Mimpi Bertemu Teman Lama yang Terwujud
Bertemu teman lama merupakan impian banyak orang, setelah puluhan tahun terpisah. Di era digital ini hal tersebut bukanlah suatu kemustahilan. Malahan bisa direncanakan dalam forum resmi semacam reuni.
Beda dengan zaman saya setengah abad yang lalu. Sekali berpisah, kami hanyut mengikuti takdir masing-masing.
Alhamdulillah, lagi-lagi atas berkat kemajuan teknologi, sebagian impian tersebut terwujud. Rasa bahagia dan haru pun meluap-luap
Ingin tahu siapa saja sobat lama yang berhasil mengobat rindu tersebut? Ikuti ulasan berikut!
1. Nursiin.
Namanya Nursiin, biasa disapa In. Kami berpisah akhir 1973, bersua kembali tahun 2019 (kalau tak salah ingat).
Di segi usia, wanita kuning langsat ini lebih muda daripada saya. Tahun 1973, saya tingkat akhir PGAN 6 tahun (3 SLA), dia kelas 2 SMP. Karena kami sama-sama menyukai dunia tulis menulis, membaca, dan koresponden, pertemanan kami jadi nyambung.
Kebetulan saya dan In punya nama terstruktur dari unsur huruf yang sama. Saya Nursini, dia Nursiin. Tak tahu atas kekuatan apa kondisin ini tercipta.
Nursiin dibesarkan dalam keluarga berkemampuan ekonomi yang cukup versi saya. Orang tuanya punya toko kelontongan di Kota Sungai Penuh.
Saya dan 3 teman lainnya ngekos bersebelahan dengan kediaman dia. Posisinya di belakang Masjid Agung Pondok Tinggi, kota Sungai Penuh.
Ayah Nursiin berlangganan koran Harian Haluan Padang. Luar biasa keren menurut saya. Karena pada zamannya tidak semua orang mampu melakukannya. Nursiin rutin membeli Majalah Sahabat Pena.
Pulang sekolah saya sering nongkrong di rumah Nursiin, numpang membaca koran. Pernah juga belum ganti pakaian saya ke sana duluan. Tak peduli apakah tuan rumah risih dengan sikap saya saat itu. Yang penting kebutuhan membaca saya terpenuhi.
Kenangan lucu yang tak pernah terlupakan. Malam minggu kami sering menyanyi bergantian. Diiringi musik dari sekumpulan kunci yang dipukul-pukul di meja. Pemainnya Abang Sutar saudara tertua Nursiin. Brisik-brisik tapi Asyiiikkk .... Ha ha ....
2. Nurjana
Nurjana teman satu almamater, PGA 6 tahun Sungai Penuh. Dia Senior saya, tetapi usianya satu tahun di bawah saya. Dia duluan lulus 1972, bertugas di Sumatra Barat. Di sana pula dia dapat jodoh. Saya di Provinsi Jambi, bawa pasangan dari kampung halaman.
Berkat kehebatannya memburu nomor saya, dia berhasil menghubungi saya. Kami ketemu secara fisik pertengahan tahun 2019 di Kota Jambi.
Seperti sahabat lainnya, banyak kenangan indah bersama Nurjana tak dapat dinarasikan satu per satu. Ada satu kebaikannya yang saya ingat sampai tua.
Ceritanya, beberapa kali saya dihukum oleh senior, karena tak pakai sepatu ke sekolah. Bukan maksud melanggar peraturan. Saya-nya yang tak punya sepatu. Orang tua saya belum punya uang untuk itu.
Dengan wajah
tulus Nurjana menyumbangkan sepatu bekasnya untuk saya. Bagi dia dan
orang lain mungkin barang tersebut tak bernilai apa-apa. Buat saya,
sampai usia mendekati satu abad saat ini Nurjana saya anggap salah satu
dewa penyelamat dalam hidup saya.
3. Yurnidawati
Yurnidawati. Begitu namanya tercatat dalam absen sekolah. Doi biasa disapa Yunda. Kami kenal 1976, sama-sama menuntut ilmu di KPG Sungai Penuh. Pertemanan kami cuman satu tahun. Tetapi keterkaitan emosional terpatri erat.
Empat bulan usai pendidikan, kami bertugas di desa terpisah yang lumayan jauh, meski satu kabupaten. Kurang lebih 15 tahun kemudian kami bertemu kembali. Curhatannya bikin sedih-sedih sedap.
Riwayat percintaan Yunda terbilang unik. Dua kali pacaran, kedua-duanya dirampas oleh sahabat karibnya. Jodohnya berlabuh pada pria lain.
