Minjam Buku Syah-Syah saja. Tapi Singkirkan 3 Persoalan Ini!
Pinjam meminjam merupakan suatu kelaziman di kalangan masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang hingga sekarang. Termasuk meminjam buku.
Meminjam Buku Bukan Sesuatu yang Haram
Agama tidak mengharamkan saling meminjam. Karena manusia tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Sayangnya, dalam urusan meminjam buku tanpa sadar kita sering melakukan kekeliruan yang kadang-kadang dianggap sepele, hingga muncul persoalan yang membuat pemilik buku tak enak hati.
Lantas apa saja bentuk kekeliruan yang dimaksud? Berikut 3 contohnya.
1. Buku dikembalikan dalam kondisi rusak
Saya dan mungkin juga anda pernah mengalami. Setelah dikasih pinjam, buku kembali dalam keadaan rusak. Misalnya (a) lembaran isinya digarisbawahi pada bagian-bagian tertentu pakai spidol, sampai tembus ke helaian belakang. (b) beberapa sudut dan halamannya dilipat mati. Tak bisa hilang meskipun digosok pakai seterika. (c) dicoret-coret oleh anak kecil. (d) kovernya kotor atau basah, copot, dan lain sebagainya.
2. Buku pergi tak pernah kembali
Dalam kasus ini saya beberapa kali punya pengalaman tidak mengenakkan. Satu darinya, tahun 2001 saya ditandangi oleh Z putri mantan tetangga untuk suatu keperluan. Sebelum pamit pulang dia melihat sebuah buku tergelatak di meja tamu. Spontan dia minta pinjam.
Pertama saya agak keberatan. Sebab, buku itu suami yang beli. Saat itu beliau sedang tidak di rumah. Mengingat hubungan saya dan orangtua Z seperti keluarga sendiri, berat rasanya untuk menolak.
Sebelum dia pergi saya berpesan. “Habis dibaca dibalikin ya. Buku ini baru dibeli abangmu. Beliau belum sempat membacanya.” Ibu muda itu mengiyakan.
Seminggu dua minggu ditunggu, tiada tanda-tanda buku itu akan kembali. Padahal, saban hari si peminjam pergi kerja lewat di depan rumah saya.
Sebulan kemudian saya tagih. Dia berkilah bahwa dirinya lupa, terus minta maaf. Dan berjanji besok dia akan mengantarnya. Dan bla bla ....
Ya sudah. Tak apa-apa. Saya memaafkannya dan berpikir, buku dapat dibeli. Pergaulan dengan keluarganya tak bisa dibayar dengan apa pun. Di sisi lain, saya sangat mengharapkan buku itu kembali secepatnya.
Seminggu kemudian, momen yang ditunggu itu datang. Z hadir. Sebuah buku tergenggam di tangannya. Saya kaget. Barang itu bukan milik saya. Judulnya Gerakan 30 September. Katanya buku kemarin itu hilang.
Allahuakbar! Seribu judul dan sejuta eksemplar pun dia mengganti, saya tidak menginginkan hal itu terjadi. Yang saya punya, buku tentang motivasi ..... Karena baru dibeli, judulnya pun belum saya hafal persis.
Saya menggerutu dalam hati. Tetapi tetap berusaha menguasai amarah dengan tersenyum alakadarnya.
Setelah kejadian itu saya kapok. Lebih baik menerima hujatan pelit, medit atau apapun jenisnya, daripada memberipinjamkan buku kepada orang lain. Kalau ada yang minta pinjam, sambil senyum-senyum manis saya bilang, “Dicopy aja ya! Biar Nenek yang bayar.” Siapa yang berani menjawab “iya”, coba!
3. Buku berpindah tangan
Pengalaman ini tak kalah pahitnya dibanding dua kasus sebelumnya. Sudah dikasih pinjam, buku dikasih pinjam pula pada orang lain. Sungguh keterlaluan. Barangkali sang peminjam berpkir, “Ah, cuman buku bekas.”
Sekadar untuk dibaca diberikan pada tangan ke 3 itu syah-syah saja. Tetapi mereka harus tahu, sampai saat yang ditentukan buku tersebut dikembalikan lagi kepada pemiliknya. Ini malah saya yang repot menanyakan pada peminjam ke 2. Bolak-balik mendatangi rumahnya. Sebab, berurusan dengan orang lain belum tentu bisa tuntas sekaligus.
Oknum peminjam tidak pernah tahu bagaimana perjuangan saya bisa memiliki buku tersebut. Waktu itu, gaji sebagai PNS sangat minim. Jangankan beli buku, untuk biaya hidup sehari-hari saja Senin Kamis. Solusinya, setiap ke luar daerah, saya suka nongkrong di lapak-lapak buku rombengan. Jika ada yang cocok, saya beli satu atau dua buku yang harganya ramah di kantong.
