6 Fenomena Klasik Melanda Pasangan Lansia di Usia Senja
Selama berada dalam lingkaran pasangan lansia, banyak hal yang wajib saya syukuri. Di antaranya, sampai hari ini kami masih sehat, meskipun pernah juga sakit sebatas toleran. Selera makan belum pudar selagi menunya sesuai, dan belum bergantung pada anak-anak.
Kami juga tetap beraktivitas sesuai kemampuan. Dua kali seminggu suami ke kebun. Saya di rumah saja, berkutat dengan urusan dapur. Untuk mengisi waktu senggang bercanda dengan keyboard laptop buat melampiaskan hobi coret-coretan yang belum tuntas pada zamannya.
Untuk membangun dan mempertahankan hubungan sampai menjadi pasangan lansia, bukan perkara mudah. Banyak onak dan duri yang merintangi. Terutama, sejak kami memasuki usia senja. Parahnya selama 2023.
Ingin tahu apa saja fenomena yang melanda pasangan lansia yang satu ini? Baca paparan berikut sampai tuntas!
1. Sering lupa
Pelakunya kadang-kadang saya, tak ingat menyimpan kacamata sudah merupakan simponi kekeliruan saya sepanjang hari. Di lain kesempatan doi si cowok lansia. Waktu keliling-keliling di kebun, tidak terhitung jumlah peralatan kerjanya raib bak ditelan bumi.
Ketika menyeret sepotong gulma, refleks saja parang terlepas dari tangan terus hilang. Dicari-cari sampai bermandi keringat pun belum tentu ditemukan.
Tidak hanya penyimpanan barang yang sering tak ingat. nama orang, nama jajanan dan sebagainya, sampai ke jumlah rakaat salat pun sering eror.
2. Nyinyir-nyinyir manja
Nyinyir adalah penyakit tua yang tak kalah nyentriknya dialami pasangan lansia, khususnya suami saya. Barusan dia bertanya, “Masak apa hari ini, Nek?”
"Sambal pete sama ikan teri?”
“Mantap ...!” Belum 5 menit, pertanyaan yang sama berdengung kembali. Kadang-kadang sampai 3-4 kali. Begitu juga jika lansia ganteng itu punya cerita. Dia tuturkan ke emak anaknya ini berulang-ulang. Alhamdulillah saya belum mengalami fase begini.
Sudah nyinyir manja pula. Mirip anak kecil. Saat berkomunikasi dengan saya, doi selalu menambahkan nama cewek lansianya ini di ujung kalimat. Sesekali pakai Nek (nenek). Misalnya, mau makan Nek. Bikin minum, Nek. Ngantuk, Nek, dan sebagainya.
3. Mudah baper
Ketika anak-anak sudah berumah tangga, tentu kasih sayangnya telah terbagi. Hal ini sangat manusiawi, karena mereka telah bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Jika anak-anaknya jarang nelepon ayahnya baper.
Sedihnya melangit jika sang anak tidak mengangkat telepon. Bagi saya, masalah remeh temeh begitu lewat saja. Mungkin mereka tidak mendengar, sedang salat, atau HP-nya ketinggalan. Ntar telepon ulang lagi. Sangat tidak mustahil adanya unsur kesengajaan. Sebab, anak menantu kami tipe manusia yang sangat menghormati kaum lansia. Terutama ayah bunda dan mertuanya.
Ketika dia minta VC cucu, segera dituruti. Sebab, dia tak bisa melakukannya sendiri. Kalau saya terlambat merespon dia merajuk.
4. Tidak betah tinggal lama bersama anak menantu
Bertahan 5 hari saja di tempat anak sudah luar biasa. Selepas itu, seribu satu alasan minta pulang. Mulai merasa terikat, tidak enak makan, susah buang air (semblit), sampai ke merasa serba salah. Katakanlah anak-anak meninggalkan salat. Ditegur salah, takut dia tak enak muka, dicuek mulut ini gatal tak bisa ngerem.
5. Sensitif dan Cepat marah
Sensitif dan cepat marah adalah perubahan paling signifikan dialami oleh suami saya beberapa tahun terakhir. Parahnya selama 2023.
Dikit-dikit marah, dikit-dikit marah. Salah omong marah, beda pendapat marah, Kadang-kadang sekadar bergurau dia tersinggung, terus berkobar jadi kemarahan. Dilawan tambah menjadi. Tidak dilawan, rungutnya berjam-jam.
6. Kemauannya tak bisa dihalang
Saat jalan kaki langkahnya gontai, kentara betul gelagat kelansiaannya. Saya dan anak-anaknya khawatir takut dirinya terjadi apa-apa.
Dilarang dia marah besar. “Kalian jangan ganggu pikiran saya. Saya ke kebun bukan kerja untuk cari makan. Saya terhibur melihat tanaman. Silakan salur hobi masing-masing. Yang main HP sepanjang hari, yang kerja cari nafkah keluarga. Jangan usik kesenangan saya! Bla ... bla ...”
Merangkum dari halodoc.com, Perubahan prilaku pada lansia muncul akibat penurunan fungsi kognitif, yang secara alami mengalami menurunkan fungsi pada organ tubuh dan psikologi. Fungsi otak dan kognitifnya pun mengalami penurun. Efeknya, lansia kesulitan dalam memecahkan masalahnya, mudah lupa, sering merasa tertekan. Hal itu membuat mereka merasa tidak becus dan menjadi marah pada diri sendiri dan orang sekitr, seperti anak-anak dan bertindak semaunya.
