3 Tempat Paling Horor di Tapan, Kini Jadi Favorit Berselfie Ria
Kondisi ini telah mengakar sejak dahulu sampai sekarang, khususnya bagi warga yang tinggal di pedesaan. Paling jumlah penganutnya yang sedikit berkurang.
Golongan ini menganggap ada tempat-tempat tertentu yang dihuni oleh makhluk jahat, yang suatu saat bisa mencelakan manusia. Tetapi sosoknya tidak dapat dilihat secara kasat mata. Kecuali oleh orang-orang tertentu. Maka lahirlah cerita-cerita horor.
Seiring berjalannya waktu publik berpikir semakin waras. Objek yang dahulu terkenal paling horor justru sengaja mereka datangi untuk wisata dan berswapoto bersama keluarga, dan kekasih tercinta.
Berikut celotehnur54 mengajak anda berkunjung ke tiga tempat yang disebut-sebut paling horor pada zamannya, yang ada di Sako Tapan, Kenagarian Sungai Gambir Sako, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.
1. Tugu/gapura perbatasan Sumatra Barat-Jambi
Ilustrasi Tempat Paling Hor
Sesuai namanya, tugu ini terletak di Jalan Nasional perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatra Barat. Lokasinya di hutan rimba raya Bukit Barisan, Kawasan Tanaman Nasional Kerinci Seblat. Persisnya di jalur Sungai Penuh-Tapan. Kurang lebih 30 km menjelang Pasar Tapan.
Era 60-an kawasan ini (bukan tugunya) terkenal angker, dan tidak berpenghuni. Hutannya yang lebat dan ekstrim tempat harimau sumatra mundar-mandir. Selain mobil, tiada pejalan kaki dan pemotor yang berani melintas di sina, karena memang zaman itu di daerah sini belum ada motor. He he ... Yang ada hanya prah pengangkut barang.
Selain angker, daerah tersebut menyimpan banyak kisah horor berbungkus mistik. Konon area itu dihuni oleh makhluk halus yang dipercaya bisa mencelakakan manusia. Menurut cerita orang dahoeloe, setiap sopir yang lewat di sana selalu berdoa semoga mobil mereka baik-baik saja, tidak megalami kerusakan.
Siapa sangka, kini kondisinya berubah seratus delapan puluh derajat. Di bawah gapura perbatasan sudah ada warung kaki lima, yang sering disinggahi oleh musyafir untuk istirahat sambil ngopi. Banyak juga pengguna jalan yang sengaja mampir sekadar mengabadikan kenangan dengan berselfie ria berlatar gapura/tugu perbatasan.
Tidak jarang pula penduduk lokal (kebanyakan muda mudi), raun-raun sore untuk menghirup hawa pegunungan dengan hutannya yang lebat dan asri. Para pekerja yang memerbaiki jalan, malah mendirikan kamp dan menginap di wilayah yang dahulunya terkenal dengan sarang hewan buas tersebut.
2. Air Terjun Sako
Dibandingkan tugu perbatasan, distrik air terjun ini malah punya riwayat masa lalu paling horor. Mulai kisah binatang buas yang siap menerkam, cerita mistis dari mulut ke telinga pun membuat bulu guduk melandak.
Konon pada malam hari di sekitar air terjun itu sering ditemui wujud perempuan berpenampilan aneh. Hobinya berdiri di tengah jalan menghadang mobil sedang lewat. Sekilas kemudian dia menghilang.
Barang siapa yang berani singgah di area ini, dia harus bersiap-siap menanggung risiko. Dikasih sakit atau mati oleh sang makhluk jahat penghuni di sana.
Kini Air Terjun Sako ini menjadi tempat favorit para wisatan untuk berswafoto dan memanjakan mata dengan pemandangan alam yang eksotis. Airnya yang sejuk dan bening, berdesir merdu memecahkan kesunyian di hutan belantara.
