Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna dan Gaya Hidup In De Kost Dahulu dan Kini

Kata in de kost berasal dari bahasa Belanda, artinya “makan didalam” atau “tinggal dan ikut makan di  dalam rumah tempat menumpang". Bisa juga dimaknai sebagai jasa penyewaan kamar atau tempat untuk ditinggali, dengan jumlah  pembayaran tertentu untuk priode tertentu ....

Sekilas tentang In de kost

Pada zaman kolonial, in de kost merupakan gaya hidup. Orang yang mengagung-agungkan gaya hidup bangsa Eropah sengaja menitipkan anaknya pada keluarga Belanda agar anak mereka bisa bersikap Eropahan.

Zaman kolonial  bangsa Belanda  dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi dan terhormat dibandingkan pribumi. Orang Indonesia asli yang berpandangan ke depan, ingin mempersiapkan anaknya seperti orang Belanda. Supaya kelak lebih mudah menyatu dengan lingkungan Eropah/Belanda.

Salah satu strategi yang dipraktikkan saat itu adalah menitipkan anaknya in de kost pada keluarga Eropah/Belanda. Dengan membayar sejumlah uang,  sang anak tinggal, makan, dan tidur di sana. Mereka tetap sekolah seperti biasa. Hingga anak tersebut belajar beradaptasi dengan keluarga tempatnya in de kost. Seolah-olah dijadikan anak angkat oleh keluarga tempat dia dititipkan.

Konsep in de kost ala pengalaman pribadi

Meskipun penjajahan Belanda telah  berakhir, gaya hidup indekos (baca: indekos) di Indonesia masih tetap eksis. Tetapi mengalami perubahan sesuai zamannya. 

Katakanlah era 70-an. Konsepnya mirip dengan in de kost Belanda. Bedanya,  pengguna jasa indekos tidak untuk digembleng  supaya berpikir ala Eropah.

Konsumennya pun tidak terbatas pada anak kecil. Termasuk juga remaja, mahasiswa,  orang dewasa. Tak tertutup juga kemungkinan orang yang sudah berumur.

Tujuannya pun bervariasi.  Mulai untuk melanjutkan pendidikan karena jauh dari orang tua/ kampung halaman, sampai sebab mengikuti tugas bagi yang sudah bekerja. Tetapi kebanyakan anak atau remaja yang sedang menempuh pendidikan dan jauh dari orang tua.

Dengan membayar sejumlah uang untuk jangka waktu tertentu, (umumnya per bulan) penyewa tinggal satu rumah dengan tuan rumah. Mereka mendapat berbagai fasilitas, umpamanya kamar tidur lengkap peralatannya, kamar mandi, toilet, dan sebagainya.  Termasuk akomudasi makan minum  siap santap. Bahkan sampai ke mencuci dan menyeterika pakaian,  sesuai kesepakatan.

Anak sekolahan/Mahasiswa yang in de kost melambangkan status sosial ekonomi orang tuanya. Mereka pasti keluarga berada.

Beda dengan penyewa biasa sekelas saya. Pemilik rumah hanya menyediakan kamar.  Makan masak sendiri, periuk dan kompor sendiri. Syukur-syukur tersedia air sumur dan WC. Kalau tidak,   paling nebeng di kamar mandi umum. (Ini pengalaman pribadi tahun 70-an). Sewa menyewa seperti ini  bukan “kelas indekos”. Mungkin lebih tepat disebut  kelas ekonomi atau kelas akar rumput.

Perubahan penyebutan Indekos

Kini penyebutan indekos disingkat kos saja. Maknanya tidak berubah. Yaitu  sewa kamar.  Rumah/kamar  sewaan disebut tempat kos atau kos-kosan.

Penyedia layanan lazim disapa ibu kos, penggunanya anak kos.  Apakah sekadar menyewa kamar saja atau sekaligus bayar makan, judulnya tetap anak kos.

Kamarnya ada yang satu atap dengan pemilik rumah,  tidak sedikit pula yang terpisah. Tetapi kian ke sini, golongan pertama nyaris tergerus oleh zaman. Penyewa lebih memilih tidak menyatu dengan pemilik rumah. Kecuali ada pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Syarat kelayakan hunian harus terpenuhi, dilengkapi toilet, air dan listrik, dan sarana lainnya.  Tanpa itu,  kos-kosan  tidak dilirik konsumen.

Ibu dan bapak kos tidak punya tanggung jawab secara moral terhadap anak kosnya. Jangan kan dianggap anak angkat seperti zaman Belanda, kadang-kadang antara  ibu/bapak kos dan anak kos tidak saling kenal. Syukur-syukur jika telat bayar ibu kosnya tidak nyinyir nagih sewa.

Yang menarik, kini usaha  kos-kosan menjadi lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Terutama lokasinya berada di lingkungan kampus.

Demikian makna dan gaya hidup in de kost dahulu dan kini. Semoga bermanfaat.

Baca juga:  

 *****
Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
Kerinci, Jambi

Sumber Ilustrasi: Pinterest/Pingkyy dan Indri_Nkh
Referensi:  Charlie, Lie (2004, Juli) Intisari, Tergerusnya Makna Indekost, 152-153.

 

 

Posting Komentar untuk "Makna dan Gaya Hidup In De Kost Dahulu dan Kini"