Kutipan di atas telah menjawab semua fenomena klasik sering melanda sebagian pasangan lansia yang bertingkah aneh. Seperti saya dan suami. Sekian dan terima kasih.
Baca juga:
- Keren ...! Ini 4 Alasan Gadis Minang Nekat Merantau tanpa Didampingi
- Adat Pernikahan Orang Rimba Lebih Heboh daripada Kawinan Modern
- Luar Biasa ...! Pelepasan Calon Haji Tanjung Tanah Kayak Ngarak Pengantin
****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
_____________
Referensi:
Ini Alasan Usia Lanjut Psikologi Justru Seperti Anak-anak, halococ.com, 29 Mei 2020, diakses 23 Juli 2023.
https://www.halodoc.com/artikel/ini-alasan-usia-lanjut-psikologi-justru-seperti-anak-anak
Feliz aniversario a los dos. Y siempre hay que agradecer. Te mando un beso.
BalasHapusGracias por la oración Alejandro. Las oraciones también son saludables para la familia allí.
HapusHahahahaha...ternyata sama yah. Saya dan si Yayang sudah 52 an..dan situasinya mirip banget Mbak 🤪🤪🤪
BalasHapusDuh, masih kalah saya ya, Pak Anton. Dulu saya kira makin tua jiwa masing2 kian tunduk. Ternyata, tidak. Gak heran orang2 bilang lansia itu sifatnya seperti anak.2
HapusKonon katanya, kalau udah lansia tingkat lakunya kembali seperti anak kecil.
BalasHapusFaktanya begitu, Mas Herman. Dalam hal ini, salah satu pihak yang merasa pikirannya masih waras (belum mengalami perubahan) harus banyak bersabar. Begitu juga anak2 yang menjaga orang tuanya yang sudah sepuh.
HapusJangankan ibu yang sudah 70 tahun, aku saja yang baru 40 tahun juga kadang suka lupa.
BalasHapusLagi asyik main hape lalu istri nyuruh ada kerjaan. Habis itu lupa hp taruh dimana.😂
Tinggal dengan menantu emang kurang bebas ya Bu, enakan di rumah sendiri.🙂
Tinggal dengan menantu emang kurang bebas ya Bu, enakan di rumah sendiri .... Setuju 100% Mas Agus. Karena gaya hidup anak muda tidak sesuai dengan kami orang tua. He he ...
HapusWah artikel nya menarik bunda, mengingatkan saya juga, sebagai pasangan memang selalu ada kerikil"di depan kita, mudah lupa ,ngambekan, baperan dll adalah sifat yang sebagian orang akan mengalaminya jika usia bertambah,tapi saya juga sering kelupaan koq bund hehehe
BalasHapusTapi lupanya nenek kakek lansia udah ke level parah, ananda Mreneyoo. Untuk bunda suka nulis. Kalau tidak, mungkin nama sendiri juga lupa. Terima kasih telah singgah. Selamat malam.
HapusTapi artikel ini sangat bagus dan bermakna. Saya sangat menyukainya. Saya berharap Anda bahagia. 😊
BalasHapusTerima kasih telah mengapresiasi, Pelis. Doa sehat juga untuk keluarga di sana ya.
Hapuspaling repot kalo sudah berhadapan sama yang sudah sepuhhh
BalasHapusSepakat, Mas Geden. Terima kasih telah singgah. Selamat beraktivitas.
HapusAku jadi inget papa mama bundaa. Papa udah 72 umur ya, tapi masih aktif jalanin semua bisnis bakery dan peternakan ayam. Masih kuat bawa mobil. Tapi ya itu, kami ini yg kuatir kalo kenapa2. Cuma pas dilarang ya marah 😂. Katanya otaknya lumpuh kalo cuma diam di rumah 😅
BalasHapusKalo mama msh 60an. Tapi juga lumayan aktif. Sebagai anak, aku cuma mau mereka berdua ttp sehat, dan aktif sih. Dan aku pun penginnya setelah di usia segitu, juga masih kuat beraktifitas. GPP lah sedikit pikun, yg penting ttp bergerak. Rasanya memang ga enak kalo cuma di rumah diam aja
72 tahun? Persis seumuran bapaknya (suami bunda) Tapi beliau gak berani nyetir mobil. Suka dag dig dug. Kegiatannya cuman ke kebun. Kadang ngeri juga membayangkan, takut terjadi apa2, bawa motor 50 km PP. Tapi kebun beliau pas di pinggir jalan raya.
HapusDengan memahami hal-hal tersebut, kita sebagaimana anak bisa menata hati agar nyaman dan berdamai menghadapi orang yang sudah sepuh ya, Mbak.
BalasHapusAmin, saya cuman bisa menulis si doi. Entah bagaiman pula penilaian anak2 terhadap emaknya ini. He he ...
HapusFenomena apa yang paling sering melanda penulis artikel ini?
BalasHapusPnomena apa ya, he he .... Oh ya. No 1, 3, dan 4. Terima kasih apresiasinya Mas Tikno.
HapusTerima Kasih telah berbagi ya Nenek, selamat atas pernikahannya yang telah sampai sejauh ini.
BalasHapusMenjaga pernikahan hingga usia lanjut begini bukanlah hal yang mudah. Kalau sudah lansia udaj nggak manggil "Yang" lagi ya Nek?
Lama nggak kesini nih Teddy
Betul ananda. Karena cinta telah usang, panggilan yayang udah hilang ya, ananda. Terima kasih telah singgah. Maaf telat merespon. Nenek sedang berada di luar daerah. Sibuk main ma cucu. He he .
Hapus