Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tauran Antar Siswa Terulang Lagi, Terulang Lagi ...

Kemarin, Sabtu 14 September 2024, tauran pelajar antar sekolah terulang lagi untuk ke sekian kalinya. Kedua kelompok  bertemu pas di depan kediaman saya. 

Biasanya memang begitu. Sebab, posisi rumah saya berada di antara kedua sekolah yang siswanya sedang berkonflik.  Yang satu lokasinya sebelah timur, lainnya di bagian barat. (Alamat sekolahnya disembunyikan).

Kepanikan di Tengah Konflik

Duh ..., kejadian yang super menegangkan. Namanya anak usia SMP, makin diteriaki makin gila. Maju satu nyerbu semua. Jumlahnya puluhan. Kedua belah pihak maju  dengan tongkat kayu dan bambu di tangan. Ada juga yang membawa ketapel. 

Mereka tidak takut siapa-siapa. Termasuk tidak takut mati. Tak bisa ditahan tak mau dilarang pakai bahasa apun. Omongan Bapak dan Ibu guru mereka anggap angin lalu. 

Yang mengerikan, di tengah kepanikan tiba-tiba seorang siswa  maju ke garis paling depan mangayun-ayun sebilah parang. Untungnya seorang lelaki penduduk setempat bertubuh tambun berhasil merebutnya. Kalau tidak, mungkin  banyak nyawa yang melayang. Minimal luka-luka. 

Tak tahu entah dari mana dia dapat parang. Apakah ada penyusup yang membantu, atau memang telah dipersiapkan sebelumnya, diumpet dalam semak-semak. Allahu alam bish shawab. Hanya mereka  dan Allah-lah yang tahu. Sungguh mengerikan. 

Mundur Sebelum Maju

Di tengah kondisi yang nyaris kondusif, mendadak seorang siswa ngamuk berulang. Dengan emosinya dia mengejar lawan dengan tangan kosong. Sang penantang tetap bertahan pada posisinya. Tidak maju tidak juga mundur.

Seorang bapak-bapak berusaha  menghalang-halanginya, dia tetap meronta-ronta  seperti kemasukan setan. Akhirnya lepas juga. Eh ...,  belum 50 meter, dia mundur teratur. Ini pantas disebut mundur sebelum maju.

Saya  termehek-mehek sendri. . Sendiri? Ya, Sendiri, karena di pekarangan rumah saya tiada teman selain saya. Siapa yang tidak ketawa, coba! Gayanya kayak jagoan dikasih kesempatan, kok kurang jantan.

Tradisi Turun Temurun

Tauran antar pelajar merupakan masalah klasik, yang tak pernah musnah ditelan masa. Zaman suami saya, tepatnya sebelum G 30 S.  Dia malah pernah jadi pelakunya. Tetapi mungkin kejadiannya diperkotaan saja. Waktu itu beliau sekolah di Tanjung Periok, Jakarta Utara. 

Pada masa yang sama saya bersekolah di kampung. Gedung kami  PGA 4 tahun dan SMEP bersanding tanpa dibatasi pagar. Empat tahun saya mengikuti pendidikan di sana belum sekali pun kami berantam. 

 Akhir-akhir ini trend tauran antar pelajar  telah merambat ke desa-desa. Kadang-kadang pemainnya bukan antar siswa saja, tak jarang pemuda desa yang bukan anak sekolahan ikut camur. 

Yang mengerikan sering mereka beroperasi pada malam hari. Janji ketemuan di daerah A. Terus saling intai di perempatan yang sepi. Yaitu di persimpangan ke arah desa berbeda.  Jalan depan rumah saya merupakan perlintasannya. 

Mirisnya,  Jika mereka ditangkap polisi, orang tuanya “mabuk” menggunakan segala cara supaya anaknya bisa bebas. Padahal tindakan polisi adalah untuk penjera. Supaya peristiwa serupa tidak terulang. 

Alhamdulillah, setahun terakhir desa kami boleh dikatakan aman. Tiada lagi anak-anak keluar malam, ngumpul di pinggir jalan menunggu lawannya datang.  

Penutup

Aksi tauran merupakan hal yang sulit diatasi. Tetapi jika orang tua desiplin, dan konsisten menjaga pergaulan anaknya insyaallah  bisa. Sebagian anak-anak dimanjakan oleh neneknya. Orang tuanya pergi ke luar negeri mencari nafkah. 

Ini fakta yang sulit dibantah. Maklum, nenek sayang ke cucu. Minta motor dibeliin, terus ngebut semaunya.  Minta Hp, pulsa dikasih. Meskipun tidak semua anak-anak TKI itu manja. Yang baik dan sekolah dengan benar sampai sarjana  juga banyak. Sekian dan terima kasih. 

Baca juga:  

*****

Penulis,
Hj. NURSINI RAIS
di Kerinci, Jambi

Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Posting Komentar untuk "Tauran Antar Siswa Terulang Lagi, Terulang Lagi ... "