Saat Membangun Rumah Jangan Menabung Masalah
Sebelum membangun rumah, banyak hal penting yang harus dilakukan. Salah satunya merencanakan desain rumah sesuai keinginan. Mulai jumlah kamar, pintu dan jendela, sampai model atap (bubungan) dan sebagainya. Kalau tidak, bisa bermasalah di kemudian hari.
Pengalaman saya dan suami, waktu membangun rumah, kami sepakat untuk membuat model atap datar. Hal tersebut kami lakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain, mengikuti trend dan menghemat biaya.
Zaman itu (1982) di Kerinci sini lagi trend membangun rumah dengan ciri-ciri bubungan datar, fisiknya mini (tidak terlalu tinggi).
Dua puluh tahun pertama aman-aman saja. Lama-kelamaan masalah mulai bemunculan. Saat itu saya dan suami baru menyadari bahwa saat membangun rumah tersebut kami telah menabung masalah. Ingin tahu masalahnya apa? Ikuti ulasan berikut!
Posisi rumah makin rendah
Lokasi rumah kami di pinggir jalan lintasan Kota Sungai Penuh-Bangko provinsi Jambi. Setiap ada proyek perbaikan jalan, badan jalannya ditimbun beberapa sentimeter kemudian diaspal. Otomatis tinggi jalan bertambah, rumah seperti tinggal di bawah.
Sekali jalan naik, seketika pula si kakek ganteng memperbaiki saluran air. Kalau tidak, saat hujan, air dari jalan menglir ke pekarangan terus masuk rumah. Sebab, bahu jalan tidak dilengkapi dengan drainase. Salah sendiri. Pondasi rumah dibuat kurang tinggi, tanpa memperhitungkan efek domino pembangunan jalan.
Atap sering bocor
Saat membuat rumah, keuangan kami alakadarnya. Artinya membangun dengan anggaran minim di atas tanah yang tidak begitu luas. Targetnya, dengan dana yang kami punya, Rumah bisa dihuni. Bagaimanapun kondisinya.
Sebab waktu itu keadaan tidak memungkinkan kami bertahan di kontrakan. Saya dalam kondisi hamil si bungsu, sepanjang malam dilanda insomnia. Kami tinggal di lantai bawah, di atasnya ada keluarga lain punya 2 anak kecil. Mereka juga ngontrak. Namanya anak kecil. Kadang-kadang tengah malam dia merengek.
Dalam kondisi mendesak tersebut desain rumah kami pilih yang paling irit. Atapnya dibuat datar, jendelanya full di depan saja. Untuk mendapatkan cahaya, dipasang dua keping atap transparan di dua titik berbeda.
Dua puluh lima tahun kemudian, masalah mulai bermunculan. Atap datar menjadi surga bagi kucing-kucing untuk bersenda gurau dan berantam. Akibatnya atap sering bocor. Diganti selemabar, bocor dua lembar.
Di sisi lain atap transparan hanya bisa dipakai 3 tahun, kemudian pecah dan harus ganti baru.
Tiga tahun belakangan semua atapnya diganti total. Penyakitnya tetap sama. Saya berpikir, selagi ada kucing, kasus ini tak akan pernah usai. Kecuali bubungannya diganti menjadi model lonjung.
Monyet pun berulah
Parahnya, tidak hanya kucing yang bikin ulah. Lima tahun terakhir gerombolan monyet ekor panjang juga sering bersantai ria di atas atap kami. Mereka hadir setiap musim alpokat berbuah. Saat berkelahi, ributnya 2 kali lebih seram daripada kucing. Penghuni rumah kaget, serasa barada di bawah reruntuhan pesawat jatuh. Kejadian serupa bukan sekali dua.
Empat hari yang lalu monyet-monyet bengal tersebut berantam lagi. Mereka sukses membuat atap transparan kamar mandi kami hancur berkeping-keping.
Life story
Sebenarnya menyalahkan kucing dan monyet adalah sikap kurang bijak. Faktor U lah yang menjadi biang kerok utamanya. Sebab, Agustus tahun ini rumah kesayangan kami ini sudah berusia 41 tahun.
Beberapa kali anak-anak mengajukan usulan supaya rumah emaknya ini dipugar. Tetapi saya dan suami menolak. Kami cukup nyaman mendiaminya. Sebab, di dalamnya tersimpan banyak cerita tentang perjalanan hidup kami, yang tak mungkin terlupakan selama hayat dikandung badan.
Penutup
Membangun rumah tidak hanya butuh anggaran yang memadai, perencananan yang matang dan desain yang pas juga merupakan hal yang tak bisa dikesampingkan.
Dalam hal ini dibutuhkan kesabaran, dan tidak elok dilakukan dengan terburu-buru. Jika hal ini diabaikan, berarti kita menabung masalah untuk sekian tahun ke depan
Baca juga:
- Tak Mau Melihat Saya Muntah, Tolong Singkirkan Durian itu
- Belajar Nulis dari Sahabat Pena, dapat Honor 5 Ribu Plus Tiket ke Istana
- Terbukti, Kepepet Lahan Subur Tempat Tumbuhnya Ide Cerdas
*****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi
Construir siempre es duro. Te mando un beso.
BalasHapusDuitnya juga sulit, temanku Alexander. Hehe....
HapusApalagi di kota besar
BalasHapuslima tahun kemudian, rumah menjadi rendah posisi sama jalan
tapi ya seperti itulah
hampir semua orang merasakan saat semakin tua
rumah semakin butuh ini dan itu
Dan makin tua semakin ingin mandiri dan malas bergantung kepada anak dan orang lain.
Hapusrenovasi rumah adalah hal yang membutuhkan uang yang banyak
BalasHapusBetul, Mas Rezky. Makanya sebelum bikin rumah didesain serapi mungkin.
HapusPadahal ya Bun aku tuh suka atap datar, Krn bisa dijadiin rooftop. Kayak di drama Korea, bagian atap nya dibuat tempat bersantai, ada ruangan kecil juga yg biasa dijadiin kamar malah.
BalasHapusTp ternyata kalo di tempat kita msh kurang sesuai Krn banyak kucing dan monyet 😂😂. Memang sih hrs disesuaikan Ama kondisi setempat 😁🤭
Kalau atap datarnya dicor semen mungkin bisa dibuat tempat santai. Rumah bunda tuh atap seng., ananda Fanny. Rumah sederhana, tidak sebagus rumah zaman sekarang. Maklum, usianya 40 tahun lebih. Sering anak2 membuat usulan agar direhab. Bunda menolak. Untuk apa rumah bagus. Toh penghuninya cuman kami berdua. Mereka udah punya rumah masing2.
HapusSalam Kenal. Terima kasih untuk tips dan share pengalamannya, biar nanti menjadi pertimbangan kl ada rencana utk membangun
BalasHapusTerima kasih kembali, Mas Korinus. Terima kasih juga telah singgah. Semoga
Hapustips ini bermanfaat,
perlu perencanaan yang matang ya bun, kita juga menyesuaikan dengan kontur tanah juga.
BalasHapuskadang ada pembangunan yang dibuat berundak, karena memang kontur tanahnya berbukit.
Dan lagi-lagi membangun rumah, renovasi rumah bener-bener menyesuaikan budget
Bagi saya membangun rumah tuh seperti proyek yang tak pernah selesai. Kadang setelah dihuni nampak hal2 yang perlu ditambah. Akhirnya sambung sana tambah sini. Endingnya, rumah kehilangan desain. Hehe... Itu dahulu. Semasa muda! Sekarang gak lagi.
Hapus