Ingat! Abai Konsep Sekufu, Bisa Salah Memilih Pasangan Hidup
Memilih pasangan hidup itu gampang-gampang susah. Seorang gadis terlalu banyak kriteria dalam menentukan jodoh, bisa jadi perawan tua. Begitu juga kaum adam, jika mematok standard terlampau tinggi, akhirnya jadi bujang lapuk tak laku-laku.
Banyak pula pasangan yang baru berkenalan, jatuh cinta pada pandangan pertama langsung cocok. Terus sepakat untuk melangkah ke pelaminan. Kadang-kadang, sebelumnya masing-masing mereka sudah menjalin hubungan (pacaran) dengan cowok/cewek lain.
Begitulah cinta telah melekat, upil calon mertua rasa coklat. Mending tak salah pilih. Ceweknya perempuan baik-baik, cowoknya lelaki baik pula. Jika sebaliknya, mereka akan menyesal seumur hidup.
Nikah Sekufu
Sebenarnya dalam memilih pasangan hidup tidak ditentukan oleh panjang singkatnya masa perkenalan (kalau tak mau dikatakan pacaran). Yang penting berpegang pada konsep agama, seperti anjuran Rasulullah, “Membangun keluarga sakinah, mawadah, warahmah, awalnya harus sekufu.”
Nabi Muhammad SAW telah memberikan tuntunan, ada 4 kriteria sekufu dalam memilih calon pasangan hidup. “Perempuan itu dinikahi karena 4 hal yaitu (1) kerena hartanya, (2) keturunannya, (3) kecantikannya, dan (4) karena agamanya. Maka pilihlah yang baik agamanya, niscaya kamu akan bahagia. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibnu Majah).
Maaf saya telah menyeret topik ini terlalu jauh. Jika ada yang tidak sesuai tolong dikoreksi.
Kata Ustad Zainal Abidin guru ngaji kami, sekufu adalah istilah yang merujuk pada kesetaraan dalam perkawinan, suami harus sekufu dengan istrinya. Artinya, keduanya memiliki kedudukan yang sama dan sepadan dalam hal pemahaman agama, sosial, moral dan ekonomi.
Tujuannya supaya di kemudian hari tidak terjadi kesenjangan hingga menimbulkan gejolak dalam rumah tangga.
Sekufu Bukan Syarat Syah Pernikahan
Lebih lanjut Ustad Zainal memaparkan, pernikahan sekufu hanya sebatas anjuran dari Rasulullah. Bukan persyaratan untuk syahnya suatu pernikahan.
Oleh sebab itu, tiada larangan pria kaya menikahi wanita miskin dan sebaliknya, pemuda berwajah biasa-biasa (tidak ganteng) berjodoh dengan wanita cantik dan sebaliknya.
Terkait masalah pasangan sekufu, ada cerita lucu, seorang pria orang dekat saya, yang pemahaman agamanya minim, suka melanggar aturan yang disyariatkan Islam. Dia minta dicarikan jodoh wanita salihah berhijab syar’i.
Apakah keinginan tersebut dilarang agama? Tentu saja tidak. Andaikan cewek yang dilamar tidak mau, palingan banyak yang membully.
Sebagai ilustrasi dan cermin untuk mengaca, berikut saya bagikan curhatan 2 emak-emak yang rumah tangganya sering dilanda kemelut.
1. Suami pelit dan hitung-hitungan pada keluarga istri
Ibu SL wanita setengah baya. Dia mengaku dari awal dirinya salah memilih jodoh. “Padahal semasa muda saya punya pacar. Yang terakhir kami pacaran 5 tahun. Eh ..., taunya nikah dengan yang sekarang , kenalnya cuman 3 bulan.
“Setiap orang tua atau pihak keluarga saya berkunjung, dia tidak menunjukkan empati, sering berwajah masam. Pelit dan hitung-hitungan. Katanya bulan ini banyak pengeluaran lah, tamu terlalu lama lah, berat ngasih ongkos lah, dan lain sebagainya.
“Pada hal mereka nginap untuk beberapa hari saja. Itu pun ketika saya butuh alasan melahirkan atau sakit. Lagi pula setiap mereka berkunjung bukan dengan tangan kosong.
“Giliran orang tua dia yang bertamu, saya aman-aman saja, Keluarganya numpang bertahun-tahun juga pernah. Saya melayani layaknya ayah bunda dan keluarga sendiri. Ekspektasi saya dia bisa mencontoh sikap saya yang menghormati keluarga suami. Ternyata tidak.
Lagi-lagi SL mengeluh bahwa dirinya telah salah memilih jodoh. “Kalau tahu begini, dari awal saya tak mau menjadi istrinya. Kini nasi telah menjadi bubur. Semakin tua, saya kian tertekan.” Suara wanita itu tercekat menahan tangis.
“Pernah saya kabur. Dia minta maaf, menjemput saya pulang, dan berjanji kasus serupa tak akan terulang lagi.