Walaupun cuman buku bekas, saya tak sudi buku milik saya dijadikan piala bergilir. Namanya saja buku bekas. Kapan hilang, belum tentu dapat membeli ganti. Sebab, umumnya buku rongsokan itu stok lama yang sudah basi, dan belum tentu ada di toko-toko buku baru.
Seharusnya, ketiga konflik dimaksud bisa disingkirkan jika adanya saling pengertian antara peminjam dan pemilik buku.
Penutup
Pengalaman ini patut menjadi renungan, bahwa bagi sebagian orang buku mungkin barang recehan tak bernilai. Tetapi buat orang lain (termasuk saya), benda yang satu ini adalah bagian dari dokumen pribadi yang amat penting.
Kehilangan uang senilai 10 buku, saya masih bisa tersenyum dan menerima. Tetapi jika buku kesayangan saya raib kesalnya berbulan-bulan, malahan sampai bertahun. Sebab, dokumen pribadi itu tak boleh musnah.
Apabila hal ini terjadi, sama halnya dengan menghapus bukti sejarah hidup. Setelah saya meninggal nanti, anak cucu tidak tahu detail latarbelakang neneknya. Sekian dan terima kasih.
Baca juga:
- 6 Fenomena Klasik Melanda Pasangan Lansia di Usia Senja
- Keren ...! Ini 4 Alasan Gadis Minang Nekat Merantau tanpa Didampingi
- Adat Pernikahan Orang Rimba Lebih Heboh daripada Kawinan Modern
****
Ditulis ulang oleh penulis asli dengan mengedit di sana-sini.
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
_______________
Artikel ini telah tayang di Kompasiana pada tanggal 19 Oktber 2018, dengan judul, Meminjam Buku Bukan Haram, Asal Peminjamnya tidak Munafik.
Iya saya juga punya pengalaman sebegini, dipinjam malahnya buku hilang..
BalasHapusDipinjam malah gak dibalikin..waduh
Jadi gak mahu dipinjamkan lagi sama siapa2
Sama seperti saya, Chuya. Lebih bagus dikasih cap pelit daripada sakit hati karena buku kita disia2kan oleh peminjam.
HapusYang minjam aja nggak tau diri bund...udah minjem lama,gak kasih kabar kejelasan buku di mana, pas balikin malahan ganti yg lain...karena perasaan gak enak aja jadi di terima,padahal kita udah kesal dalam hati
BalasHapus
HapusKayaknya doi slow aja. Seperti tiada bersalah. Terima kasih apresiasinya, ananda Mreneyoo.
Buenos consejos uno siempre debe cuidar lo que te prestan en especial un libro. Te mando un beso.
BalasHapusDe acuerdo, pero la mayoría de las personas ignoran sus responsabilidades como prestatarios
HapusJadi ingat kejadian pas SMA ketika saya meminjam buku ke perpustakaan daerah, kemudian beberapa hari kemudian ketika waktunya mengembalikan saya titipkan ke adik kelas yang kebetulan mau ke perpus, eh sayangnya ternyata dia lupa dengan amanah untuk mengembalikan bukunya dan akhirnya saya di denda oleh pihak perpustakaan karena keterlambatan mengembalikan bukunya... haduh.
BalasHapusJadi pelajaran banget untuk hati-hati menitipkan amanah, apalagi pada orang yang pelupa
Hanya orang cinta buku yang serius dan bertanggung jawab terhadap masalah buku. Sisanya, ya .... Udah ntar banyak pihak yang tersinggung. Terima kasih ceritanya Sinemax, ananda Regen
HapusSaya suka koleksi kaset lagu-lagu lawas sewaktu masih bujangan. Waktu itu belum ada lagu dalam bentuk CD. Seorang teman di masa muda suka pinjam. Saat dikembalikan ada yang pitanya kusut, lagu favorit lagi. Kesalnya luar biasa.
BalasHapusTapi sekarang sudah makin berumur, yang mengesalkan itu malah jadi kenangan indah jika diingat-ingat kembali. Jadi bahan cerita saat ngopi santai bersama teman di warung kopi.
"Tapi sekarang sudah makin berumur, yang mengesalkan itu malah jadi kenangan indah jika diingat-ingat kembali. Jadi bahan cerita saat ngopi santai bersama teman di warung kopi." >>>> Inilah yang desebut indah pada masanya ya, Mas Tikno. Awalanya kesal karena koleksi kesayangan dirusak.
Hapuspernah ada teman yang meminjam buku dan akhirnya tidak pernah kembali. Bahkan dia lupa kalau pernah meminjam buku tersebut. Akhirnya tidak pernah meminjamkan buku tersebut kepada yang bersangkutan. Kalau aku pinjam buku pasti ku kembalikan. Kebetulan ada teman yang memiliki koleksi buku yang sesuai dengan selera bacaanku. :D
BalasHapusKalau peminjam yang saling mengerti, tahu perasaan, dia pasti amanah jika minjam barang orang. Spapun bendanya. Terima kasih telah singgah, Mas Vai.
