Wow ...! Sedapnya Gulai Kepala Ikan, Di Karambia Condong Pasar Gompong
Kuliner
“Apa enaknya kepala ikan. Udah tulangnya banyak, ketika makan ribetnya tak ketulungan. Jika kurang hati-hati bisa keselek,” kata salah satu anggota keluarga kami yang anti dengan kepala ikan.
Beda dengan saya dan suami. Setiap traveling, khususnya di daerah pinggir pantai, mulai berangkat kami sengaja berlapar-lapar, supaya makan enak di rumah makan Padang yang menyediakan menu kepala ikan. Tentu saja ikannya ukuran besar, seperti kakap, gebur atau sejenisnya.
Waktu ke Padang akhir November lalu, kami sengaja memilih jalur Barat Sumatra, supaya melewati Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat. Padahal, Kerinci - Padang jarak tempuhnya lebih singkat via Kayu Aro. Alasannya, Di Pesisir Selatan ikannya masih segar. Begitu keluar dari laut, langsung dimasak.
Dalam kesempatan ini saya dan suami memasukkan Ampera Karambia Condoang ke dalam list persinggahan kami.
Sekilas tentang Karambia Condong
Bagi anda yang lahir dan dibesarakan di Sumatra Barat, “Karambia Condong” bukanlah sebutan yang asing. Karambia = Kelapa, condong, artinya miring (tentang barang yang tegak). Jadi, karambia condong artinya pohon kelapa yang tegaknya miring dan hampir rebah.Tiada riwayat yang jelas tentang asal usul nama Karambia Condong. Namun inti dari bahasan ini bukan Karambia Condongnya. Melainkan menu kepala ikannya. Apalah arti sebuah nama dibandingkan pemenuhan kehendak selera. He he ....
Ampera Karambia condong berlokasi di pinggir jalan Raya Painan (Lintas Barat Padang-Bengkulu). Tepatnya di Kecamatan Lenggayang, Pasar Gompong, Kambang. Agak ke dalam kira-kira 25 meter arah ke laut, kurang lebih 50 meter dari bibir pantai. Tetapi jangan khawatir akan tersesat, karena di mulut gang ada papan merek sebagai pemandu jalan.
Tiada petunjuk yang pasti berapa kilometer jarak kediaman kami ke Pasar Gompong. Yang jelas, kami berangkat dari Kota Sungai Penuh (Kerinci, Jambi), pukul 8,00, WIB. Sampai di Ampera Karambia Condong pukul 13.10. WIB, bertepatan dengan waktu makan siang.
Lalu apa saja keistimewaannya warung makan Karambia Condoang tersebut? Ikuti saya ke lokasi.
1. Menunya tersimpan di ruang khusus
Begitu sampai di halaman Ampere Karambia Condong, saya sempat bingung. “Kepala ikannya mana.” Di gerobak pajangannya hanya ada beberapa panci berisi sayuran. Tidak seperti warung makan Minang umumnya, yang etalasenya dipenuhi aneka sambal yang melimpah.Yang ada hanya beberapa potong gulai ikan yang sudah dituangkan ke dalam piring, ditaruh di rak gerobak bagian bawah. Sementara termos nasinya juga tidak kelihatan.
Terakhir, saya tahu, bahwa sambal dan nasinya ditaruh di tempat khusus, yakni di ruang belakang. Barangkali dalam hal ini Ampera Karambia Condong punya karakter tersendiri. Hidangan hanya dikeluarkan pas ada tamu yang hendak makan. Tujuannya untuk berjaga-jaga supaya hidangannya tidak terkontaminasi oleh debu pasir.2. Pengunjungnya berasal dari berbagai Kalangan.
Meskipun posisinya agak ke dalam, pengunjung Ampera Karambia Condoang berasal dari luar dan dalam Kabupaten Pesisir Selatan. Termasuk juga nelayan setempat usai melaut.Yang menarik, saat makan di Karambia Condong, Bapak-bapak Nelayan punya tata cara tak lazim. Ambil sepiring nasi dan sambalnya di ruang belakang, terus bawa sendiri di sebuah pondok kecil sederhana (sekelas pos ronda), di halaman depannya. Di sanalah mereka bersantap ria.