Jika pengunjung merasa dahaga, tak ada salahnya meminum airnya langsung tanpa perlu khawatir terkena diare. Sebab sumbernya berasal dari mata air yang mengalir dari hutan Pegunungan Bukit Barisan dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Sebelat. Insyaallah tiada tangan nakal yang menjamahnya.
Cerita mistis yang digaungkan secara turun temurun oleh para pendahulu telah rontok digerus zaman. Buktinya, usai berkunjung di kawasan tersebut, wisatawan kembali pulang dengan selamat dalam kondisi sehat walafiat.
3. Tepian mandi sungai Panedah
Setelah singgah di tugu perbatasan dan air terjun Sako, terus melaju kurang lebih 10 menit naik motor atau mobil ke arah pasar Tapan. Anda akan menemui tepian mandi alami yang menakjubkan. Lokasinya di kampung Penedah kenagarian Sungai Gambir.
Sejatinya tidak ditemui kisah horor di sungai ini. Hanya dahulu (tahun 60-an) pada titik-titik tertentu bagian pinggirnya nyaris bersinggungan dengan bahu jalan raya.
Ketika melintas disana, rasanya ngeri-ngeri horor. Seakan-akan mobil ambruk masuk ke sungai. Terlebih di saat malam hari. Tampak samar-samar airnya penuh menutupi badan sungai.
Dan kesan horornya yang paling mencekam, saat musim hujan airnya meluap meluluhlantakkan kampung sekitar beserta isinya.
Kini, sungai tersebut telah menjauh dari pinggir jalan raya. Barangkali akibat dari ablasi dengan kategori erosi (liputan 6.com). Airnya telah menyusut parah. Maaf bukan lebai, menurut perkiraan saya sebagai saksi sejarah, palingan tersisa kurang dari 10 persen.
Yang tampak batu-batu berhamparan di badan sungai, yang seakan-akan membahasakan bahwa mereka adalah korban kekejian tangan manusia.
Enaknya, waktu kami mandi di sana tahun 2022 lalu, airnya tetap jernih, sejuk, dan dasarnya berbatu. Arusnya yang deras memberi tantangan tersendiri bagi pengunjung saat berendam.
Batu-batu yang bergelimpangan, menawarkan pesona alami untuk tempat duduk santai, berfoto selfie, dan berjemur di bawah sinar matahari sambil melepas lelah. Benar-benar tempat yang seronok untuk keluar sejenak dari suntuknya kehidupan dunia yang penuh hura-hura.
Melengkapi pengalaman indah, anda boleh membawa bekal untuk makan di bawah pohon pinggir sungai di sela merdunya kicauan burung di ranting nan rindang.
Penutup
Kita tidak bisa mengisolasi diri dari perubahan dan kemajuan zaman. Kerena hal ini adalah rahmatan lil alamin yang harus kita terima dan syukuri.
Namun kita tidak boleh lupa bahwa alam nan indah permai ini, beserta kultur masyarakatnya yang unik harus dirawat dan dipelihara, agar tetap eksis sampai akhir masa. Sekian dan terima kasih.
Baca juga:
- Pantai Ratu Sigindo Kuning Pesona Bali Tersembunyi di Seleman Kerinci
- Mengulik "Keajaiban" Ikan Semah Kerinci, Menu Favorit Penggila Kuliner
- 2 Cara Mujarab Menangani Alergi Disengat Ulat Bulu
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi
Saya jadi teringat saat tinggal di Bali dulu. Ada tempat pemakaman di desa Trunyan, Bali. Letaknya di seberang danau Kintamani. Ada yang bilang merekalah suku asli di pulau dewata. Mayat dari orang yang baru meninggal diletakkan begitu saja di atas tanah tanpa dikubur atau dibakar. Anehnya kita tidak mencium bau busuk. Tempat itu juga telah menjadi obyek wisata.