HapusMakanya kadang malas minjamin buku ya seperti itu hehehe
BalasHapusKini harga buku semakin mahal
Di samping mahal, tidak semua buku lama yang hilang itu dijual lagi di toko buku. Terima kasih telah singgah, ananda. Djankaru Bumi
HapusBetul sekali, entah sudah berapa kali, ada yang minjam buku ke saya, ternyata tak kunjung kembali, rasanya eman, apalagi buku itu sudah ga ada yang jual.
BalasHapusKarena bukunya tak ada lagi kita jadi kesal ya, Mas Muhaimin.
Hapuskadang ada yang tidak tanggung jawab sih, udah terlanjut minjam tapi kadang enggak dikembalikan, dan tau2 ada yang robek. kadang mau ngamuk tapi apa daya
BalasHapusHa ha ... Sama Mas Rezky. Saya juga begitu. Kalau kita kasih tau, dia melabel kita pelit.
Hapuswah, dulu saya malah punya pengalaman, "minjem buku, tapi lupa balikin," hehe... :D
BalasHapusPengakuan yang super jujur. He he ...
HapusBuku sangat penting bagi saya. Saya tidak berpikir saya bisa meminjamkannya kepada semua orang. Seperti yang Anda tahu, tidak semua orang sensitif tentang buku itu. Perlu diperhatikan.
BalasHapusBerdasarkan pengalaman, saya juga tidak mau lagi kasih pinjam buku pada orang lain. Kita tak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka, hingga minjam buku mereka anggap sepele. Terima kasih Pelis.
HapusHahaha bener banget. Aku pun paling anti meminjamkan buku. Lagian kan ada perpustakaan umum atau tempat lain utk meminjam. Terkadang pun, aku juga lebih prefer memberikan bukunya skalian daripada meminjamkannya. Kalau diberikan, terserahlah bukunya diapakan, tapi kalau dipinjamkan, ya begitulah. Kembali aja udah syukur-syukur.
BalasHapusEnak ya, Minjam buku sama Mas Rahmat. Sekalian dikasih. He he ...
HapusSebagai pecinta buku, ini seriiiing terjadi Ama aku Bun 🤣. Dari zaman sekolah malah. Dulu sih masih bisa maafin yaaa. Tapi skr, dah males minjemin lagi. Apalagi udh makin jarang ketemu juga kan.
BalasHapusLagian kalo mau baca, skr udh banyak yg nyediain ebook di aplikasi. Mmeding baca dari sana aja.
Kdg memang hrs tegas sih. Drpd makan hati kitanya. Buku buatku barang sangat berharga soalnya, jadi ga pernah aku anggab sepele kalo sampe ilang . Di rumah aja aku sampe bikin perpustakaan pribadi
Sama ananda Fanny. Bunda juga begitu. Suka ngoleksi dan baca buku. Kecewa berat kalau ada yang habis minjam buku seakan2 sengaja lupa. Mungkin bagi mereka buku tak berarti apa2. Terima kasih telah singgah. Selamat sore.
Hapusbegitulah kondisinya.....
BalasHapusdan kalau ditagih, marah besar.... hehehe
Malahada yang bilang begini, "Cuman buku. Biar saya ganti. Eh ... Ditunggu2 ceritanya hanya sampai di situ. Terima kasih telah singgah Mas Tanza.
Hapuspoin kedua tuh mbak yg paling sering banget.
BalasHapusijin follow ya mbak... lam knl
Kayaknya sudah menjadi tradisi ya, Mas Tikno. Minjam buku, niatnya ingin memiliki. He he ...
Hapusbagi saya bukan buku sahaja. barang barang lain pun sudah dipinjam kembalikan sepertimana keadaan ketika meminjam... sy lebih rela dipanggil kedekut kerana tidak.memberi pinjam terutama kepada mereka yang pinjam barang saya kemudian menjadikan barang itu seperti miliknya... cukuplah sekali! kita beli barang guna wang. bukan guna daun. bukan juga barang itu jatuh dari langit
BalasHapusSama dengan Saya, Anis. Saya juga rela dipagggil pelit, daripada ngasih pinjam buku atau barang pada orang tak bertanggung jawab. Maaf telat merespon. Telah seminggu saya sedang di luar daerah.
BalasHapusSaya kayaknya cuman mengalami sekali aja nih Bu, buku dipinjam, ga pernah dibalikin.
BalasHapusSetelahnya ga pernah ngalamin lagi, soalnya saya agak eh pelit ding, kalau masalah pinjam gini 😅
Saya udah beberapa kali jadi korban ananda Rey. Saat minjam dikasih tahu setelah baca harus dikembalikan. Mirisnya, ketika ditagih, dia tak enak hati, tak mau menegur, banyak omong pada orang lain.
Hapussaya paling takut kalau ada orang pinjam buku..sebab pernah pinjam tapi tak bagi balik
BalasHapusKit sepaham mrhanafi.
Hapus