Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 9)
Sikap Firah yang selalu genit-genit manja membuat Asril tak tahan. Katanya ogah, tapi mau. Katanya tak cinta tapi ngaku bingung memikirkan nasib janda cantik tetangganya itu. Rahel meradang, namun tetap sayang.
Gemas dengan sikap Asril, Rahel, dan Firah? Kunjungi Pustaka Pribadi Wiro, Atau tekan angka 082138985540. Kalian akan menemui kisah panjang tentang mereka bertiga.
Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 9)
Sprawiro Mentari
Musibah
“Kak Asril!”
Dari balik Pagar firah memanggilku. Ia mengenakan daster bunga-bunga yang dibalut switer berwarna pink cerah. Bibirnya merah menyala seakan hendak pergi ke satu tempat.
“Mau kemana Kak Asril?” Panggilnya lagi.
“O, ini mau ke depan sebentar.”
“Boleh bareng gak?”
Aku melihat ke arah rumah. Tidak ada Rafadon yang suka melapor macam-macam, barulah aku berani mengangguk dengan mantap.
“Mas lagi laper, mau ke warteg beli lauk sebentar.”
“Wah kebetulan banget, Firah juga lagi laper. Mau cari makanan juga. Daripada Firah masak, lebih hemat beli di warteg.” Firah tersenyum ramah minta ijin untuk jalan bareng.
“Boleh aja sih, cuma takut jadi gosip.”
“Santai aja, Kak, cuma jalan doang.”
Tidak kusangka perjalanan kami ke warteg dibuntuti oleh Rahel yang kukira masih tidur siang.
Sepanjang perjalanan Firah terus curhat soal rumah tangganya yang adem sampai sang suami ketabrak dan meninggal dunia. Padahal dia sangat mencintai suaminya itu.
“Almarhum suamiku orangnya ramah seperti Kak Asril. Bedanya, beliau sangat sibuk dan jarang di rumah.”
“Begitu ya. Kamu kesepian dong ya.”
Ya pasti Kak. Kadanga Firah sering nangis kalau tiba-tiba teringat almarhum.”
Tak terasa kami sudah sampai di warung tegal. Rencananya aku akan membelikan Rahel telur asin kesukaannya.
Baru hendak memesan, tiba-tiba istriku yang sudah termakan api cemburu dan tanpa tedeng aling-aling menarik kupingku keras sekali. Bukan main jengkelnya aku.
“Pulang sekarang, Mas.”
“Apa-apaan sih, Dek?”
Rahel ada di rumah pun Mas berani jalan sama perempuan itu. Apa kabar kalau Rahel sedang kerja. Sudah sejauh mana hubungan kalian?”
“Kami tidak ada hubungan apa-apa, Dek. Adek itu cuma salah paham.”
Sudah tertangkap basah, masih juga mau beralasan.”
“Sumpah, demi Allah.”
“Gak usah bawa-bawa nama Allah, Mas.”
“Benar, Dek. Tadi mas mau beliin kita sekeluarga lauk buat makan siang. Firah yang tiba-tiba nyamperin, dan bertanya Mas mau ke mana, dan kebetulan saja dia juga mau ke warteg. Akhirnya bareng. Mas gak ngarang cerita.”
Mata orang-orang menatap ke arah kami. Mereka pasti seenaknya menerka-nerka tanpa tau apa-apa. Rahel benar-benar sudah membuatku malu.
“Beli lauknya tidak jadi, ayo kita pulang.”
Gantian aku yang menarik tangannya.
Sementara Firah hanya bengong, mungkin merasa bersalah.
Kami meninggalkannya di sana, dia juga tidak berusha menjelaskan apa-apa pada Rahel.
*
Rahel menghempaskan tanganku tak mau dipegang.
“Apa Mas tidak bisa menolak kalau diajak jalan?”
Bisa, cuma gak enak, Firah udah banyak bantu jagaian anak-anak saat kamu sedang kerja. Jadi gak adil rasanya kalau cuma minta bareng terus Mas tolak.
Mas Asril tuh gak peka ya. Firah itu suka sama Mas. Kalau tidak ngapain dia buang-buang waktu jagain anak-anak.”
“Apa benar begitu?"
*
Asap membubung di udara. Rafadon dan Jaidan bersama Mpok Sri tidak terlihat di mana-mana. Rumah Firah terbakar diduga karena adanya arus pendek listrik.
Setelah berhasil padam.
Rahel membuatkanku mie goreng telur.
“Mas dimakan.”
Bareng, yuk!”
Buat Mas aja, Rahel belum lapar.”
“Kok Bapak makan mie, pengen juga.” Rafadon tiba-tiba datang dan minta dimasakkan juga. Rahel hendak membuatkan, namun kutahan.
“Ini pedas gak?”
“Gak sih, Mas.”
“Ya udah, ambilin Rafadon dari sini saja.”
“Gak mau, maunya satu.”
Akhirnya Rahel membuatkan satu porsi lagi untuk sulungnya. Karena tak habis Rahel yang memakannya.
*
“Mas, Firah itu sepertinya sengaja deh mepet-mepet ke Mas terus. Kayaknya Firah itu suka sama, Mas.”
Rahel terus bicara sendiri.
Sementara aku memikirkan akan tinggal dimana anak itu. Rumahnya terbakar, barang-barangnya juga ikut terbakar. Untung karena kesigapan warga hingga tidak sampai nyerempet ke rumah warga yang lain termasuk tempat kami.
Pemilik kontrakan marah-marah ke Firah di depan banyak orang. Kasian sekali kutengok.
Haruskah kutawar kan dia tidur di rumah malam ini?
Pasti Rahel menolak.
Kenapa Mas, kepikiran Firah, ya.”
Jujur memang iya, Mas lagi mikirin Firah. Apa tidak sebaiknya dia menginap di sini?”
(Bersambung).
Baca juga:
- Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 8]
- Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 7]
- Setelah Istriku Berpenghasilan [Part 6]
****
Gak tau lagi mau ngomong apaan bunda liat kelakuan Asril yg tambah berani,menolong atau apa yaa...🤦
BalasHapusHa ha .... Kita juga sakit hati karena kelakuan mereka ya, ananda. Kwikiwik ....
Hapuswah kebaikan yang bisa berbuntut panjang tu
BalasHapusKebaikan akal-akalan suami mata keranjang, ananda. Ha ha ....
HapusApakah cerbung ini sudah diposting juga ke Fizzo dan Wattpad Bu?
BalasHapusDi sana peminat cerbung sangat banyak buuu
Postingnya di KBM app, ananda. Silakan ke sana. Klik link dofolow pada bsgian pengantar di atas. Ini cebung karya anak KBM.
HapusDalam hal ini aku ttp mendukung Rahel 😄😄. Si Asril sengaja banget cara perang kayaknya Bun 🤣. Malah mau ngajakin nginep di rumah. Ga sekalian tawarin JD istri kedua 🤣
BalasHapusPura-pura jadi pahlawan ya, ananda Fanny. Lain di mulut lain di hati. Haha ... Kita telah diracuni oleh kecerdikan penulisnya .
Hapus“Begitu ya. Kamu kesepian dong ya.” ---> saya bacanya tak ulang bagian kesepian dong .... ada yang putus di tengah
BalasHapusHm ... Petus di tengah? Kehilangan cerita, dong.
HapusHarusnya terus dibaca sambungan nya... Penulisan sebuah cerita yg baik... :D
BalasHapusBaca ebooknya aja temanku Time Traveller. Pesan langsung pada penulisnya.
Hapus