Tragedi Mendebarkan Nerobos Banjir dan Perjuangan Pak Tani
Traveling
Hujan tidak terlalu deras, tetapi sungai di tengah desa meluap hingga merendam rumah penduduk di sepanjang bibir sungai, termasuk lantai masjid.Hal ini biasa terjadi di di sebagian daeah kami wilayah tiga Luhah Tanjung Tanah. Karena ini adalah efek hujan di hulu. Titik rendam terparahnya di Sekitar Masjid Ihsan yang merupakan lokasi Pasar Pagi, yaitu tempat kegiatan emak-emak dasteran berbelanja di pagi hari.
Kalau banjirnya normal-normal saja, bagian yang agak dalam selutut orang dewasa. Posisinya di badan jalan desa, sepanjang kurang lebih 25 meter.
Kepedean
Bagi saya yang terbiasa lewat di sana, banjir seukuran itu tidak mengganggu saya untuk melewatinya menggunakan motor. Pokoknya, pede aja. Sebelum eksekusi, tanamkan keyakinan pasti selamat sampai ke ujung. Kemudian star gigi satu sampai akhir. Insyaallah enteng saja. Aksi ini bukan sekali dua saya lakukan. Alhamdulillah selamat dan sukses.Tanggal 2 Januari lalu, saya mengulanginya lagi. Habis, tak ada siapa-siap dimintai berbelanja. Secara kasat mata, airnya memang agak lebih tinggi dari biasanya. Toh dua hari sebelumnya banjirnya memang agak tinggi. Tetapi hari itu sudah mulai surut. Makanya tiada keraguan bagi saya untuk menaklukannya. Saya naikkan kaki agak tinggi. Ciuut .... dalam hitungan detik insyaallah sampai ke tujuan.
Sialnya, sebelum sampai ke titik finish, ban depan motor terperosok dalam sebuah lubang kecil. Saya hampirkehilangan kendali. Karena mesin motor tetap menyala, Alhamdulillah saya berhasil mendarat, tetapi nyaris menumbur 3 motor yang sedang terparkir di depannya.
Subhanallah. Jantungku hampir copot. Belum lagi malu, sudah tua jadi tontonan bapak-bapak dan ibu-ibu pengunjung pasar. Saya mengejek diri sendiri. “Rasain lo nenek-nenek. Kamunya terlalu pede.”
Sungai Merao meluap
Satu jam usai tragedi mencemaskan tersebut, saya dan suami berangkat ke Sungai Penuh untuk suatu keperluan. Lagi-lagi kami tidak mempersoalkan masalah banjir. Sebab, bisa lewat jalan alternatif. Salah satunya via desa Kumun. Meskipun menambah jarak tempuh menjadi hampir dua kali lipat.
Lagi pula jika banjirnya cuman sebetis, gampang bagi sang cowok gantengku menantangnya. Yang penting, saya sebagai penumpang tetap tenang, angkat dan lipat kaki ke belakang. Tujuannya supaya sepatu dan kaki celana tidak basah.
Apa yang terjadi? Sampai di Desa Debai, puluhan mobil terjebak tak bisa lewat. Sungai Merao meluap hebat hingga menggenangi Kumun Debai dan jalan raya di sekitarnya sedada orang dewasa. Jangankan pengendara motor, truk pun tak berani melintas.
Keliling Danau dan macet di pasar tumpah
Karena urusan penting yang tak bisa ditinggalkan, kami nekad dan berusaha sampai di Kota Sungai Penuh sebelum pukul 11.00. menjelang siang. Kami berputar balik ke belakang memilih jalan keliling Danau Kerinci Sanggaran Agung-Sungai Penuh. Putusan ini jelas-jelas menambah jarak tempuh dari normalnya 15 kilometer menjadi setidaknya 35 kilometer, melewati belasan desa.
Belum setengah jam perjalanan, ketemu macet parah di Pasar Tumpah Desa Jujun. Di sana kami terjebak setengah jam lebih. Rupanya, tersebab pengguna jalan beralih ke jalur Sanggaran Agung Sungai Penuh dan sebaliknya, membuat volume kendaraan jadi meningkat. Ditambah belum adanya pengaturan dari pihak terkait. Sehingga jalur kendaraan kacau balau. Semuanya mau mendahului. Maju tak bisa, mutar balek nyendat.