Saya berpikir, mungkin hal ini telah menjadi tradisi bagi mereka. Sebab, merasa kurang leluasa membaur dengan pengunjung lainnya yang datang dari uar daerah. Atau boleh jadi juga beliau-beliau itu keenakaan makan sambil memandang ke laut lepas, ditemani segelas kopi untuk menghangatkan tubuh. Acara berlanjut dengan ngobrol ngalor ngidul.3. Brend kepala ikannya yang populerSekilas terlihat Ampera Karambia Condong ini biasa-biasa saja. Bangunannya cuman berbahan dasar kayu dan berlantai pasir. Tetapi, hampir semua pengguna jalan Lintas Barat Sumatra Painan - Bengkulu mengenalnya. Hal ini tak lain karena brend gulai kepala ikannya yang terlanjur populer. Bukan berarti bagian tengah, dan ekor ikannya tidak tersedia, atau tidak enak. Semua terpulang kepada pemilik selera.
Untuk diketehui, Ampera Karambia Condong tidak menyediakan sajian lauk lain, kecuali ikan, ditambah sayuran, dan kerpik singkong balado sebagai lalapan.
4. Pengobat rindu pada Emak
Bersantap di tengah derunya ombak itu mempunyai sensasi tersendiri. Bagi saya yang lahir dan dibesarkan di kampung tak jauh dari pinggir pantai, bersantap di Ampera Karambia Condoang mengingatkan saya pada era 60-an. Dikala itu Emak sering mengajak saya makan di warung nasi tepi pantai.Kejadulan Ampera Karambia Condoang membuat rasa rinduku pada almarhumah Emak sedikit terobati. Mulai cara penyajian sampai ke peralatan makannya sangat kental ketradisionalannya. Di meja makan berderetan botol bir tempat air pencuci tangan.
Sebelum makan saya bertanya pada pemilik warung, “Kobokannya mana, Pak?”
“Tuh ...., Siram saja tangan Ibu sama air botolnya. Langsung ke tanah di bawah kaki Ibu.”
Hah ...? Cocok juga ya. Sekalian membasahi pasirnya biar debu tidak beterbangan.
5. Tempatnya bersih dan nyaman
Kebiasaan saya, sebelum makan di sebuah warung tradisional, hal utama yang saya ingin tahu adalah tentang kebersihan dapur dan toiletnya. Jika keduanya telah terpenuhi, maka tempat tersebut sudah nyaman untuk disinggahi.
Hal serupa saya lakukan juga di Rumah Makan Karambia Condong. Kalau boleh saya memberi nilai keduanya saya kasih angka 98. Cuman aroma lingkungannya yang kurang sedap, karena di sekitarnya banyak para-para penjemuran ikan.
6. Pas di lidah, damai di kantong
Rumah Makan Karambia condong mengenakan tarif berbeda pada masing-masing pelanggannya. Sebelum duduk pada tempat yang disediakan, konsumen terlebih dahulu memesan potongan ikan yang sesuai selera. Mau bagian kepala, tengah, atau ekor silakan dipilih. Semakin besar potongan lauknya kian tinggi cost yang dikenakan.
Saya dan cowok gantengku pilih yang paling gede. Ikannya jumbo, potongannya gemuk. Satu potong cukup untuk berdua, malahan terlalu dobel. Jadinya dua piring nasi satu sambal. Pak Sopir juga pilih bagian kepala yang ukuran sedang.
Wow ..., pas di lidah, damai di kantong. Makan bertiga ditambah dua gelas kopi hitam cuman dihargai Rp 98 ribu.
Penutup
Terakhir, saya ingin berbagi pengalaman. Andaikan anda singgah ke Ampera Karambia Condong, parkirlah mobil pada tempat yang aman. Tidak terlalu jauh ke arah pantai. Sebab, semakin ke pantai pasirnya kian tebal. Mobil sulit untuk keluar.
Kami mengalami kasus ini. Untungnya Bapak-bapak nelayan di sana berbaik hati untuk membantu. “Tak apa-apa, Pak. Ntar mobilnya kita angkat rame-rame. Tapi Bapak bersabar dulu, menunggu tamu di warung selesai makan. Supaya debunya tidak beterbangan.” kata salah satu pria bertubuh tinggi. Sekian dan terimakasih.