BalasHapusWah .... Mengerikan. Tapi aneh ya. Zaman sekarang masih ada manusia- manusia sakti, sepertinya kurang logis ya. Mayat tidak di kubur tapi tidak bauk. Jangan2 malam2 dia gentayangan. Haha ....
HapusPenjelasan logisnya karena di area kuburan ada pohon Taru Menyan (Taru = kayu; Menyan= harum) yang mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk.
HapusPohon Taru Menyan hanya tumbuh di daerah itu.
Masyaallah. Ditulis Mas. Ntar panggil saya untuk bw. Terima kasih ulasan tambahnya.
HapusSudah banyak yang nulis tentang keunikan obyek wisata di desa dan kuburan adat Trunyan.
HapusAmbil dari sudut pandanglain, Mas. Salam sehat selalu ya.
HapusPadahal kalo dilihat dari foto, ga serem samasekali ya bundaaa... apalagi yg sungai. Ya ampuuun lihatnya langsung adeeem. Mana bening, banyak bebatuan. Aku sukaaa sungai yg begini, di jakarta udah ga nemuin hahahaha 😄
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusDahulu sekelilingnya hutan belantara, ananda Fanny. Sisi jalan di hadapan air terjun itu (di belakang tukang potret tuh) jurang yang sangat dalam, ditumbuhi pohon besar dan lebat. Jalannya belum sebagus sekarang ananda. Cuman batu2 tidak beraspal. Mana sepi. Karena tak ada motor yang lewat. Jauh dari pemukiman penduduk. Sekarang sekitar air terjun itu sudah ada 4 buah rumah gubuk kecil. Kayak pondok kebun. Karena bagian tanah lereng sudah dijadikan kebun.
HapusAir sungainya memang jernih. Tapi
kecil. Mungkin musim kemarau saat ini tinggal 50% dari yang terlihat di foto. Era 60an, semua badan sungai itu tertutup air. Batu2 itu berada didasar sungai.
Yo creo que debe haber un punto medio entre las creencias y la tecnología. Te mando un beso.
BalasHapusConcordo, meu amigo Alexander. Para que haja equilíbrio. Obrigado pela apreciação. boa noite da Indonésia
HapusTempatnya horor-horornya
BalasHapuswah kini hantu sudah tidak punya wibawa dan harga dirinya
kini justru jadi tempat asek buat selfi
Mungkin dia menganggap semua orang zaman now adalah temannya. Karena kelakuan oknunya hampir sama dengan dirinya. Hkhikhik
Hapusjujur bu kalau namanya horor itu entah kenapa seksi gitu, entah penasarankah, entah takutlah. tapi saya termasuk yang suka horor tapi takutan orangnya hehe
BalasHapusHaha .... Suka horor tapi takutan. Itu dia. Nsmanya ngeri2 sedap.
HapusPadahal tempatnya gak semua terlihat horor ya bunda, bahkan sungainya adem gitu,bikin betah, memnag katanya kalau rumah kosong,lembab dan ga ke urus ada penunggunya, tapi entahlah, semoga aja gak nemuin hal"serem bunda
BalasHapusSekarang gak horor lagi ananda. Karena hubungan udah lancar dsn rame. Di horor era 60-an.
Hapusdari dulu aku penasaran sama air terjun ini dan berharap bisa traveling kesana
BalasHapuskalau sekarang nggak terlihat menyeramkan ya.
Memang nggak dipungkiri kalau kita "harus" percaya nggak percaya dengan cerita ini, tapi kalau kita ada di tempat yang baru sebaiknya jaga sikap, nggak sembarangan bertindak
Betul, Mbak Ainun. Sekarang suasananya sudah jauh berbeda. Horornya sudah terkikis oleh kemajuan zaman. Dahulu 60an tahun lalu jalan belum diaspal. Kiri kanan hutan belantara. Jika di sisi kiri ada gunung/perbukitan. Sisi kanannya jurang yang dalam banget. Dan sebaliknya. Jauh dari perkampungan.
