. Padahal, saat fenomena alam itu terjadi dia sedang of. Si kakek suami itu paling waspada akan bahaya petir. Apa bila hujan agak lebat, segera dia mematikan TV. Sayangnya beliau tidak terbiasa melepaskan kabelnya dari colok-an listrik.
Belum tahu apakah perangkat televisinya yang rusak atau antena parabola. Yang jelas, saat dinyalakan, gambarnya buram bergaris-garis seperti teralis besi. Problem ini berlaku untuk semua saluran. Bukan tidak mungkin, kerugian begini juga dialami oleh beberapa tetangga yang lain.
Charger Handphone juga rusak total. Waktu kejadian, Hp saya sedang dicharging. Syukur Smart phonnya selamat. Dan yang membuat saya lega, laptop yang sedang saya operasikan baik-baik saja. Casannya juga aman.
Petir adalah peristiwa rutin
Sebenarnya dari kecil saya telah terbiasa dengan ganasnya ledakan petir. Sebab, saya lahir dan dibesarkan di kampung halaman, tak jauh dari pinggir pantai. Hujan angin, badai, gelombang ombak tinggi, dan petir yang sahut menyahut merupakan peristiwa rutin sepanjang tahun.
Suatu ketika hujan turun tidak terlalu deras. Tetapi disertai badai topan, dan petir yang menggila. Emak dan bapak sedang ke ladang. Di rumah cuman saya dan 3 adik yang masih kecil-kecil. Kalau tak salah ingat, saat itu saya baru kelas 5 SR,
Setelah situasi itu berlalu, kami tahu bahwa kulit pohon kelapa di belakang rumah terkoyak karena amukan cemeti malaikat tersebut. Syukur saya dan adik-adik selamat. Padahal, jaraknya dari rumah kami kurang lebih 15 meter.
Kami melewatinya santai aja. Tidak seperti sekarang, jantung saya hampir copot. Mungkin tersebab sudah lama tinggal di daerah pegunungan, yang seingat saya intensitas petirnya tidak terlalu tinggi dibanding daerah pantai.
Penutup
Cara kerja petir ini terbilang unik. Kadang-kadang ledakannya kecil dan jauh di sana. Mangsanya terkapar di tempat berbeda. Peristiwa begini penah memaksa 3 remaja meregang nyawa secara bersamaan. Saat itu mereka sedang nongkrong di pos ronda. Kejadiannya sudah lama. Kurang lebih 40 puluhan tahun lalu.
Keanehan lain pernah pula menimpa seorang remaja anak kenalan saya. Saat itu hujan rintik-rintik. Dia dan teman-temannya main sepak bola di lapangan. Tiada letusan apa-apa, tiba-tiba cowok lulusa SMP itu tergelimpang dengan kondisi tubuh seperti terbakar. Kata Emaknya, baju yang dikenakannya pun sobek.
Mengingat kejadian-kejadian tersebut, saya bersyukur kepada Allah, karena lolos dari bahaya yang mematikan tersebut. Sebab, ledakan yang mengerikan 3 hari lalu itu seakan berada di balik dinding tempat saya sedang beraktivitas.
Demikian dahsyatnya ledakan petir yang membuat jantung saya nyaris rontok. Semoga inspiratif.
Baca juga:
- Berjam-jam Registrasi MyPertamina Hasilnya Gagal Melulu
- Kisah Pempek Bengkulu Cuko Palembang dan Penyakit Pikun
- Pamflet Larangan Buang Sampah “Cap Orang Kafir” di Kota Bengkulu
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi.
kami dari kecil juga diajari matikan tv dan alat2 elektronik waktu hujan, walaupun petirnya kecil. kabel2 dicabut. tp ntah skrg kok org2 hujan petir pun masih berani main hp
BalasHapusSeharusnya memang begitu, ananda. Tapi, bapak2 umumnya kurang mau menerima saran bininya. He he. Terima kasih telah singgah. Salam pagi.
HapusYa Allah, Alhamdulillah selamat ya Nek. Nggak kebayang kalau ada di posisi itu. Sangat cepat dan tidak terelakkan.
BalasHapusBetul, ananda Teddy. Yang bikin kaget parah tuh, tak ada jeda kilat dan peternya. selamat beraktivitas di awal minggu.
HapusSama, saya juga terbiasa kematian tv sekarang, setelah kejadian TV rusak sebelumnya akibat letusan suara petir. Terima kasih untuk artikelnya bu Nur..🤝
BalasHapusTerima kasih kembali, Mas Warkasa. Ya. Sekarang kami sudah dapat pengalaman baru. Selamat sore. Terima kasih juga telah mengapresiasi.
HapusAku kalau ada petir besar pasti dada langsung deg2an dan teriak. Makanya malu kalau di sekitar orang banyak
BalasHapusSama, ananda. Terlebih saat sedang di luar rumah. Terima kasih telah singgah ya. Maaf telat merespon. Kesehatan agak terganggu.
Hapusserem banget kalo sampe kena pohon terus kebakaran :O
BalasHapusSerem banget, Mas/Mbak. Terima kasih apresiasinya. Salam sehat selalu.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusDulu sering banget Bu, dengar berita orang kesambar petir, serem banget sih, apalagi kalau pas ada petir lagi ada di tanah lapang kan.
BalasHapusJadi sasaran empuk petir tuh
Kasian ya, meregang nyawa dalam hitungan detik. Sebab, tiada dalam sejarah, korban yang selamat disambar petir. Terima kasih apresiasinya, ananda Rey. Maaf telat merespon.
Hapus