Wisata banjir
Luar biasa. Melewati jalur Keliling Danau ini saya baru engeh bahwa banjir di Kerinci kali ini sangat parah. Agak bingung juga. Sebab, seingat saya, di tempat saya hujan tidak deras-deras amat. Barangkali lebatnya di daerah gunung. Serab Kerinci dan Sungai Penuh dilingkungi oleh gunung. Logikanya, saat hujan lebat, air ngumpul di tempat yang rendah.
Perjalanan kami yang tadinya membawa misi penting berubah menjadi wisata banjir yang memperihatinkan.
Tidak hanya sungai yang meluap, dan merendam beberapa desa. Air Danau Kerinci pun melimpah, menenggelamkan sawah masyarakat di sekitar bibir danau. Bahkan menutupi beberapa bagian badan jalan.
Di berbagai lokasi ditemui sejumlah warga berenang di tengah banjir dengan menyeret pelampung plastik. Mereka bukan para pencari ikan, melainkan Bapak dan Ibu Tani yang berusaha menyelamatkan padi mereka di tengah banjir.
Rintik-rintik hujan dan tubuh yang menggigil, bagaikan melodi penyemangat jiwa demi menjemput cucuran keringat mereka yang terlanjur tumpah selama 4 bulan belakangan.
Mending bagian bulirnya masih terlihat di permukaan air, hingga agak mudah dipanen. Yang kasian, jangankan buahnya, daunnya pun tenggelam bak ditelan malaikat. Sebab, kedalaman airnya melibihi tingginya pohon padi.
Berbekal sebuah sabit, para pejuang pangan itu meraba-raba dan memotong padi mereka di tengah lautan air tersebut. Setiap genggam hasilnya mereka taruh di atas plampung plastik, kemudian diseret ke tempat yang lebih tinggi, yakni di pinggir jalan raya. Selanjutnya dilakukan proses perontokan.Kami sampai di Kota Sungai Penuh Pukul 10.45. Waktu tempuh yang normalnya 20 menit, menjadi 3 jam. Sialnya, rencana menemui seseorang gagal total. Resepsionisnya minta saya datang pukul 14.00. Hitung-hitung, kami bisa sampai di rumah paling cepat waktu magrib. Gila ...,
Setelah makan siang, saya dan suami langsung pulang. Kami harus kembali meniti jalan yang sama pada episode ke 2.
Penutup
Menurut berbagai sumber, banjir Kerinci dan Sungai Penuh kali ini merupakan banjir terparah sejak 10 tahun terakhir. Akibatnya, 2.412 rumah di 45 desa dalam Kabupaten Kerinci terendam.
Sedangkan di Kota sungai Penuh, banjir telah menerjang 32 desa di 6 kecamatan, dan merendam 6.262 unit rumah. Belum lagi kerusakan-kerusakan lain, seperti rumah-rumah ibadah, fasilitas pendidikan dan jembatan yang roboh. (antarannews.com. 4 Januari 2024).
Baca juga:
- Vonis Diri Diserang Chikungunya, Begini Kisahnya
- Asyiknya Berburu Kuliner Nostalgia di Kampung Halaman Inderapura
- Kisah Menggelitik di Balik Travel Sungai Penuh Inderapura
****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi
Sumber ilustrasi: Dokumentasi pribadi.
Aduhai... musim tengkujuh? Tabah dan sabar menghadapi dugaan banjir begini. Moga baik-baik saja.
BalasHapusAmin, alhamdulillah, kami sekeluarga baik2 saja, Ami. Terima kasih apresiasinya.
HapusApakah rumah bunda kebanjiran juga? Semoga gak kenapa "bunda..di jalan raya kalau kebanjiran gini ngeri juga , banjir dampaknya kemana" si..rumah,perabotan,kesehatan
BalasHapusAlhamdulillah, tempat kami lumayan tinggi, ananda. Jadi, kalau musim hujan tak pernah banjir. Terima kasih apresiasinya. Selamat malam.
HapusMusim hujan
BalasHapussaya pun juga was was
banjir selalu menghantui
pernah rumah saya kebanjiran sampai masuk kedalam
melelahkan juga
yang penting semuanya selamat dan sehat
Subhanallh. Begitulah musim banjir. Takk ada kompromi. Sungguh melelahkan memang. Tapi, kita tak bisa berbuat banyak. Selamat malam, ananda.
Hapusemang kalo bawa motor paling ngeri kalo ketemu banjir dan angin yg kencang
BalasHapusBetul, Mas. Seminggu lalu ada yang meninggal. Saat di lewat, terjadi longsor. Tubuhnya terseret banjir bersama motornya.