4. IndrawatiSaya dan Indrawati pernah berjauhan kurang lebih 2 tahun. Berjumpa kembali tahun 1976. Usia setahun lebih muda daripada saya. Tetapi kami sama-sama selasai SLA pada tahun yang sama. Dia lulus SPG, saya tuntas di PGAN 6 tahun.
Sahabat yang satu ini juga biasa dipanggil In. Dengan demikian saya punya sobat duo In. Wanita mudah senyum ini mengajar di kabupaten yang sama. Dia di ibu kotanya, saya di desa.
Sampai sekarang kami sering ngumpul dalam kelompok arisan. Udah pensiun dan jadi nenek-nenek, pertemanan kami tak pernah ekpired.
In dan orang tuanya tinggal tak jauh dari tempat kost saya, yang bersebelahan dengan rumah Nursiin. Dia sering nginap di tempat saya. Di sinilah dia dan Wir kekasihnya bertemu.
Sekali-sekali, malam minggu ada acara kulineran ala abad 20. Pesta ubi rebus, bubur beras, dan ongol-ongol dari hun kue. Semuanya produk keroyokan.
Dibandingkan dengan masa kini, apa enaknya penganan tersebut. Namun, bagi kami saat itu adalah suatu kemewahan yang tiada tara. Ha ha ...
Jajanan lain yang dijual siap banyak. Maklum, si penyandang dana (Wir) juga anak kost, sekolahnya di STM. Judulnya masih minta duit sama Emak.
Suatu malam kami pesta ongol-ongol hun kue. Entah menyantapnya terlalu banyak atau olahannya kurang matang, tengah malam salah satu kawan satu kost kami menceret habis. Ha ha ....
Usai sekolah, In dan Wir berjodoh sampai dipisahkan oleh maut. Suaminya pergi duluan, sang istri sampai kini masih sehat walafiat.
Penutup
Sebenarnya masih banyak teman lain yang saya rindukan, entah kapan bisa bertemu. Diantaranya ada Lismawati, Masyitah, (keduanya terpisah 49 tahun), dan sederet nama lainnya tak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian kenangan ini ditulis sebagai tumpahan rasa suka cita atas terwujudnya mimpi bertemu teman lama. Kini kami sudah jadi nenek-nenek dan punya banyak anak dan cucu. Semoga inspiratif.
Baca juga:
- 5 Tips Mengelola Undangan Supaya tak Banyak Sahabat yang terlupa
- Rencana Ganti Kasur Kapuk Tereksekusi di PondokTinggi Sungai Penuh
- 4 Kejadian Aneh di Mancanegara tak Mungkin Ada di Indonesia
*****
Penulis,
Hj. NURSINIRAIS
di Kerinci, Jambi
nostalgia ya nek
BalasHapusIya, ananda. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat buat keluarga di sana.
HapusGembiranya kalau dapat ketemu teman2 lama masa muda2 atau kanak2 dulu
BalasHapusFaktanya begitu, Wak. Senang dan bahagia.
HapusDream to be true .... Alhamdulillah
BalasHapuscukup menarik kalau dapatjumpa kawan lama
BalasHapusBanget, Mas Hanafi. Hingga terispirasi jadi tulisan. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat selalu
Hapuswaah, bahagia sekali ya bu bisa bertemu teman lama. itu lamaa sekali loh. tahun 73 76 dan sebagainya baru ketemu lagi. Di tahun segitu, orangtua ku saja masih bocah hahaa
BalasHapusFaktanya begitu, Kang Mas. Kaya usia, tak banyak harta. He he ....
HapusTerima kasih telah mampir ananda Rezky Pratama. Komenmu tiada muncul.
BalasHapusAlhamdulillah ya Nek, masih Allah pertemukan dengan para sahabat lama. Sehat-sehat pula. Semoga bisa bertemu dengan teman-teman lainnya.
BalasHapusAlhamdulillah, amin, ananda. Nenek harus bersyukur diberikanNya umur panjang. Teman kecil banyak yang telah tiada.
HapusKebayang happynya bisa ketemu lagi dengan temen2 lama ya bundaaa. Saya aja yg ketemuan Ama temen lama tiap kali mudik masih seneng, padahal kami pisahnya baru beberapa tahun doang 🤣. Apalagi bunda yg sampe puluhan tahun. Semoga aja saya dan temen2 masih bisa ketemu lagi setelah sekian lama nanti.
BalasHapusAmin, ananda. Doa umur panjang untuk mereka2.
Hapus