HapusWah yang air terjun malah kesannya eksotis di tepi jalan ya mirip air terjun yang ada di lembah anai yang di tepi jalan
BalasHapusDi foto itu suasana sekarang, Mbak Tira. Terima kasih telah mengapresiasi. Selamat siang.
HapusAir terjun tepi jalan! Uniknya!
BalasHapusTerima kasih telah singgah, Paman Uncle. Terima kasih juga singgah
HapusDi Malaysia pun ada jugak tempat seram, tapi kerana ceritanya yang seram jadi orang tertarik nak singgah dengan harapan bisa ketemu sama hantunya 😅 Contohnya Kellie's Castle di Ipoh Perak dan Muzium Perang di Pulau Pinang. Tapi rasanya belum ada yang bertuah berjumpa dengan entiti halus di situ.
BalasHapusKebanyakannya memang negitu, Carmeyz. Sebatas cerita dari mulut ke mulut. Saya juga belum.pernah berjumpa dengan makhluk aneh yang katanya penghuni tempat2 yang seram itu. Terima kasih telah mengapresiasi.
HapusSaya suka bagian penutupnya, "Kita tidak bisa mengisolasi diri dari perubahan dan kemajuan zaman." dan ... ini benar. Namun, jangan lalu kita melupakan sejarah... hehe..
BalasHapusDi tempat saya, masih ada juga tempat-tempat yang diyakini ditunggu oleh makhluk yang tidak kelihatan. Ini semua lahir dari kepercayaan turun temurun, yang akhirnya melahirkan sebuah keyakinan. Kalau saat ini tempat-tempat itu sudah tidak se'menyeramkan' dahulu, karena memang jaman sudah berubah. Tapi bukan berarti 'mereka' tidak ada.
Secara pribadi, saya juga percaya bahwa hal itu memang ada. Kita hidup berdampingan dengan mereka.
""Secara pribadi, saya juga percaya bahwa hal itu memang ada. Kita hidup berdampingan dengan mereka." >>> di kampung saya juga banyak, Mas. Malahan ada ritual khusus memberi makan penghuni laut. He he .... Hal ini mungkin bisa kita klasifikasikan sebagai kearifan lokal. Terima kasih apresiasinya. Salam sehat untuk keluarga di sana.
HapusDi semarang juga ga jauh beda. Contohnya di gedung lawang sewu. Orang-orang banyak yang ke sana karena penasaran dengan cerita mistisnya ketimbang sejarah tentang bangunannya. Andai saja mereka tahu bahwa gedung ini telah melewati berbagai peristiwa penting. Pernah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti kantor kereta api, markas militer, tahanan, dan sekarang dimanfaatkan sebagai museum.
BalasHapusHal-hal mistis memang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari dan keberadaan sebuah tempat.
Nah, alih fungsi menjadi mosium, malah menambah kesan horor. Terutama jika di dalamnya dipajang barang2 kuno jaduuuilll banget. Karena mereka yang fanatik dengan hal-hal misktik., menganggap benda lama yang dikemas dengan kisah2 seribu mitos itu sakti. Di tempat saya juga begitu. Terima kasih apresiasinya. Mas Rivai. Selamat malam.
Hapussudah tentu saya tidak menyukai sesuatu yang horor....saya jenis kurang berani
BalasHapusHaha .... Kok tidak berani? Di alam kubur nanti malah lebih horor. Terima kasih telah singgah. Salam sehat selalu untuk keluarga di sana.
Hapussuatu usaha yang bagus. dan harapnya di tempat-tempat lain juga akan buat seperti ini di masa hadapan.
BalasHapusdi hometown saya juga ada buat seperti ini. dulu sebuah sungai yang busuk. tapi hari ini jadi salah satu tarikan ramai
Di Indonesia, banyak tempat2 wisata alam yang sangat menarik. Boleh datang. Ditunggu di alamat, Anies. Selamat malam.
Hapus