Mengenal Ujang Kampuang, Si Cuek nan Ceria, Senang Bergoyang
Dalam keluarga dia biasa disapa Ujang. Beberapa tahun terakhir, eh ..., bergeser menjadi Ujang Kampuang, atau Mpuang saja. Tiada riwayat yang jelas kenapa namanya bisa berganti begitu.
Dari panggilan itu, tentu kalian bisa menerka bahwa pria 56 tahun ini orang Sumatera Barat. Ujang artinya bujang, Kampuang = kampung. Ujang Kampuang merupakan julukan akrab untuk sahabat satu kampung (berasal dari kampung yang sama).
Tiada yang kurang
Sekilas terlihat Kampuang ini cuek, senyumnya mahal. Tetapi setelah diajak ngobrol, dia sangat respek. Apapun topik pembicaraan, dia menanggapi serius. Bila diajak bercanda tawanya berderai-derai. Seperti tak kurang satu apapun.
Iya, betul. Anak pertama dari 9 bersaudara ini memang tak kurang suatu apapun. Organ tubuhnya lengkap dan berfungsi sempurna. Dia masih memiliki Emak (ayahnya sudah almarhum). Adik-adiknya sudah berumah tangga, keponakannya banyak, semua menyayangi dirinya.
Sering sakit-sakitan dan cucu kesayangan
Kata Emaknya, Ujang Kampuang ini lahir dalam kondisi normal. Tetapi sejak bayi dia didera penyakit berkepanjangan. Hingga perkembangan fisik dan psikisnya agak lamban. Sampai sekarang bicaranya susah dimengerti, kecuali oleh orang terdekatnya.
Dari kecil Kampuang diasuh oleh neneknya di negeri asalnya Pesisr Selatan Sumatera Barat. Ayah bundanya menetap di Kerinci sini.
Makanya dia disebut-sebut cucu kesayangan si nenek. Keduanya (nenek dan cucu) tak mau berpisah. Dia kembali pada emaknya setelah sang nenek pergi untuk selamanya kurang lebih 20 tahun lalu.
Bekerja dan menikah.
Sampai kini Kampuang tinggal bersama emaknya, di desa Simpang Empat Tanjung Tanah. Tetanggaan dengan nenek celotehnur54.
Semasa muda, Kampuang adalah pekerja serabutan. Seiring usianya yang semakin senja, beberapa tahun terakhir dia hanya bantu-bantu di toko milik tetangga, melakukan apa saja sesuai kemampuan fisiknya. Pokoknya Kampuang tak mau menadahkan tangan kepada keluarga dan orang tuanya. Meskipun sering juga dikasih oleh adik-adiknya.
Tahun 2009, Kampuang pernah menikah. Namun tak lama kemudian mereka bercerai. “Tak ada kecocokan.” katanya.
Satu lagi keistimewaan Ujang Kampuang. Di usianya mendekati kepala 6, rambutnya belum beruban.
Taat beribadah dan rajin bersosialisasi
Meskipun alat artikulasinya kurang berfungsi normal, Kampuang adalah lulusan Sekolah Dasar pada sekolah reguler. Karena zaman itu lembaga pendidikan khusus untuk disabilitas belum ada di tempatnya berdomisili. Palingan adanya di kota Padang, butuh biaya yang tidak sedikit.
Tak heran Kampuang pandai menulis dan membaca. Ibadahnya taat. Jumatan tak pernah absen, puasa Ramadhannya lancar. Cuman 3 tahun terakhir dia sering absen Tarawih. Tetapi dia tetap aktif dalam kegiatan ke agamaan lainnya. Seperti, Israk Mikraj, Mauludan, dan sebagainya.
Oh, ya. Ada segudang kelebihan lain yang melekat pada Kampung. Dia rajin bersosialisasi dengan masyarakat. Apabila ada tetangga yang meninggal dia melayat. Begitu pula pada kegiatan lainnya, seperti gotong royong, syukuran, rapat-rapat RT, rapat musala, dan sebagainya, jika diundang dia tetap hadir.
