Macet di Batang Hari, Masyarakat Merepet Jadwal Ngaret
Zaman sekarang, macet bukan hanya permasalahan di kota besar. Di daerah-daerah pun tak mau kalah pacu. Tak Percaya? Datang saja ke beberapa ruas jalan di Provinsi Jambi.
Efeknya, mobilitas masyarakat tak bisa diatur sesuai jadwal. Hingga banyak urusan yang terbentur.
Ahad 20 November lalu pukul 5 sore, adik saya dan suaminya berangkat dari kota Jambi menuju Sungai Penuh. Sampai di daerah Batang Hari, perjalanan mereka terhenti. Katanya, gara-gara, ada truk batu bara rusak berat pas di tengah badan jalan. Akibatnya, ribuan mobil tertahan. Macet terjadi puluhan kilometer.
Dampak sosial
Cerita adik saya, di tengah kepanikan tersebut ada 2 truk batu bara terguling. Ada pula mobil jenazah yang tak bisa lewat hingga mayat telantar berjam-jam. Tak kebayang pula pusingnya jika ada yang kebelet buang air. Terutama emak-emak.
Belum lagi Bapak Polisi yang capek, siang malam bermandi keringat, masayarakat setempat marah dan merepet karena aktivitasnya terganggu. Mereka tak bisa lewat pergi kerja, antar jemput anak ke sekolah, dan sebagainya. Tak heran, 6 Juni lalu ribuan warga Sridadi, Kabupaten Batang hari turun ke jalan mengusir truk batu bara yang melintas di daerah mereka.
Melar 20 jam
Ujung-ujungnya, adik saya tadi sampai di Sungai Penuh hari Senin pukul 22.00. Jarak tempuh yang normalanya 10 jam, ngaret menjadi 30 jam.
Padahal, suaminya harus masuk kerja Senin pagi pukul 7.30 , karena ada tim pemeriksaan dari instansi tempatnya bekerja.
Nyaris pingsan
Semenjak menjamurnya truk batu bara dan kelapa sawit, jalanan lintas Sumatera khususnya di sebagian provinsi Jambi tak nyaman lagi untuk dilewati. Jalan-jalan cepat rusak, oknum sopir yang kurang taat aturan, konfoi-konfoian dan suka menguasai jalan.
Parahnya, ketika ada satu truk yang rusak, yang lainnya serentak berhenti hingga membentuk deretan panjang.
Tahun 2013 saya pernah nyaris pingsan. Ceritanya, di depan kami ada satu ruk batu bara. Saya agak mual terkena asap hitamnya. Terutama ketika dia mendaki. Kami minta jalan tidak dia kasih.
Driver saya kurang sabar. Maklum anak lulusan SMA. Begitu dia siap-siap akan menyalib, Emaaak ..., saya histeris sejadi-jadinya. Jantung saya bergedebak-gedebum.
Sampai kini, jika terbayang saat menegangkan tersebut, saya trauma dan berpikir 2 kali mengajak sang sopir mengemudi lagi.
Andaikan saya sedang tidur, mungkin sopir tersebut tetap nekad. Entah apa yang bakal terjadi. Di mobil cuman saya dan satu cucu yang saat itu usia 3 tahun.
Perhitungan saya jalan yang akan dia terobos itu sangat sempit. Di sisi kanannya ada jurang kurang lebih 2 meter. Memeng tidak terlalu dalam, tapi tanahnya berawa-rawa. Andai saja sopir truk mau mengalah, dia bisa bergeser posisi agak ke kiri. Hingga mobil lain bisa lewat.
Untung rugi
Di Jambi, kecelakaan melibatkan truk batu bara telah terjadi berulang-ulang. Tak terhitung jumlahnya nyawa melayang.
Ya, harus bagaimana lagi. Begitulah hukum plus minus dan untung rugi (teori nenek-nenek ndeso), Ha ha .... Di satu sisi truk dibutuhkan untuk mengangkut hasil tambang batu bara, yang merupakan salah satu sumber pendapatan negara bukan pajak. Di sana juga menyangkut hajat hidup orang banyak untuk menyerap tenaga kerja.
Di sisi lain, infrasruktur jalan tidak mendukung. Coba lebar jalannya dibuat maksimum, mungkin masalah macet bisa diminimalisir. Selanjutnya, tanpa sarana angkutan, hasil kebun petani tak bernilai apa-apa.
Penutup
Sejatinya macet yang melibatkan truk batu bara ini bisa diminimalisir jika semua drivernya mematuhi jadwal operasional yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Derah, melalui Direktorat Lalu Lintas Polda Jambi. Namun, yang namanya peraturan, barang kali ada saja oknum yang melanggar. (Semoga sangkaan saya ini salah).
Bagi masyarakat yang akan bepergian melintasi ruas jalan rawan macet, sebaiknya memahami dulu jam beroperasinya truk batu bara.
Demikian gonjang ganjing dan dampak macet di Kabupaten Batang Hari, Jambi. Masyarakat merepet jadwal ngaret.
Baca juga:
- Yuk, Rayakan Bulan Bahasa dengan Belajar Bahasa Kerinci
- 6 Alasan Korban KDRT Memaafkan Suaminya
- Kawatir Anaknya Menjadi Korban KDRT, Begini Kegelisahan Orang Tua
*****
macet adalah tanda ekonomi tumbuh dan berkembang....
BalasHapusAmin, Mas Tanza. Tapi kita2 tetap begini2 saja.
Hapusmudah mudahan kualitas dan lebar jalan ditingkatkan di masa mendatang
HapusSama aj mbk..sy di Bandar Lampung jg gitu..udh ada jln layang pun ttp ga guna..itu salah satu nya jg debu batu bara penyumbang debu di sini,mau protes tpi ga di ladenin jg..plus minus gitulah
BalasHapusOh .... Rupanya di Lampung sana juga banyak angkutan batu bara ya, Mbak MRENEYOO. Kok jalan layang tiada guna ya?
HapusJalan layang ttp full walo udah di bagi sama yg di bawahnya ,apalagi pas jam" sibuk pagi dan sore hari
HapusMasyaallah. Tandanya di Negeri ini mobil kelewat banyak, ya, Mbak.
HapusUwaaaaah antrian macetnya seraaam Bundaa 😣😱. Jadi inget pas saya mudik ke solo bbrp tahun lalu, antrian macetnya sampe bikin jkt-solo 32 jam naik mobil🤣🤣🤣. Padahal harusnya 10 jam kalo pake tol yg lama. Dulu belum ada tol baru yg hanya 6-7 jam..
BalasHapusMasih peer banget masalah macet di sini Yaa. Saya sebagai orang Jakarta udah terbiasa memang, walo pun ttp aja sebeeel kalo sampe ketemu begini 🤣.capeek. tapi lebih kasian yg bawa mobil.
Sangat tidak nyaman ya, ananda. Perjalanan 10 jam jadi 32 jam. Kalau titik macetnya pindah2 lumayan ganti pemandangan. He he ... Yang membosankan itu semalaman berada di satu lokasi. Mana urusan banyak telantar. Sebel kuadrat he he ...
HapusSerem juga ya Nek
BalasHapusFaktanya begitu, ananda. Terima kasih telah singgah ya. Selamat malam, dan selamat istirahat.
Hapus