Rencana Ganti Kasur Kapuk Tereksekusi di Pondok Tinggi Sungai Penuh
Setahun rencana beli kasur tak jadi-jadi
Setahun terakhir kami berencana menganti kasur tua tadi, tak jadi-jadi. Ada saja halangan merintangi. Salah satunya, tiada lagi barangnya terpajang di toko.
Hal ini dapat dimaklumi. Sebab, kasur kapuk sudah tergusur oleh kemajuan zaman. Berganti dengan kasur busa dan spring bed. Hanya saya dan cowok gantengku yang enggan keluar dari zona nyaman. Padahal, buat nonton enak pakai kasur busa, empuk, dan mudah dipindah-pindah tempat .
Kasur kapuk versi kasur busa
Soal harga kasur busa dan kasur kapuk mungkin kurang lebih sama. Tergantung kualitasnya. Masalahnya, sejak menginjak kepala 6, tubuh saya banyak menolak perlakuan. Di antaranya, alergi terhadap kasur selain kasur kapuk. Terutama kasur busa. Sepanjang malam punggung saya hangat dan perih, bangun pagi badan pegal, pinggang sakit.
Problem serupa juga saya alami saat tidur di sping bed. Mungkin karena belum terbiasa dan tiada upaya untuk membiasakannya.
Ke dua, saya dan si kakek ganteng risih tidur di kamar. Maunya diruang terbuka, tanpa ranjang. Di depan TV adalah tempat yang cocok dan paling nyaman. Terbayang bukan ....? Ruangan ini dipenuhi aroma balsem. Ha ha ....
Kamar hanya digunakan untuk ganti pakaian. Tempat tidur dibiarkan nganggur. Dihuni pada momen-momen tertentu saja. Ketika anak-anak cucu pulang.
Rencana tereksekusi
Sekilas terlihat tempat ini tiada aktivitas apa-apa. Hanya rumah hunian yang terbilang bagus dan mewah versi saya. Lokasinya di pemukiman padat penduduk desa Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh. Masyarat setempat menyebutnya Larik Tugu Payung.
Saya diantar oleh seorang emak-emak tetangga sebelahnya, terus naik ke lantai dua. Begitu pintu dibuka, seorang nenek-nenek menyambut saya dengan ramah. Dia mengenalkan diri sebagai Ibu Hj. Syamsimar 63 tahun.
Ternyata beliaulah yang punya usaha. Dia pula yang mengerjakannya sendiri. Mulai menjahit bahannya sampai mengisi kapas hingga jadi kasur. Pendistribusiannya, selain dijualnya sendiri di toko sekaligus kediamannya, dia juga memenuhi pesanan orang toko.
Nenek 4 cucu itu mengajak saya ke tokonya di lantai dasar. Di ruang 4 x 6 meter itulah dia memajang dan menjual hasil produksinya. Tidak hanya kasur dalam berbagai ukuran dan type, tersedia juga bantal, peralatan bayi, sprey, dan sebagainya. Saya salut padanya. Di usia yang tidak muda lagi masih tetap produktif.
Bincang ringan
Di sela-sela tawar-menawar, saya mengajak sang nenek ngobrol ringan. Sambil menyelam minum air, he he ..... Buat bahan tulisan di blog tentunya.
Bu Hajjah Syamsimar tidak kikir menjawab pertanyaan saya. Dia bercerita, suaminya telah meninggal 6 tahun lalu. Dua anaknya sudah punya kehidupan masing-masing. Sekarang di rumah tergolong gede itu dia ditemani seorang cucu.
“Saya orangnya tak mau diam dan berleha-leha, Bu. Senang ada kegiatan di rumah. Kecuali ke tempat pengajian. Habis itu langsung pulang.” katanya. Beliau mengaku, telah menggeluti profesinya sebagai pemmbuat dan pedagang kasur sejak masih muda, sebelum punya anak.
Ketika ditanya suka dukanya selama menjadi tukang kasur, beliau menjawab, usahanya tersebut pernah mengalami masa jaya di era 90-an. “ Zaman itu setiap minggu rata-rata saya dan suami harus memenuhi pesanan 50-60 kasur. Sampai-sampai kami membayar beberapa karyawan.” kenangnya. “Memasuki tahun 2 ribuan, lama-lama makin menurun,” tambahnya.
Usahanya tersebut anjelok semenjak Covid 19. "Pesanan dari toko bulan ke bulan hampir kosong. Makanya, kalau ada orderan satu dua, saya kerjakan sendiri tanpa karyawan,” jelasnya.
Penutup
Saya dan suami pesan yang ukuran sedang, 200 x 110 cm dengan bobot 20 kg kapas. Dibandrolnya Rp 1 juta 200K. Tiga hari kemudian, barang mendarat ke alamat kami, melalui jasa tukang becak langganan Bu Hj. Syamsimar.
Mantap ...! Harga tak mengkhianati mutu. Tebalnya 20 cm. Yang agak murah juga ada. Intinya, bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kantong.
Yang berminat, silakan ke alamat serperti saya sebutkan di atas! Larik Tugu Payung, Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Baca juga:
- 4 Kejadian Aneh di Mancanegara tak Mungkin Ada di Indonesia
- 7 Ritual Pernikahan Aneh di Dunia Belum Banyak Orang Tahu
- Seminggu di Kampung Halaman, Inilah 4 Fenomena yang Melanda
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
Tes komen
BalasHapusIkut menyimak bu Nur..
BalasHapusSilakan, Mas Warkasa. Terima kasih atensinya. Salam sehat buat keluarga di sana.
Hapussekarang memang jarang sekali yang jual kasur kapuk
BalasHapusada sih di daerah saya dengan cara keliling
kasian juga lihatnya tapi bagi sebagian orang masih enak kasur kapuk
apalagi kalau habis dijemur
Kasur kapuk, kasur busa, dan spring bed punya keunggulan dan kekurangan masing2 ya Mas Ikrom. Tapi kaum milenial lebih cendrung ke kasur busa dan dpring bed. Terima kasih telah mengapresiasi. Salam sehat selalu.
HapusKasur kapuk memang khas dan nyaman. Apalagi bila lama sudah dipakai, lalu dijemur, rasa empuknya seakan baru lagi.
BalasHapusNamun banyak juga kekurangan nya ya, Masuhaimin. Salah satunya, bisa menyebabkan asma. Karena kapasnya berdebu. Terima kasih apresiasinya. Selamat beraktivitas.
HapusItu alasan kenapa aku ga bisa pakai kasur kapuk bunda .. Krn anak2 dan suami alergi, suami malah asma. Jadi kapuk yg cendrung berdebu bikin mereka bersin2 sepanjang hari 😑. Jadi skr ini memang lebih memilih kasur latex.
BalasHapus