Demi anak-anak, saya paksakan berdamai dengan kekecewaan. Eh ... janji tinggal janji kelakuanya tidak berubah. Justru bertambah parah.
2. Suami sering merendahkan mertua
Lain Bu SL beda pula cerita Bu NN 45 tahun. Setiap cekcok, suaminya sering menghina, istri dan keluarga mertua. “Untung nikah dengan saya. Kalau tidak, nasibmu tak akan berubah. Kayak orang tuamu. Taunya cuman bikin anak sekali setahun. bla bla ....
“Ketika diminta transparansinya masalah keuangan rumah tangga, dengan arogan dia menjawab, ‘Memang Emakmu yang menyekolahkan saya dulu?' Parahnya, sudah sombong tukang selingkuh pula.”
Sama seperti Bu SL, Bu NN juga menvonis dirinya telah salah memilih pasangan hidup. “Sekarang saya hanya pasrah demi anak-anak yang masih kecil. Ini semua gara-gara bapak yang duhulu memaksa saya nikah dengan orang kaya.” Bu NN mengakhiri curhatannya.
Mencermati ilustri di atas, banyak pelajaran yang bisa diambil. Kalau boleh saya pinjam istilah Mama Dedeh. Dari awal kedua perempuan tersebut, ... maaf, “telah salah memilih pasangan hidup” karena mengabaikan konsep pernikahan sekufu.
Penutup
Pernikahan sekufu bukan menumbuhsuburkan sikap diskriminasi. Sebab pada dasarnya semua manusia sama di mata Allah SWT. Yang membedakan tingkat iman dan taqwanya.
Untuk diketahui, tulisan ini bukan bermaksud menakut-nakuti kalian yang belum menemukan pasangan hidup. Hingga pada suatu saat alergi terhadap calon pasangan yang status sosialnya tidak setara.
Saran saya, setelah menemukan calon jodoh yang dirasakan cocok, luruskan niat di hati paling tulus untuk membangun rumah tangga dalam ikatan percintaan yang diredhai Allah SWT.
Rasulullah SAW seorang pemuda 25 tahun, menikahi Khadijah seorang janda kaya raya usia 40 tahun. Menurut padangan orang awam seperti saya, di segi usia dan harta beliau-beliau ini belum setara dalam beberapa hal.
Atas keredhaan Allah SWT, ternyata pernikahan mereka langgeng sampai seperempat abad. Hanya dipisahkan oleh maut. Bahkan Khadijah adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah dimadu.
Terakhir mohon maaf. Paparan ini mungkin kurang adil, karena terkesan bertumpu pada pembelaan pihak istri, dan mengesampingkan kebenaran sosok suami. Sebab suami juga sering menjadi korban ketidaksekufuan.
Harap maklum. Karena penulisnya sering dicurhati emak-emak. Nyaris tak pernah mendengar keluhan dari bapak-bapak.
Demikian artikel ini ditulis, sekadar sharing pengalaman tentang apa yang pernah saya dengar dan lihat. Bukan untuk menggurui. Semoga tak banyak lagi kaula muda yang salah memilih pasangan hidup tersebab mengabaikan konsep sekufu. Terima kasih.
Baca juga:
- Mimpi Apa Anda Semalam? Cek Maknanya di Sini!
- Menyapa Alam: Pesona Bunga-Bunga Liar di Pinggir Jalan
- Antrean ke Tanah Suci Kian Panjang: Apa Kabar Gagasan Berhaji di Luar Musim Haji?
****
Penulis,
Hj. Nursini Rais
di Kerinci Jambi
Pagi bund...kalau di pikir"iya juga sih bund,kalau perbedaan kelewat jomplang yg ada malahan salah satunya bisa jadi egois,tapi bukan berarti yg gak sekufu juga gak baik ya bund,makasih pencerahannya bunda🙏
BalasHapusIya, ananda. Sekufu itu hanya anjuran. Bukan kewajiban.
HapusToda relación es complicada te mando un beso.
BalasHapusSí, esa es la belleza de una boda.
HapusBener bgt ibu Nur, pernikahan harus se kufu.kalau nggak..agak susah kedepannya.cuman kadang kalau sudah jatuh cinta ya lupa ya..hehe, nasehat ortu atau orang lain jadi mereka abaikan haha...alhamdulillah, masalah rumah tangga tiap orang pasti ada ajaa...saya juga demikian, alhamdulillah menguatkan syukur dan sabar, inshaAllah dilancarkan segala sesuatunya aamiin
BalasHapusBanyak fakta tempat mengaca ya, ananda Enny. 7 th lalu seorang dokter nikah sama anak orang terkaya di kotanya. Baru beberapa tahun bubar. Konon istrinya sering bilang suaminya tak bawa apa2 saat menikah. Secara kasat mata orang biasa seperti kita2 ini menilai, kurang apa sang suami. Tampan, dokter, dan mereka udah punya anak. Tetapi secara materi kesenjangannya sangat jauh. Suami terbiasa dengan gaya hidup sekadar berkecukupan. Istrinya dari lahir bergelimang harta melimpah ruah.