Baca juga:
- Tragedi Mendebarkan Nerobos Banjir dan Perjuangan Pak Tani
- Vonis Diri Diserang Chikungunya, Begini Kisahnya
- Asyiknya Berburu Kuliner Nostalgia di Kampung Halaman Inderapura
Sumber Ilustrasi: Dokumentasi Pribadi
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci Jambi
Saya juga peminat kepala ikan. Bahagian kepala ikan nikmatnya berbeza dengan bahagian ekor atau isi ikan.
BalasHapusSepakat Ami. Bagian kepalanya punya kenikmatan tersendiri.
HapusSaya juga peminat kepala ikan. Bahagian kepala ikan nikmatnya berbeza dengan bahagian ekor atau isi ikan.
BalasHapusSemoga kita bisa bertemu, makan kepala ikan bersama-sama.
HapusSaya penggemar kepala ikan bunda,apalagi kalau ukurannya agak gede..suka banget..bagian tulang dan dagingnya di seruput"itu yg bikin asiik...mata dan otaknya juga sukaaa ..saya juga kalau ke pantai cari toilet yg agak bersihan bund..supaya nyaman aja ,namanya campur baur orang ramai ya
BalasHapusOh ternyaa kegemaran kita ada yang sama ya, ananda. Ya, asyiknya memang saat menyeruput tulang, mata, benak dan matanya. Hehe
HapusParece una buena comida. Te mando un beso.
BalasHapusMuy delicioso, mi amigo Alejandro. Ven aquí. Saludos desde lejos.
HapusGulai kepala ikan memang makanan yang dahsyat, Mbak.
BalasHapusGulai ikannya enak, tempat makannya bersih dan rapi, harga bersahabat, lokasinya dekat laut... ah kurang apalagi bersantai dan makan disana...
Salam,
Lengkaplah dudah pemenuhan selera. Hehe ... Cuman satu yang perlu diperhatikan makan2 di pinggir pantai, Mas Asa. Kesiapan pemilik warung menjaga menunya, agar tidak terpapar debu pasir.
HapusMakanan jadi bebas dari debu ya
BalasHapussaya agak gimana gitu, jika jajan di pinggir jalan banyak debu yang berterbangan, terus menu makan tidak ditutup dengan rapat.
cuci tangannya lebih praktis hehe
Alhamdulillah, Rumah Makan Karambia Condong sangat peduli dengan masalah itu ananda. Terima kasih telah singgah.
HapusGulai kepala ikan enak dan gurih, tapi katanya banyak mengandung kolesterol, benar enggak sih Bu?
BalasHapusHabis mau bagaimana lagi, Mas Agus. Tak kuat nahan selera. Untuk penangkal, rajin aja makan pepaya habis makan dan rutin minum jahe. hehe
HapusAku termasuk yg ga bisa makan kepala ikan bundaaa 😅. Tapi suami doyan sangaaaaat 🤣.apalagi kalo mama yg buat.
BalasHapusSaya tak suka bagian kepala. Selalunya LBH milih ekor 😄.
Jadi kalo ada kepala dah pasti tak saya sentuh. Palingan hanya kuahnya, itupun hrs pedas 🤣
Harga segitu muraaah sangat 😍😍😍. Kalo di sini kepala ikan bisa 200 RB yg ukuran besar 😅
Suami istri seleranya ada yang sama ada juga yang beda ya, ananda Fanny. Kami juga begitu.
HapusMasakan mama tuh memang enak. Padahal, bumbunya biasa2 saja. Mungkin karena beliau memasak penuh ketulusan. Hehe ...
Soal tarif makan, di daerah Pesisir Selatan sana terkenal murah. Kabarnya di daerah wisata Pantai Carocok saja makan ampera ada yang harga Rp. 12 ribu lima ratus. Rasanya sama dengan ampera daerah lain.
Menggoda banget, deh. Gulai kepala ikan memang punya citarasa khas dibandingkan bagian lain dari Ikan meski sama-sama dimasak gulai. Jadi pengen makan gulai kepala ikan habis baca tulisan dari Mbak Nur.
BalasHapusYuk .ke sini saja Mas Rahman. Makan gulai kepala ikan Danau Kerinci, yang terkenal gurih.
Hapussaya gemar ikan tetapi pada bahagian tengah dan ekor...jika tiada pilihan...maka kepala ikan pula ambik juga
BalasHapusSelera juga pilihan ya Bang Nafi. Ada yang suka bagian kepala, banyak juga yang anti dengan kepala ikan.
Hapus