Akhir-akhir ini, Kampuang rutin pula lari-lari pagi, mengenakan pakaian olahraga lengkap. Jadwalnya setiap hari minggu.
Satu lagi keistimewaan Ujang Kampuang. Di usianya yang mendekati kepala tujuh, rambutnya belum beruban.
Suka bergaul dan senang bernyanyi
Selain taat beribadah dan rajin bersosialisasi, Kampuang tak pilih-pilih dalam bergaul. Tua muda baginya sama saja. Apabila dia ikut ngobrol dalam kelompok, canda tawanya lucu dan heboh. Siapapun senang berteman dengannya.
Kampuang juga punya jiwa seni. Karokean bersama adalah tempat menyenangkan baginya untuk melampias hobi menyanyinya. Dia juga happy ketika diajak bergoyang di pentas musik. Pokoknya, dimanapun Kampuang bergabung, tingkahnya menghibur orang sekitarnya.
Demikian sekilas tentang keseharian Ujang Kampuang si cuek tapi ceria dan senang bergoyang. Ingin mengenalnya lebih dekat? Silakan mampir ke rumah orang tuanya di dusun Balai Desa Simpang Empat Tanjung Tanah, Danau Kerinci, Kerinci. Posisinya di pinggir jalan raya, 15 kilometer dari kota Sungai Penuh arah ke Bangko, Jambi. Terimakasih.
Baca juga:
- 7 Kiat Manjur Malawan Stres tanpa Modal
- Yuk, Sambut Tahun Baru 2023 dengan Syukur, Doa, dan Harapan
- Kenali 10 Kebiasaan Buruk yang Merusak Kepribadian. Adakah pada Dirimu?
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
untungnya lingkungannya support, karena ada sebagian orang yang berkebutuhan khusus tidak di support sama lingkungannya
BalasHapusAlhamdulillah lingkungannya mensupor, ananda. Terima kasih telah mengapresiasi ya. Selamat pagi.
HapusMungkin karena dia tulus dan menjalankan hidup apa adanya alias ga neko" dan bisa bergaul dengan siapa saja maka hidupnya tenang ya bund
BalasHapusSepakat, ananda. Di RT kami orangnya campuran dari segala daerah. Jadi jiwa mereka fer. Penduduknya pun sedikit. Kurang lebih, 40 kk. Pemudanya gak banyak tingkah.
Hapushappy man with happy life....
BalasHapuscerita menarik tentang kehidupan kampung
Begitulah kehidupsn ya, Mas Tanza. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore dari tanah air.
Hapus👍👍
HapusMenerima keadaan dengan ikhlas ya, dan tetangganya gak ada yang terlalu membully
BalasHapusMalahan Kampuang orangnya percaya diri. Terima kasih telah singgah, Mbak Tira.
Hapuspokok pangkalnya Ujang bertuah kerana dikelilingi orang yang baik2 dan positif. benarlah kata-kata, di setiap kekurangan itu ada kelebihannya. semoga Ujang kekal sihat dan bahagia selalu
BalasHapusIya, Anis. Kelebihannya dia tak banyak bikin dosa. Karena tak pandai mengupat, bergosip. Seperti kita2. Terima kasih telah mengapresiasi, Anis. Selamat sore dari seberang.
HapusMelihat yang seperti ini, dengan segala kekurangan yang ada, namun tak pernah menada kepada yang berharta, seharusnya menjadi refleksi kritis buat kita yang diberi keistimewaan penuh oleh sang kuasa.
BalasHapusMereka yang hidupnya penuh kekurangan dalam banyak hal saja masih ingat kepada sang penciptanya. Lantas kita?
Ah sudahlah yang pasti dari sosok bersahaja ini kita belajar bersyukur atas kenikmatan yang sudah diberikan kepada kita dengan cinta tulis sang pemberi hidup.