HapusBanjir memang melanda beberapa daerah seperti yang lihat di berita-berita tv, Mbak
BalasHapusTernyata di tempat Mbak juga banjir ya. Duh tapi jadi ada wisata banjir ya Mbak. Prihatin ah kalau melihat kondisi seperti itu.
Salam,
Prihatin banget, Mas Asa. Malahan sekarang hari ke 12, sawah rakyat masih seperti laut.
HapusAduh sedang banjir ya Bu, semoga sehat selalu Bu.
BalasHapusAku agak kaget karena disini hujan jarang, kalaupun hujan tidak gede. Biasanya bukan Desember sama Januari disini langganan banjir, sekarang biasa saja. Alhamdulillah sih ngga banjir, cuma kaget aja biasanya banjir
Nah itu adalah satu rezeki, Mas Agus. DiberiNya kenyamanan minimal untuk tahun ini yang biasanya banjir sekarang tidak .
HapusIya Bu, Alhamdulillah sekarang sudah tidak kebanjiran. Tapi jadinya yang tanam padi pada kewalahan kekurangan air
HapusBegitulah hukum alam ya Mas Agus. Puas kemarau, Dia kasih hujan dan banjir.
HapusAduh sedang banjir ya Bu, semoga sehat selalu Bu.
BalasHapusAku agak kaget karena disini hujan jarang, kalaupun hujan tidak gede. Biasanya bukan Desember sama Januari disini langganan banjir, sekarang biasa saja. Alhamdulillah sih ngga banjir, cuma kaget aja biasanya banjir
Nah itu adalah satu rezeki, Mas Agus. DiberiNya kenyamanan minimal untuk tahun ini yang biasanya banjir sekarang tidak .
HapusUntung masih selamat ya, bunda. Gak sampe kenapa² meskipun malunya itu kgaga ketahan hihi
BalasHapusKasihan petani sawahnya, kena banjir dan harus manen dadakan.
Ya ampun, ternyata banjir terbesar pertama sejak 10 tahun, dh lama bangetya bund
Alhamdulillah selamat, ananda. Sejak itu bunda gak mau menantang banjir lagi, andaikan tingginya melebihi sebetis orang dewasa.
HapusMusim hujan gini memang rawan banjir bgt ya bun.semoga kita semua dalam perlindungan-Nya selalu.aamin
BalasHapusAmin ananda. Malangnya, menyusul hujan kemarin dan malam, hari ini banjir bertambah tinggi ananda. Padahal, sehari sebelumnya udah agak mendingan.
HapusYang paling bahaya naik motor ketika banjir adalah kita tidak tahu kalau jalan yang dilewati terdapat jalan berlubang. Kalau tidak berhati-hati bisa terjatuh. Yang apesnya lagi kalau tidak sadar terlalu pinggir akhirnya masuk selokan.
BalasHapusBanjir kayak gini biasanya karena ada kerusakan hutan di bagian hulu sehingga air hujan yang turun tidak mampu ditampung di hulu. Akhirnya air menerjang kawasan hilir.
Semoga semuanya lekas pulih kembali.
Betul Mas Vai .saya berani kareba sudah hafal jalan. Yaitu jalan desa saya, yang biasa saya lewati hampir tiap hari.
HapusSelain kerusakan hutan, pendangkalan sungai juga tak kalah andil penyebab banjir. Karena selalu kebiasaan masyarakat suka buang sampah di sungai.
Oh ya, sekali lagi saya kasih tau Mas Vai, mohon maaf saya gak pernah berhasil masuk ke blog mas vai, karena selalu eror, seperti gelombang.
akhir akhir ini, kalau hujan lebat, di Amerika juga banjir.... karena diantaranya, air tidak bisa mengalir ke laut, dan laut itu sendiri terjadi pasang tinggi .....takut keluar, kalau air tergenang.......
BalasHapusKayaknya, ini fenomena di mana mana ...... ya, hati hati saja......
Di Kerinci sini, yang mengerikan banjir kali ini, air Danau Kerinci melimpah ke sawah2 dan pemukiman penduduk.
HapusDuuuh sedih bayangkan petani padi kalo harus gagal panen bunda 😔. Banjir ini memang blm bisa diatasi yaaa. Selalu jadi penyakit tahunan di banyak kota 😔
BalasHapusBanjir Kerinci tahun ini memang luar biasa, ananda Fanny. Sejak tanggal 31 desember, sampai sekarang masih banyak titik banjirnya.
Hapus