HapusMemang sebaiknya sekufu ya bunda. Tapi kalo udah jodoh Ama yg levelnya beda, mau bilang gimana 😅. Toh sebenernya, jodoh itu juga salah satu hak veto Allah.
BalasHapusTapi saya bersyukur menikah dengan laki2 yg sekufu. Krn kami jadi kompak dan bisa saling berdiskusi soal apapun. Ditambah pula punya passion yg sama dlm hal traveling
misal tidak sekufu, tinggal bagaimana masing2 saling menghargai dan menghormati.
BalasHapusSepskan Mas Adi. Dikals itulah pentingnya pemahaman agama
HapusSuper menarik, dengan sederetan pengalaman seseorang
BalasHapuswah saya kok jadi ingat pengalaman sendiri nih
saya sering banget diminta untuk melamarkan seseorang
dalam pernikahan emang ada lika-likunya ya, karena watak sesungguhnya bisa diketahui setelah menjadi pasangannya. ya itulah kehidupan, penuh dengan tebak-tebakan dan lika-likunya
kalau guru saya, empat poin diatas mungkin kesulitan, akhirnya milih yang mau diajak nikah saja hehehe
pengennya cantik, kaya,keturunan baik, eh dianya tak mau
Alhamdulillah, udah ketemu tambatan hati ya. ananda. Konsep sekufu hanya sebuah anjuran. Bukan kewajiban. Tujuannya supaya pasangan yang dipilih benar2 pas dan serasi. Minim kesenjangan. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat sore.
HapusMemang kalau ingin Pernikahan kita abadi sebelumnya kita harus bisa melihat bibit, bebet dan bobot pasangan kita termasuk kekurangannya pun harus tetap kita terima .
BalasHapusKarena dengan begitu insyaallah kita bisa langgeng sampai kakek dan nenek, Meski terkadang yang namanya cobaan rumah tangga akan selalu tetap ada.😁😁
Sepakat, Mas Satria. Setiap rumah tangga pasti ads masalah. Tapi kalau dati awal semuanya sudah terang benderang, insyaallah, ke depannya kinflik bisa diminimalisir.
Hapussetuju dengan tulisannya.... ya, seimbang kuncinya....
BalasHapusThank you for sharing
Terima kasih kembali. Mas Tanza. terima kasih juga telah singgah. Salam sehat dari Tanah air.
HapusMungkin bapak-bapak hanya cerita ke bapak-bapak yang lainnya. Biasanya sih begitu.
BalasHapusAnjuran memilih pasangan yang sekufu sangat dianjurkan. Kalu belum yaa sebaiknya seliang menerima dan memperbaikinya secara bersama-sama.
... Saliang menerima dan memperbaikinya secara bersama-sama." Betul, Mas Rivai. Dalam rumah tangga memang seharusnya begitu.
HapusSebenarnya tak ada rumus pasti yg dapat diterapkan, kesalahan dlm memilih itu bisa terjadi pada siapa saja meskipun awalnya terlihat sangat cocok atau serasi, karena apa? Karena manusia berubah tiap detiknya, hihi..
BalasHapusTapi saya setuju sama posting ini, yaitu sebaiknya seimbang..
Inilah problem yang sering terjadi. Bukan perubahan karakter setiap detiknya, ananda Jaey. Semasa pacaran semua baik2 saja. Namanya pacaran, semanis madu. Setelah menikah sepahit empedu. Yang keluar sifat asli masing2.
HapusSaya merasa taks ekufu dg isteri saya... aseli sering debat... kudu ada yg ngalah... hehehe..
BalasHapusAlhamdulillah, salah satunya ada yang mgalah, Mas Darsono. Yang susah tuh tak ada yang mau ngalah. Keduanya mau menang. Di sinilah timbulnya masalah. terima kasih telah singgah. Selamat malam.
HapusMoga semuanya mendapat jodoh terbaik daripada Allah swt.. inshaAllah
BalasHapusAmin. Terima kasih telah mengapresiasi, Cuya. Selamat malam.
HapusRepot amat ya menikah Ibu Bu😅
BalasHapusCoba gitu, saya hidup di zaman sekarang nih Masih cari jodoh.
Keknya saya malas nikah.
Atau kalaupun nikah, saya ogah punya anak 😅
Kayaknya amannya emang gitu.
Kalau emang udah ga bisa bersama, gampang, tinggal say babay
Kalau emang udah ga bisa bersama, gampang, tinggal say babay ... " Ini yang dikatakan buah si malakama. Terutama jika sudah punya anak. Setiap ada problem rumah tangga, kemudian memandang mata anak, buuh malakamanya rontok jatuh ke bumi. Haha ....
Hapus