Makasih bunda, sudah sharing cerita yang penuh inspirasi dari sosok yang bersahaja dalam balutan kesederhanaannya.💏
Menginspirasi banget, ananda. Yang bikin salut, dari muda dia mau kerja apasaja. Soal ibadah, mengalahi sudaranya. Masalah bacaan lafaz salatnya, hanya Tuhanlah yang menilai. Salam sehat penuh kekeluargaan dari jauh
HapusSalam sehat selalu juga buat bunda guru yang penuh inspirasi, ternyata kalimat, guru adalah pembelajar sepanjang hayat sudah kutemukan dalam diri bunda.
HapusSalam sehat juga buat keluarga di sana, ananda guru. Bunda tersanjung. He he .... Padahal artikel2 bunda pskai nahasa nenek2. Maaf telat merespon.
HapusSalam buat Pak Ujang semoga sehat selalu dan happy selalu 👍
BalasHapusWa alaikumussalam, ananda Jaey. Terima kasih telah singgah. Selamat sore dari jauh.
Hapuswah si ujang saudaranya banyak juga ya
BalasHapussalut dah, ulasannya lengkap dan detail.
keren banget ya
saya tak bisa menulis seperit itu lo
Duh, nenek ini malu. Kadang minder juga. Bahasa Indonesia bunda kaku dan ndeso. He he .....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSaudara Ujang banyak di Malaysia, ananda. 4 Nikah dengan orang sana. Cuman satu tinggal di sini.
HapusKesimpulan dari saya mengenai pak Ujang, apabila kita bisa bersosialisasi dg orang² di sekitar kita, maka kita pun akan diperhatikan oleh orang² tersebut. Kita tidak akan diacuhkan.
BalasHapusTetap semangat meski terdapat kekurangan. Karena dibalik kekurangan pasti ada kelebihan.
Maaf telat berkunjung balik, Bunda. Hehehe
Maaf juga telat merespon, ananda. Bunds sedsng di luar daerah nengok cucu. Iya. Alhamdulillah, Ujang ini bisa beradaptasi. Tiada yang membully. Paling diajak bergurau. Sebab, dia juga bisa marah.
HapusSenang mendengar bahwasannya di sana dia mendapatkan banyak respon dan feedback baik dari masyarakat Bu
BalasHapusKalau itu di kampuang sekitaran Sumbar, mungkin masa muda Pak Ujang sudah penuh dengan penderitaan karena Bully. Di dekat kampung ku juga ada yang mirip, dan dia selalu dijadikan bahan olok-olokan
Dari pemuda bahkan anak-anak kecil yang sering memukuli atau melemparinya dengan kerikil hingga ia menangis atau berteriak-teriak karna marah (dan tentu mereka akan tertawa menontonnya)
Semoga Pak Ujang kampuang sehat2 selalu ya Bu
Amin, terima kasih doa dan aptesiasinya, ananda. Di RT bunda tuh, dahulu banyak urang awak. Jadinyo campur2. karakternya agak bhinika. Apapun kelemahan dan kekurangan orang lain mereka cuek dan menerima. Kebiasaan itu masih terbawa sampai sekarang. Meskipun orang awak tinggal sedikit. Karena anak2 mereka sudah berkembang di rantau lain.
HapusSalut karena dia masih ttp mau bekerja, dan tidak mau meminta2 👍👍. Orang begini yang bikin aku respect juga Bun...semoga aja pak Ujang selalu sehat, dan dimudahkan segala urusannya yaa
BalasHapusAmin, ananda Fanny. Terima kasih doanya. Dia (Ujang) memang begitu. Meskipun tidak bekerja, keluarganya banyak yang ngasih duit. Dahulu diamanahkan sama neneknya. Supaya cucunya ini jangan disia2kan.
HapusMasya Allah, salut sih sama masyarakat yang tidak merundung Ujang Kampuang. Keren juga si Ujang begitu ramah dan mudah bersosialisasi, taat ibadah pula.
BalasHapusKeren Nek
wuiihhh udah mau 60 tahun belum beruban? luar biasa tuh. Beruntungnya si Ujang selalu dikelilingi orang baik ya Bu :)
BalasHapus